Perjalanan dari Cilawu ke lokasi tempat ziarah memakan waktu sekitar 3 jam, siang hari ini mentari menghangati bumi, teriknya matahari menyelimuti suhu tubuh yang sepanjang perjalanan menggigil akibat Ac mobil, lalu tibalah di lokasi pertama yakni di makam Ama Dimyati.
Setelah pengecekan, rombongan kami pun bersiap-siap untuk turun, tempat pemberhentian parkir dengan makam lumayan cukup jauh, jadi kami harus berjalan kaki dan menyebrang untuk sampai ke makam ama Dimyati.
"Ayo Ghin!" ajak a Kenzha.
"Udah sampe A?"
"Udah, katanya makamnya itu di depan, jadi harus jalan kaki dulu setelah itu menyebrang."
"Teh Ghina, nanti anterin aku dulu ya ke alfa!" ucap Deena beringsut berdiri dari tempat duduk.
"Teh, tolong fotoin aku di mobil ya!" titah Zilfa.
"Rempong deh kalian, belum apa-apa dah selpong," ledek Deena.
"Yeh, biarin aja buat kenang-kenangan."
"Aish, kenapa jadi pada ributin foto sih?" timpal Mey risih.
"Iya, ayo cepet udah pada keluar nih gengs!" ucap Laili tak sabar.
"yoo ... Jangan lupa periksa dulu sebelum turun, takutnya ada yang ketinggalan!" tukas Ghina mengingatkan.
Lalu mereka pun satu persatu turun dari bus. Makam ama Dimyati ini, tidak seperti tempat ziarah lainnya, dimana makamnya terbuka untuk umum, ramai dengan pusat perbelanjaan dan berbondong-bondong manusia yang berkunjung.
Sebaliknya, makam ini sangat sederhana, hening, damai dan menyejukkan, makam beliau hanya boleh dikunjungi oleh orang-orang tertentu, seperti saudaranya, kerabat, para ajengan, guru-guru dan semua murid Ama Dimyati.
Makam Ama Dimyati dikelilingi oleh pusat pendidikan, terdapat sekolah MTS dan MA, serta asrama pondok pesantren disampingnya.
Sebelum bertawasul, kami mengambil air wudu terlebih dahulu, mengikuti sunnah sebagai bentuk pensucian diri dan termasuk bagian dari adab untuk berziarah.
"Mey, Deen, Laili, Zilfa, ayo kita ngambil air wudu dulu yuk!" ajak Ghina.
"Ayo teh Ghin, sekalian aku mau ke kamar mandi, nanti tungguin ya!" balas Zilfa.
"Ayo Zil, bareng yuk," timpal Deena.
"Iya ayoo, tas nya simpen dulu di sini kali ya," ucap Mey sambil menaruh barang tersebut.
"Iya kalem, nanti ditungguin, yuk ah gercep." lalu mereka pun pergi menuju kamar mandi.
Sambil menunggu giliran wudu, Ghina memperhatikan asrinya nuansa Ponpes, menciptakan rasa damai, sesekali ia melihat para santri seusia SD kelas rendah yang sedang mengaji, menjinjing mushaf, kitab kuning dan bermuroja'ah, circle nya bak positif vibes.

KAMU SEDANG MEMBACA
ALIANSI
Random"Susah ya kalo sudah terikat, tapi hati menjalankan dengan berat🍂" Hembusan nafas kasar Ghina memenuhi ruangan pekik yang berukuran lumayan besar ini, bangunan tua yang tak ramai penghuni ini sudah dikontrak 2 bulan yang lalu oleh salah satu inst...