[19] We care for each other

84 11 4
                                    

Sudah satu minggu ini aku, Calista dan Refania saling bergantian menjaga Asya. Berhubung juga bunda Asya masih merawat neneknya yang jauh di luar kota kampung halaman suaminya, meskipun sudah ditinggal suaminya meninggal tapi bunda Asya masih setia merawat mertuanya yakni nenek Asya.

Hari ini giliranku menjaga Asya setelah pulang kerja aku akan langsung kerumah Asya, gadis itu masih murung dan tidak mau makan sampai pusing kami memikirkan bagaimana untuk mengembalikan sahabat kami ini.

"Ann.."

Aku yang tengah menunduk diatas meja lalu mendongak ke samping, disana ada Roy yang menatapku dengan senyumnya lalu memberi ku sekotak susu coklat.

Semenjak pengakuan tentang perasaannya, kami kembali seperti semula seolah tidak terjadi apa-apa. Justru kami malah semakin dekat, ia terus saja memberiku banyak perhatian. Aku senang tapi aku tidak tahu harus bersikap bagaimana tentang perasaannya.

"Iya mas?"

"Seminggu ini kamu terlihat lesu, apa sesuatu telah terjadi?"

Aku menghela nafasku, "Tidak ada, hanya sedang lelah saja"

"Ann, jika kamu butuh sesuatu jangan sungkan cari aku ya. Apapun itu akan aku usahakan untuk selalu berada disampingmu saat kamu butuh"

Aku tersenyum mendengar penuturannya, "Baiklah, aku akan menghubungi mas kalau aku butuh sesuatu"

"Bagus, aku kembali lagi ya. Kesini cuma sekedar menengok kamu, baik-baik ya cantikku. Tidak lupa juga susu coklat kesukaan kamu" ucapnya lalu mengusap kepalaku.

Ya ampun, perutku terasa mau meledak. Ini aneh tapi rasanya menggelitik di perut, astaga rasanya seperti banyak yang berterbangan di perutku.

Aku hanya tersenyum, sejujurnya kakiku sudah banyak gerak tapi berhubung di bawah meja jadi tidak keliatan.

Aku menatap Roy dari belakang hingga punggungnya menghilang dibalik pintu, aku tidak mengerti apa yang tengah aku rasakan saat ini.

"Heh, senyam-senyum sendiri. Kamu kenapa Ann?"

Astaga, pak Dio sangat menyebalkan ya, "Kenapa boss? Ada apa?"

"Tadi sama Roy senyum-senyum sendiri, giliran sama saya ya ampun judesnya"

"Soalnya saya tuh tiap hari udah ketemu boss, yang inilah itulah jadi sudah hafal saya. Ada apa boss?"

"Saya mau pergi, itu tolong perjalanan dinas saya di re-schedule ya. Nanti saya kirim rincian perjalanan dinas saya"

"Baik boss"

"Ann"

"Iya boss?"

"Kamu suka sama Roy atau Roy suka sama kamu atau sama-sama suka?"

"Kepo banget sih boss ini, biarkan itu jadi urusan kami boss"

"Kamu ini sekretaris saya jadi saya gak mau kamu salah pilih ya"

"Boss, mas Roy itu kerja disini juga dipilih sama pak boss kan? Yang dipilih bukannya yang terbaik ya?"

"Bukan itu maksud saya, kualifikasi pekerja dan jodoh itu beda. Kalau memilih pekerja/karyawan bisa aja dia keluar/pergi/resign tapi ini kalau memilih jodoh/suami harus sekali dalam seumur hidup"

"Ah gak mudeng boss lagian juga saya belum kepikiran kesana"

"Ann, diusiamu ini sudah matang, 23 tahun mau jalan 24 tahun kan? Sudah sewajarnya kalau kamu memikirkan masa depan dan menikah"

"Iya boss, tapi target saya gak diumur segitu. Kalau Tuhan udah kasih jodoh ya bakal ketemu nantinya di pelaminan"

"Lagian boss, menikah itu bukan hanya karena umur sudah dewasa tapi menikah itu tentang menyatukan dua insan dengan satu hati. Persiapannya juga banyak, selain mental dan materi juga kesediaan kita untuk saling mengendarai kapal mengarungi lautan rumah tangga juga perlu boss..."

FIGURAN - Hanya Pemain Tambahan [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang