Kemudian mereka pergi ke Kecamatan, dan Algi pergi ke fotocopy-an."Ghin aku tinggal dulu ya,
Kamu ga takutkan sendirian?" Ledek Algi."Iya Al, gak lah cuma boring aja, sana-sana kalo mau pergi mah, hati-hati ya." balas Ghina kemudian Algi menghidupkan motor bebeknya dan nyelonong pergi.
Terkadang dalam posisi seperti ini Ghina merasakan bosan, kesepian dan suntuk, tapi Ghina tidak mau kalah dengan keadaan, sebisa mungkin ia mencoba untuk bertahan dan menciptakan suasana nyaman, mencari teman untuk bisa diajak ngobrol dan cerita, mencari hal yang bisa mengobati suasana hatinya dalam kepenatan.
Siang hari itu udara cukup teduh, tak lama kemudian hujan menghampiri, di teras depan Kantor Ghina menikmati percikan air hujan yang perlahan berjatuhan, menikmati asri nya suasana pedesan, dan melihat sekeliling nuasana kantor dalam keheningan, masjid hijau yang membawa ketenangan dan asrama pondok pesantren yang menciptakan kedamaian.
Tapi ada satu hal yang menarik perhatian Ghina, yakni anak kecil yang riang sedang bermain hujan-hujanan di Balong depan Kantor Panwas, saat hujan mulai reda, Ghina berinisiatif untuk menghampirinya, siapa tahu bocah tersebut bisa menjadi teman mengobrol, fikirnya.
"Haii ... teteh boleh tahu gak namanya siapa? Lagi hujan-hujanan ya? teman-temanya pada kemana?" tanya Ghina berceceran.
"Fiza, ga tahu pada kemana." ucapnya seraya menjauh dari Ghina.
"Oh, Fiza ... emangnya Fiza kelas berapa?" tanya Ghina mengikuti langkah Fiza.
"Kelas 3." jawabnya singkat.
"Oh, kelas 3 ya, SMP atau SMA?" Canda Ghina mengalihkan perhatian Fiza.
"Hehe ... Aku kelas 3 SD lah," balas Fiza juteknya sedikit mencair
"Seru ya hujan-hujanan, teteh juga dulu gitu, main sama temen-temen, lari-lari an, maen sepeda, petak umpet, karet, pokoknya banyak deh," ucap Ghina menceritakan, namun Fiza kelihatannya masih malu dan gengsi untuk membalas obrolan Ghina, tapi Ghina tidak pantang menyerah walau diabaikan, ia terus bercerita supaya bisa menarik perhatian Fiza.
"Salam kenal ya, teteh namanya Ghina, seneng deh ketemu Fiza, mau ga temenan sama teh Ghina?" tanya Ghina mengerutkan senyum, tetapi Fiza hanya menganggukkan kepala saja, lantas ia kembali asik berenang menirukan gaya mermaid.
"Fiza kalo mau maen sama teh Ghina, tinggal maen aja ya jangan malu atau takut, teteh setiap hari selalu ada disini kok, tuh liat di rumah situ!" tunjuk Ghina ke rumah Pak Rifqi yang sekarang jadi kantor Panwas.
"Kerja di rumah mang iki?" tanya Fiza akhirnya merespon.
"Mang iki?" tanya Ghina heran.
"Iya mang Iki, disitu kan? mang iki itu paman Fiza, mamah sama mang iki itu adik kaka," jelas Fiza.
"Oh, maksudnya pa Rifqi ya?"
"Iya teh, Fiza mah suka bilang mang Iki,"
"Oh gitu ya, iya maksud teh Ghina kerja di mang Iki, nanti Fiza maen ya, kalo mau sekarang juga hayu, teh Ghina lagi sendiri da, di rumah mang iki gak ada siapa-siapa, jadi jangan malu," ajak Ghina, tapi Fiza hanya mengangguk saja.
"Yasudah, kalo gitu teh Ghina ke rumah mang iki dulu ya," pamit Ghina lalu ia balik lagi ke Kantor.
Ghina hanya bisa melihat Fiza dari kejauhan, tapi ia yakin suatu saat nanti pasti bisa membeli hati Fiza dan bisa berteman dengan gadis kecil tersebut, Ghina tak peduli orang lain menganggap apa tentang dirinya, yang ia butuhkan sekarang hanya teman mengobrol untuk mengobati rasa penatnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
ALIANSI
Random"Susah ya kalo sudah terikat, tapi hati menjalankan dengan berat🍂" Hembusan nafas kasar Ghina memenuhi ruangan pekik yang berukuran lumayan besar ini, bangunan tua yang tak ramai penghuni ini sudah dikontrak 2 bulan yang lalu oleh salah satu inst...