[47] The end

101 12 11
                                    

Mau sejauh apapun kita pergi, tempat kembali ada rumah dimana kita terlahir dan besar disana. Meskipun berat dan terlalu sesak, rumah terbaik tetaplah rumah dimana kita lahir dan besar. Rumah yang menjadi pijakan pertama kita saat sudah bisa berjalan.

Aku sedang mengemasi baju-baju ku, mengenai ini aku sudah mengatakan kepada yang lainnya. Oh iya masih ingat pesan tak bernama yang menginginkan aku pulang? Itu adalah bapakku, entah bagaimana caranya bapak selama ini mencari ku. Ia berhasil mendapatkan nomor ku karena ia melacak keberadaan ponsel terakhirku dibantu saudara ku yang lain, juga waktu aku bekerja aku pernah mengatakan bahwa aku bekerja di salah satu kantor dan mungkin ia mendapat informasi dari sana.

Aku menatap bingkai foto dengan sahabat-sahabat ku disini, aku tidak pergi sendirian tapi aku membawa mereka dan juga kenangannya. Menatap jendela di luar sana yang udaranya cukup sejuk, pada akhirnya aku pulang ke tempat dimana aku tidak ingin tinggal.

Rumah yang dulu nya pernah hangat hanya menjadi kenangan sesaat. Tapi aku hanyalah seorang anak yang akan kembali kepada orang tua ku.

"Anna..."

Aku menoleh ke arah belakang, menatap Roy yang menatapku dengan tatapan ketidak ikhlasan ku saat pergi. "Sini mas" ucapku lalu ia mendekat ke arahku.

Ia berjongkok di depanku sembari menggenggam tanganku, ia hanya menunduk. Aku melepas salah satu tanganku lalu ku angkat wajah tampan itu, ternyata ia sudah menangis dan itu sangat lucu.

"Kenapa menangis?" tanya ku sembari mengusap wajahnya yang basah karena air mata.

"Kamu beneran pergi?"

"Iya, aku harus pulang. Sudah seharusnya begitu kan?"

"Aku boleh ikut? Aku ingin bersama denganmu selamanya Ann"

Aku tersenyum lalu kembali mengusap wajahnya, ku pandangi setiap inci wajah yang kelak hanya mampu aku tatap dari jauh itu saja hanya lewat foto.

"Maaf ya mas, aku tidak bisa menerimanya. Maaf harus melukai hatimu yang sudah tulus"

"Tidak, aku hanya ingin kamu tahu kalau aku sangat mencintai kamu dan aku bersungguh-sungguh. Tidak bisakah kita..."

"Tidak mas" potongku langsung.

Aku mendengar ia sedikit terkekeh lalu menatapku, "Baiklah, aku sangat mencintaimu Anna" ucapnya sekali lagi.

"Aku tahu itu" namun sayang aku tidak pernah mampu mengucapkan kalimat yang sama.

"Boleh aku peluk kamu?" pintanya.

Aku pun hanya mengangguk lalu ia memeluk ku dengan erat, menenggalamkan wajahnya pada bahu ku. Sangat erat seperti tidak ingin melepaskan ku, lebih baik aku biarkan seperti ini.

Setelah cukup lama, ia mengurai pelukannya lalu mengusap kedua pipi ku menatapku dengan penuh rasa sayang. Kemudian ia mendekat ke arah wajahku, mengecup dahi ku. Setelahnya ia menatap wajahku, tatapan yang aku tahu apa maksudnya. Aku spontan memejamkan mataku lalu tak lama aku merasakan sebuah benda kenyal dan lembut mengecup bibirku lama.

Setelahnya aku membuka mata dan ia tersenyum, memeluk ku kembali benar-benar seperti tidak mengizinkan aku untuk pergi atau lepas dari dekapannya.

°°°

Kini aku dan yang lain tengah menunggu seseorang yang akan menjemput ku, dia adalah saudara tiriku dan kini menjadi kakak tiriku. Ia yang selama ini ikut membantu bapak untuk mencariku, setelah aku pulang ke rumah bapak aku akan menetap disana mungkin tidak akan kembali ke sini? 

Jogja dengan segala kenangan dan luka secara bersamaan tapi aku tetap suka tentang Jogja, namun dalam hidup ada namanya "People come and go" dan aku percaya setiap manusia ada masanya.

FIGURAN - Hanya Pemain Tambahan [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang