[2] Friendship

551 36 5
                                    

Ting tong

Aku terbangun ketika ada yang memencet bel apartemen secara terus-terusan, aku malas bangun tapi jika aku tidak bangun dan membukakan pintu pasti mereka tidak berhenti menekan bel itu.

"Arggh, sudah tahu password nya kenapa terus saja memencet bel sih?"

Aku berjalan sembari menggerutu, kepala ku rasanya gatal. Aku berjalan dengan menekuk wajahku sampai depan pintu, ku buka pintu itu lalu aku menghela nafasku.

Dua manusia yang ada didepanku ini sekarang tengah meringis menunjukkan deretan giginya yang putih.

"Kenapa tidak buka sendiri saja, sudah tahu sandinya kenapa masih menekan bel?" gerutuku.

"Kita memang sengaja, karena kami tahu kalau kamu itu susah bangun. Kami cuma takut kamu terlambat saja"

Aku menoleh ke arah jam dinding, waktu menunjukkan pukul 04.00 pagi.

"Astaga, apa kalian tidak bisa membaca waktu hah? Ini baru pukul 4 pagi dan kalian sudah ada disini, kyaaa sulit dipercaya"

"Kami sudah ada niat baik Anna, minggir aku mau masuk. Aku lapar"

Calista Amora, temanku satu itu turunan bule. Wajahnya cantik dan juga memiliki wajah yang tegas.

"Kenapa gak masuk Re?" tanyaku melihat temanku hanya berdiri dan bengong.

"Ah, aku masih mengantuk jadi nyawaku belum penuh. Calista mana?"

Aku hanya memutar bola mataku malas lalu menunjuk Calista yang sudah berdiri di dapur tengah mengobrak-abrik isi kulkasku.

Refania Anjani, biasa dipanggil Refa. Temanku satu itu sedikit lola dan selalu jadi sasaran keusilan Calista karena saat dijahili Refa meresponnya dengan lambat, ekspresi yang ditimbulkan Refa membuat Calista merasa bahagia.

"Asya kemana? Kok gak ikut?" tanyaku sembari berjalan mendekati mereka yang tengah makan camilanku.

"Katanya bantuin bundanya untuk nyiapin kue pesanan, kan sekarang tokonya ramai"

"Sepagi ini?"

"Katanya udah dari jam 2 pagi gitu"

"Terus kalian ngapain kesini?"

"Astaga Anna, aku lapar aku butuh makan jadi aku kesini"

"Kau kira aku warteg apa? Kalian ini punya rumah, kenapa tidak makan disana sendiri?"

"Percuma punya rumah kalau penghuninya malah milih tinggal di kuburan" ucap Calista.

"Iya sih, Refa ngapain kesini?"

"Sama Ann, aku lapar juga butuh makan. Bukankah menyantuni anak yatim itu mendapat pahala"

"Astaga, teman-temanku ini memiliki kisah hidup yang terang sekali ya"

"Kau pun sama, kau ditendang kesini kan karena kau itu beban"

Celetukan Calista membuatku memukul kepalanya, "Astaga, kau benar sekali"

"Hahahaha"

Kami tertawa, tidak ada yang marah dengan candaan kami karena kami memang sudah seperti ini sejak dulu. Pertemanan yang kami ikat sejak memasuki sekolah menengah atas hingga kuliah.

Calista bekerja di butik, ia sangat suka merancang desain baju dan juga ia sering mengikuti event fashion show. Bahkan kini Calista sudah mampu mendirikan butiknya di cabang daerah lain, sementara Refania ia adalah seorang teknisi. Tidak menyangka bukan, Refania yang kadang suka lemot nyatanya ia sangat terampil dalam hal teknik terlebih jika masalah komputer.

FIGURAN - Hanya Pemain Tambahan [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang