[27] Abim & Asya

73 12 10
                                    

Hujan deras beserta petir membuat malam ini terlihat lebih mencekam, diluar sana masih ada Abimana yang terus berlutut.

"Ann, aku khawatir kepada Abimana" ucap Calista.

"Apa sebaiknya kita suruh dia masuk?" imbuh Refania.

"Aku udah minta dia by, tapi dia tetap keras kepala" sahut Reyga lalu mengusap kepala Refania.

"Apa sebaiknya kita bicarakan ini pada Asya? Dia sudah sewajarnya tahu Ann"

Aku nampak menimang pendapat dari Calista, apakah lebih baik kami mengatakannya sekarang?

"Bicaralah dengan Asya, Ann"

"Baiklah, aku akan berbicara pada Asya. Kalian tunggu sini dan awasi Abimana"

Mereka semua mengangguk lalu aku perlahan menaiki tangga menuju kamar Asya.

Sesampainya disana aku membuka perlahan pintu kamar Asya, aku lihat Asya tengah mengusap air matanya saat menyadari aku masuk kedalam kamarnya.

"Hei.." ucapku.

"Iya, ada apa Ann? Kamu pasti capek dan yang lain juga, istirahat aja dibawah masih banyak kamar kan? Cukup untuk Roy dan Reyga juga"

Aku hanya mengangguk lalu ku usap lembut punggung tangan Asya yang sedikit dingin itu.

"Aku harus apa Ann? Aku masih belum sanggup untuk kembali kepada Abimana tapi disisi lain aku masih mencintai dia?"

"Sejujurnya aku tidak apa jika memang Abimana tidak kembali namun bagaimana dengan anakku nanti?"

"Bagaimana jika ia mencari ayahnya? Apa yang harus aku katakan?"

Aku menghela nafasku lalu ku eratkan genggamanku kepada Asya, "Maka katakan yang sebenarnya siapa ayahnya Sya, ia juga berhak tahu karena bagaimanapun Abimana adalah ayah kandung dari anak ini" ucapku lalu mengusap perut Asya yang sedikit membuncit.

"Sya, Abimana sudah berusaha sebaik mungkin bahkan tanpa kamu ketahui Abimana telah menjaga mu selama ini"

"Ia juga yang menemanimu disaat kami tidak bisa sepenuhnya menjaga kamu, ia yang selalu mengawasi setiap pergerakan mu dan ia rela menunggu tanpa batas waktu hanya untuk memastikan kamu baik-baik saja"

"Sya, maafkan kami karena kami tidak mengatakan hal ini. Sejujurnya kami ingin mengatakan ini padamu tapi Abimana selalu mencegah kami, katanya ia takut membuat kamu cemas atau bahkan mungkin membencinya"

"Selama ini Abimana tidak pernah pergi jauh dari kamu, ia menjaga kamu tanpa kamu sadari itu. Ia lelaki yang bertanggung jawab Sya, ia sudah menyadari kesalahannya dan kini ia hanya ingin memperbaikinya. Jika bisa"

"Aku salah Ann?" ucapnya dengan derai air mata yang sudah tidak tertahan.

"Tidak, jangan menyalahkan dirimu. Abimana sendiri yang memintanya, ia cukup tahu diri tidak ingin mengganggu mu karena tidak ingin kamu terluka maka dari itu ia hanya mampu menjaga kamu dari jauh"

"Aku masih mencintainya Ann"

"Aku tahu itu dan Abimana juga mencintaimu Sya, ditambah disini ada anak kalian" ucapku lalu mengusap air mata Asya.

"Tapi aku masih tidak bisa Ann"

"Tidak perlu sekarang atau esok hari, semua butuh waktu dan biarkan waktu yang menyembuhkannya"

"Sya...semua akan baik-baik saja okey?" akhir kata ku.

°°°

Sudah 3 jam semenjak aku kembali dari kamar Asya, kami semua masih menunggu diruang tamu. Hujan tidak kunjung henti bahkan semakin deras, suara gemuruh guntur pun semakin besar hingga menimbulkan kilatan cahaya yang terang.

FIGURAN - Hanya Pemain Tambahan [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang