A

0 0 0
                                    


Keesokan harinya, kali ini sinar mentari bersembunyi, tertiup embun menyibakkan awan mendung, menciptakan udara sejuk menenangkan atma yang kian suntuk.

Seperti pada pagi hari ini, Ghina yang berangkat kerja dengan membawa payung sebagai antisipasi, usai turun dari angkot, ia melanjutkan dengan jalan kaki dari gang depan menuju Kantor Panwas, melewati setiap jalan dengan penuh genangan air yang membasahi tanah bekas hujan semalam.

Setelah tiba di kantor dengan telat, ia langsung bergegas menuju dapur untuk membersihkan ruangan tersebut, merapihkan semua peralatan yang ada di kantor dan membuang berkas kertas yang tidak diperlukan.

"Assalamu'alaikum," sapa bu Rere datang.

"Wa'alaikumsalam," balas Ghina yang sedang mengepel teras depan kantor.

"Eh, lagi di pel ya?" tanya Bu Rere menghentikan langkah kakinya.

"Iya Buk, soalnya lantainya kotor banget, bekas semalam kecipratan air hujan," balas Ghina melanjutkan aktivitasnya, kemudian Bu Rere menyimpan tasnya dan pergi ke dapur untuk mengambil air minum.

"Pak Rifqi, di mesin cuci itu baju yang numpuk udah dicuci apa belum ya?" tanya Bu Rere sambil meletakkan gelas.

"Itu udah saya cuci Buk, cuma belum dijemur, karena pengeringnya rusak, terus kemaren juga saya nyuci selimut belum pada kering karena mendung jadi sekarang numpuk deh, hehe..." balas pak Rifqi yang tengah asik memainkan laptop.

"Oh gitu ya pak," kemudian melanjutkan perkataannya lagi, "Bu Ghina kalo udah beres, nanti tolong sekalian jemurin baju pak Rifqi ya!" titahnya.

"Oh, Iya bu," balas Ghina pelan.

"Menjemurnya di tempat yang terik ya! tuh dekat asrama pondok, samping musala, supaya cepat kering," tunjuk Bu Rere memerintah.

"Eh, mm ... Iya Bu," jawab Ghina dengan terpaksa.

Dalam hatinya ia menggerutu, bukannya tidak mau, tapi heran saja, kenapa perihal sampai baju pribadi Pak Rifqi pun harus Ghina yang menjemur? Seolah ada hal yang mengganjal, mimpi apa Ghina semalam? Menjemur pakaian laki-laki yang jelas-jelas bukan milik abahnya, bukan milik kakaknya, bukan saudaranya, apalagi kelak suaminya, pekerjaan macam apa ini? Konyol memang, kini Ghina hanya mampu meringis dengan nasib yang menyedihkannya itu.

Usai dengan drama menjemur selimut dan pakaian, Ghina mendapatkan pesan dari Deena, ia meminta antar Ghina ke Warnet untuk bikin makalah  tugasnya di sekolah.

Deena merupakan teman sepengajian Ghina sekaligus adik kelas, jarak kelulusan mereka terpaut 2 tahun, Deena orangnya baik, petakilan, dan sedikit caper.

Setiap malam usai mengaji, pulangnya Ghina selalu menumpang di motor Deena, karena rumah mereka yang searah sesekali Deena suka mengajak Ghina muter keliling kompleks, jajan ke pasar malam, dan menikmati ramainya nuansa malam di perjalanan.

Jadi ketika Deena meminta bantuan, Ghina sangat tidak enak untuk menolaknya, terlebih mengingat kondisi hati Ghina yang penat dan suntuk ketika harus berlama - lama di Kantor. Tak hanya itu karena untuk saat ini Ghina masih mempunyai waktu luang, kegiatan kantor juga belum terlalu sibuk usai perekrutan PKD, apalagi ketika mengingat perkataan dari pak  Farhan "kerja di Panwas itu fleksibel, selagi tugas kamu udah beres, kalo ada keperluan, mau pergi keluar Kantor juga boleh asalkan ada komunikasi, nanti pasti saya ijinkan" maka dengan senang hati Ghina menyetujui ajakan tersebut.

Lalu beberapa menit kemudian sebuah pesan masuk ke handphone nya Ghina, dan menayangkan kolom chat.

"Teh Ghina sharelok kantor tempat kerja teteh ya, nanti aku jemput" ucapnya dikolom chat.

"Itu yang sering kita lewatin kalo ke pasar malam Deen, okay aku send ya. "
Lalu Ghina megirimkan link google maps tersebut, beberapa menit kemudian, pesan masuk.

"Teh Ghin, aku udah di warung depan, teteh ke sini lah jemput aku, malu soalnya" tukasnya membalas pesan.

"Wait..." balas Ghina singkat.

Kemudian Ghina meminta ijin kepada pak Farhan untuk pergi ke luar.

"Hii Deen..." ucap Ghina melambaikan tangan.

"Hii teh Ghin, kantor teh Ghina sebelah mana sih?" tanyanya penasaran.

"Oh itu ... yang ada Musala nya, kelihatan gak?" balas Ghina sambil menunjuk Musala.

"Oh iya kelihatan teh, kalo itu sih bangunan yang tinggi apa?" tanyanya lagi penasaran.

"Kalo itu asrama Pondok Pesantren berdikari, tapi katanya sekarang udah pasif," cicit Ghina menjelaskan.

"Oh, gitu ya teh ... Yaudah yuk naek motor aku, kita cari warnet, teteh tau gak kira-kira warnet yang dekat sini dimana?" tanya Deena sambil menghidupkan motor.

"coba ke Warnet Latanza yuk, siapa tahu sekarang buka, emangnya itu makalah tugas pelajaran apa Deen?" tanya Ghina basa basi.

"Ini pelajaran Seni Budaya teh, suruh bikin makalah tentang seni tari, musik sama teater, mana minggu depannya harus dipraktikkan coba, hadeuh ... Aku udah males banget kalo pelajaran Senbud itu, si bapak nya dikit dikit nyuruh buat drama, buat film, jadi kebanyakan pengeluaran tau teh kalo kita syuting seperti itu," gerutu Deena meluapkan keluh kesah.

"Haha ... Drama kehidupan kamu juga udah banyak ya Deen? apalagi ditambah ini, eh tapii ... ambil positifnya aja, kamu jadi banyak belajar tentang perfilman, seperti harus syuting, pemotretan, mengedit, jadi semakin terjalin gitu kebersamaanya dengan anak kelas," sahut Ghina mencoba menenangkan.

"Iya sih teh emang benar, eh btw teh Ghina nanti ikut ziarah gak ke Banten?" tanya Deena mengingatkan.

"Iya yah Deen aku hampir aja lupa, kalo di pengajian itu ada acara Ziarah, pengen nya sih ikut itung-itung refreshing, karena suntuk tau di kantor terus, gak ada temen curcor, semuanya berasa monoton, kalo memungkinkan aku pasti ikut ya, kamu juga harus ikut pokoknya, awas aja kalo gak hadir," tukas Ghina sedikit penekanan.

"Iya teh, kalo teh Ghina ikut Deena juga nanti mau ikut kok, do'ain aja supaya ada rezekinya," balasnya sambil tersenyum.

"Iya sip, semoga kita berdua ada rezekinya ya Deen, oh iya, emangnya tanggal berapa sih berangkatnya?" tanya Ghina penasaran.

"Katanya hari sabtu, tanggal 14."

"Oh, Sabtu ya, okay makasih ya Deen informasinya."

Setelah sampai di warnet Deena mulai mengerjakan tugasnya dan sesekali Ghina ikut membantu.

ALIANSITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang