[50] Extra Part 3 : FIGURAN

65 11 2
                                    

Anna terbangun di tengah malam, memposisikan tubuhnya miring karena ia merasa seluruh badannya terasa pegal. Melihat ke arah jendela yang tidak ditutup korden dengan benar, sinar rembulan yang masuk menyorot ke arah kamarnya.

Setetes air mata turun begitu saja lalu segera ia usap, kembali menatap malam yang kini dinginnya menusuk hingga tulang. Ia rindu, rindu pada Asya, Refania dan Calista. Mereka sedang apa? 

"Aku kangen mereka" ucapnya.

Anna bangun keposisi duduk lalu mengambil bingkai foto, foto kenangan bersama para sahabatnya tepat di pernikahan Asya. Jarinya mengusap salah satu wajah di foto itu, bibir nya menampilkan lengkungan namun air matanya terus jatuh begitu saja.

"Apa kabar mas?"

Hatinya masih terganjal oleh sesuatu, perasaan yang tidak pernah mampu di sampaikan kepada sang pemilik hati. Perasaan yang harusnya ia ucapkan namun ia memilih diam.

"Bagaimana bisa aku melukai orang yang tulus seperti kamu mas? Tentang perasaan ku, aku juga mencintaimu tapi rasa takut lebih besar. Ketakutanku yang tanpa sebab justru membuatku harus pergi jauh darimu agar kamu bisa mendapatkan yang lebih pantas dariku"

"Maaf mas Roy..."

Pada akhirnya ia hanya mampu memeluk sebuah bingkai foto bersama kenangannya, dulu jika ia rindu bisa saja ia langsung memeluk raga yang disana namun sekarang ia hanya mampu memeluknya dalam angan.

"Aku kira tidak akan sesakit ini, ternyata sangat sakit" Anna terus terisak, bahkan setiap helaan nafasnya terasa begitu berat. Ia hanya rindu.

Sampai pada pintu kamar Anna yang diketuk pelan lalu seseorang datang menghampiri Anna, "Kamu kenapa Na?" ucap Andra dengan panik.

Anna menatap ke arah Andra, ia menggelengkan kepalanya namun dalam keadaan yang masih menangis. Tidak tega melihat Anna yang seperti itu segera Andra membawa Anna kedalam dekapannya, mengusap air mata di wajah Anna dan menepuk punggung gadis itu.

"Kenapa? Apa ada sesuatu yang terjadi? Mimpi buruk? Apa kamu sakit? Cerita Anna" cecarnya, ia takut jika sesuatu terjadi pada Anna.

Anna bukannya menjawab namun ia malah semakin keras menangis, tangannya meremat baju Andra dengan kuat. Lelaki itu hanya bisa memeluknya erat, menenangkan Anna yang semakin terisak di dekapannya.

Sampai hampir satu jam Anna menangis dalam dekapan Andra hingga ia kini tertidur, Andra menatap wajah Anna yang sangat sembab, hidung nya merah. Andra lantas menidurkan Anna, memasangkan selimut padanya dan tidak lupa ia mengambil bingkai foto yang ada di pelukan Anna.

Andra membalikkan bingkai foto itu, sebuah wajah yang beberapa waktu lalu ia temui saat menjemput Anna. Mungkin pikirnya Anna sedang merindukan teman-temannya, ia lantas menaruh kembali bingkai foto itu di meja.

Kembali menatap wajah Anna, ia tersenyum sembari mengusap kepala Anna, menyibakkan rambut yang menutupi wajah Anna. 

"Cantik" gumamnya.

Ia merapihkan selimut Anna, memastikan ia benar-benar tidur dengan nyaman. Saat ia hendak pergi, tangannya ditahan oleh Anna namun gadis itu masih dalam keadaan terpejam. Andra melepasnya pelan namun Anna tidak membiarkannya lepas.

"Jangan pergi" ucapnya lirih, mungkin ia sedang mengigau.

Andra perlahan kembali duduk dan meletakkan tangan Anna di atas perutnya, mengusap punggung tangan halus itu lalu tersenyum.

Cukup lama Andra dalam posisi duduk sembari menggenggam tangan Anna, hingga saat ia terkantuk ia dikejutkan karena Anna tiba-tiba kaget sembari mengerutkan dahinya. Mungkinkah ia bermimpi buruk, Andra lantas mengusap kepala Anna yang pada akhirnya membuat Anna kembali tenang dan tidur.

FIGURAN - Hanya Pemain Tambahan [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang