[39] ...

60 9 8
                                    

Tak berjudul, sepertinya cocok untuk kisah ku sekarang. Memandang langit dimalam hari sekarang adalah menjadi salah satu favoritku. Melihat bulan dan bintang yang bersinar diatas sana, terkadang ada dimana aku merindukan sesuatu yang tak bisa ku peluk lagi.

Terkadang, ruang kosong itu menjadi lubang hitam bagi ku. Andai, yang di atas sana adalah aku mungkin aku tidak akan merasakan semua ini. Andai, yang diatas sana ada disini sekarang mungkin aku tidak akan kesepian seperti ini.

Andai, hanya kalimat pengandaian yang selalu aku pikirkan kala melihat langit. Memandang luasnya alam semesta dan nyatanya aku sendirian disini, hanya dipeluk oleh kegelapan dan dinginnya dunia.

Merenung, hanya itu yang ingin aku lakukan sekarang. Dulu aku selalu berusaha untuk bangkit disaat aku terjatuh, selalu perbaiki apa yang salah, selalu belajar dan terus belajar tapi sekarang rasanya hanya terasa kosong dan hampa. Seolah dunia menamparku jika usaha ku hanya akan berakhir sia-sia saja.

Aku hanya mampu menghela nafas panjang dan berusaha menghirup udara sebanyak mungkin jika ruang pasokan di dadaku terasa penuh. 

"Hei.."

Sebuah sapaan dan tepukan di bahu membuat ku menoleh kearah belakang, "Boleh duduk disini?" katanya lalu aku jawab dengan anggukan kepala.

"Sedang apa?" tanyanya sekali lagi.

"Hanya sedang menatap langit malam, emm aku rasa malam ini banyak sekali bintangnya jadi terasa dingin" jawabku lalu ia melepas jaketnya dan memberikannya padaku.

"Apa masuk aja? Nanti kamu sakit"

"Sebentar lagi, masih terasa sesak jadi aku butuh sesuatu yang segar untuk aku hirup"

"Kamu tidak apa-apa Ann?" tanyanya sekali lagi untuk memastikan bahwa aku baik-baik saja.

Nyatanya, "Tidak, aku tidak pernah baik-baik saja..."

Hening rasanya tapi air mataku terus mengalir, berulang kali aku kedipkan mata ku tapi tetap saja air matanya terus saja turun. Rasanya kembali sesak saat tiba-tiba Roy lalu mendekapku, menepuk punggung ku dan beberapa kali mengusap air mata di wajahku.

Tumpah sudah semuanya, berantakan dan juga hancur datang bersamaan. Semuanya sudah lebur dan tidak berbentuk, sakit itu yang aku rasakan sekarang. Tidak secara fisik tapi secara batin, entah apakah itu bisa disembuhkan kembali?

"Menangislah jika itu membuat mu lega, jangan disimpan sendiri, keluarkan Ann" ucapnya yang terus saja menenangkanku.

Tangisanku yang hanya sesegukan kini berubah menjadi isakan dengan suara yang sangat keras, sesak dan kembali sesak, ruang kosong itu sekarang terisi oleh genangan air yang membuat dadaku kembali terasa engap. Seperti tenggelam dalam lautan, tidak bisa bernafas.

Semuanya memang tidak bisa aku katakan seberapa sakitnya, tapi aku harap dengan air mata dan tangisan ini mampu menjelaskan semuanya.

>>Author Pov<<

Anna yang sudah lelah dengan tangisannya kini tertidur di dekapan Roy, dengan lembut Roy mengusap wajah ayu itu dengan pelan. Sisa-sisa air mata masih membekas di wajahnya, terlihat pucat tapi tetap cantik. Menurutnya wanita yang sedang menangis itu terlihat cantik, semua wanita itu cantik.

Posisi mereka berada di rumah Asya, selepas pulangnya Asya dari rumah sakit. Anna yang lebih memilih keluar sendirian lalu disusul Roy, hingga gadis itu menangis dalam dekapannya hingga tertidur.

Roy memandangi wajah Anna, ia usap lembut rambut Anna "Cantik" ucapnya.

"Ann, kamu tidak pernah sendirian. Ada aku dan yang lainnya, aku sudah bilang bukan jika aku akan menjagamu karena aku sangat menyayangimu. Bagiku kamu adalah wanita pertama yang sangat aku cintai, wanita pertama yang mampu mengisi hati ini setelah sekian lamanya tidak terisi"

FIGURAN - Hanya Pemain Tambahan [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang