C

14 0 0
                                    

Mentari mulai menyoroti bumi, kicauan burung samar telah terdengar, menandakan pagi hari telah datang kembali, antusias untuk beraktifitas memicu semangat dan menampakkan wajah berseri, tak terkecuali bagi Ghina yang memulai hari pertamanya untuk kerja, ada rasa senang sekaligus takut yang menanggal dihatinya, tetapi perasaan itu beberapa kali ia singkirkan supaya tak menjadikannya goyah untuk kian dapat melangkah.

Sesampainya tiba dikantor ternyata belum ada satupun orang yang datang, kecuali hanya ada pak Rifqi pemilik rumah tua itu.

Pak Rifqi tinggal sendiri di rumah tua yang cukup luas ini, terdapat tiga kamar, ruang tamu, ruang keluarga yang biasanya dijadikan tempat rapat saat meeting Panwas, kamar mandi dan dapur yang lumayan cukup besar juga.

Rumahnya cukup strategis dekat dengan asrama pondok pesantren, namun katanya saat ini masih pasif, tersisa beberapa santri kalong  yang masih mengabdi di asrama tersebut, terdapat masjid di depan rumah pak Rifqi, lalu disamping rumah kakaknya yang sudah berkeluarga dan mempunyai dua orang anak, yang pertama laki-laki konon sedang mondok dan adiknya perempuan bernama Fiza kelas 3 SD, sepertinya pak Rifqi cukup dekat dengan keponakannya tersebut dan terlihat begitu menyayanginya, karena mungkin eratnya ikatan persaudaraan antara mereka, diperkuat dengan belumnya menikah apalagi mempunyai anak, jadi segala perhatian dan kasih sayangnya ditumpahkan penuh kepada Fiza, tak hanya itu banyaknya waktu luang yang mereka habiskan untuk bermain bersama menambah harmonis layaknya seperti keluarga.

Kalo dilihat usia pak Rifqi sudah cukup matang dan mapan untuk membina rumah tangga, bagaimana tidak ? dia sudah bergelar, memiliki rumah, mempunyai rawa atau empang tempat pemancingan, juga memiliki pohon mangga yang lumayan cukup besar dan banyak pohon kelapa yang bisa menjadi sumber penghasilan, namun balik lagi kepada guratan taqdir yang telah Allah tentukan, manusia tidak pantas untuk  memaksakan, cukup ikhtiar dan berserah diri yang harus dilakukan.

Konon pak Rifqi pernah menempuh pendidikan di UIN Sunan Gunung Djati Bandung, jurusan Adab  humaniora, katanya setelah keluar kuliah, ia malah menjadi mahir dalam bidang teknologi, padahal jurusannya bukan itu, hal tersebut terjadi karena semasa kuliah teman ngekost nya ada yang jurusan komputer, sesekali suka memainkan laptopnya, belajar ngotak ngatik, dan menggali  permasalahan digital, seiring berjalannya waktu, karena terbiasa menjadi bisa, bahkan temannya sudah percaya, sampai  kalo ada keperluan dan kebutuhan apa saja yang berhubungan dengan tugas TIK, dalam keadaan darurat selalu mengandalkan pak Rifqi.

Pak Rifqi di Panwas menjabat sebagai anggota Divisi Hukum dan Penindakan, dimana tugasnya analisis kajian hukum, penanganan dugaan pelanggaran dan tindak pidana Pemilu, penanganan pelanggaran administrasi pemilu, dan penyelesaian sengketa proses Pemilu dan sengketa Pemilihan.

"Assalamu'alaikum," sapa Ghina mengetuk pintu bangunan tua rumah itu yang sekarang menjadi kantor Panwas tempat ia bekerja.

"Wa'alaikumsalam, " jawab pak Rifqi membuka pintu.

"Yang lain belum pada datang pak?" tanya Ghina memecahkan keheningan.

"Eh, belum Ghin masih pagi, mungkin nanti jam sembilanan baru kumpul semua, biasanya hari pertama kerja itu gak sibuk, jadi belum terlalu aktif sebagaimana mestinya" jelasnya sambil membuka beberapa gorden rumah itu.

"Oh, begitu ya pak," cicit ghina menutup obrolan.

Ghina yang tidak ingin berlama-lama dalam posisi saling canggung itu langsung saja memasuki ruangan dapur, ia berinisiatif untuk mencuci piring dan membersihkan kantor. Ditengah asyiknya mencuci piring, Algipun datang.

"Udah dari tadi Ghin?" tanya Algi membuyarkan konsentrasi Ghina.

"Eh, baru aja kok, pas datang aku ngobrol sebentar bareng pak Rifqi, terus langsung ke dapur," jelasnya sambil menyusun beberapa piring ke rak yang berada dekat dengan wastapel.

"Oh, emang ngobrolin apa aja sih tadi sama pak Rifqi?" tanya Algi penasaran.

"Biasa, cuma nanyain yang lain kok belum pada datang, kata pak Rifqi sebenarnya hari pertama kerja itu gak terlalu sibuk, jadi belum terlalu aktif." 

"kamumah kerajinan aja Ghin, pagi amat datang kesini." balas Algi sedikit terkekeh.

"Dih, bukannya masalah rajin enggaknya Al, ini hari pertama kita kerja lho ... masa mau leha-leha? Aku ngira seserius itu!" jawab Ghina setengah mengerucutkan bibir.

"Santai aja kali, kerja itu harus dinikmati, enjoy gitu," tukas Algi sok santai.

"Iya sih Al, tadi aja pak Rifqi kayaknya belum mandi, xixi" celetuk Ghina menciptakan gelak tawa.

"Haha ... Wajar sih Ghin, yang punya wilayah jadi bebas." jawab Algi menirukan gaya-gaya sultan, lalu sontak mereka bersama nyengir.

Algi merupakan teman SMA Ghina sekaligus rekan kerjanya di Panwas, mereka sudah lama akrab dari  jamanya organisasi di sekolah dulu, dia lumayan cukup aktifis dan bersinergi, kemampuannya dalam menggunakan komputer cukup mahir daripada Ghina, tak heran jika sesekali Algi membantu dalam proses pendataan, pembuatan surat menyurat dan lain sebagainya yang berhubungan dengan teknologi.

Terkadang Algi juga mendapat arahan dan bimbingan dari pak Rifqi untuk menunjang skillnya dalam bidang teknologi. Di Panwas Algi menjabat sebagai Staf Pelaksana Divisi Pencegahan Humas dan Hubal, dalam menjalankan tugasnya ia ikut membantu dan menjadi partner pak Farhan.

ALIANSITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang