10

477 41 1
                                    

Mark meluapkan emosinya saat itu juga dangan air mata yang tak disadari menetes melupakan seseorang yang Mark kunci dikamarnya. Mark sudah tidak kuat lagi dengan pertengkaran kedua orang tuanya. Mark menumpahkan semua perasaan sedih juga kesal kepada ibunya. Kedua orang tua Mark terdiam mendengar ungkapan anak samata wayang mereka, menatap dengan tatapan iba dan sedih.

"Jika ibu menginginkan bukti, aku mempunyai sebuah bukti yang ibu mau" ucap Mark sambil berbalik badan, memutar kunci dan membuka pintu kamarnya, terlihat Jeno yang duduk dikursi belajarnya namun tak dihiraukan oleh Mark. Mark berjalan terburu buru menuju lemari pakaiannya dan mengambil amplop coklat itu.

Mark keluar lagi dari kamarnya tanpa menutup pintu kamarnya membuat Jeno dapat melihat langsung kejadian pertengkaran keluarga Mark. Mark menyerahkan amplop coklat itu ke ibunya dan diterima langsung oleh sang ibu.

Sang ibu sangat terkejut melihat bukti bukti yang dikatakan Mark, ibunya mengira itu adalah bukti ayahnya berselingkuh tapi malah bukti Ibunya sendiri yang berselingkuh. Ibu Mark menjatuhkan amplop itu membuat foto foto didalamnya berserakan yang dapat dilihat oleh ayah Mark. Ayah Mark tentu juga ikut terkejut bagaimana bisa anaknya mendapatkan foto foto ini.

"Bukti seperti itukan yang ibu mau?! Bukti seperti apa lagi yang ibu inginkan?! Akan Mark berikan pada ibu saat ini juga!!" Mark sudah melewati batas kesabarannya, Mark sudah pergi terlalu jauh, Jeno yang ada didalam kamar Mark terpaksa keluar dan menenangkan sahabatnya itu. Jeno merangkuk dan mengelus lembut pundak Mark "jika ibu ingin pergi dari sini, silahkan pergi!! Tinggalah bersama laki laki itu!!"

Ibu Mark mulai terpojok dan ambruk ditempatnya "M-Mark, bagaimana kau bisa mendapatkan foto foto ini?" Ibu Mark memberanikan diri untuk bersuara walau dengan tergagap "tidak usah memperdulikan dari mana aku mendapatkan ini, jika ibu ingin ketempat laki laki itu Mark siap mengantarkan ibu" lagi lagi perkataan Mark berhasil membuat ibunya mematung.

Karena ibu Mark yang tak segera beranjak dari tempatnya Mark memutuskan memasuki kamarnya dia tak mau lagi melihat ibunya. Mark sudah tak lagi mengenali ibunya. Mark membunuh karakter ibunya dalam pikirannya. Jeno mengikuti langkah Mark dan masuk kekamar Mark, mengambil kunci yang tergantung diluar dan menguncinya dari dalam.

Kini dikamar Mark menangis sejadi jadinya dipelukan Jeno. Dan Jeno berusaha sekuat mungkin untuk menahan rasa sakit karena Mark menggenggam erat lengannya, meluapkan segala kesedihannya didada bidang Jeno juga lengan Jeno yang Mark genggam dengan erat. Jeno mengelus elus lembut surai juga punggung Mark, menenangkan Mark.

Jeno tidak tahu keluarga Mark akan sehancur ini Jeno pikir keluaga Mark akan baik baik saja setelah Jeno tak sengaja melihat kepergian Ibu Mark dari rumah. Jeno berpikir jika itu hanya akan terjadi sementara, ternyata dugaan Jeno salah. Keluarga Mark sudah hancur berkeping keping membuat Mark tak henti hentinya menangis kedalam pelukan Jeno.

Suara Mark semakin pelan membuat Jeno melonggarkan pelukannya untuk untuk melihat kondisi Mark. Mata Mark yang berair, membuat hati Jeno teriris. Jeno tidak bisa jika meliha Mark menangis, Jeno menyeka air mata Mark dengan lembut "kau sudah agak mendingan?" Tanya Jeno denga nada pelan yang masih bisa terdengar oleh Mark. Mark mengangguk sebagai jawabanya "maaf aku meremat lenganmu, kau pasti kesakitan" Jeno menggelengkan kepala "ini tidak sesakit dirimu Mark. Kau lebih sakit dan menderita dibanding lenganku yang hanya kau remat. Ini tidaklah seberapa" ucap Jeno menenangkan Mark. Jeno menuntun Mark untuk duduk dikasur dan berjongkok dihadapan Mark.

Menatap wajah Mark dari bawah mengelus lembut lutut Mark "Jeno.. " panggil Mark dan Jeno semakin memperhatikan Mark "cium aku" Jeno terkejut dengan ucapan Mark, tentu dia senang tapi Jeno tidak boleh menunjukannya. Jeno hanya mengedipkan matanya berkali kali seperti meminta Mark untuk mengulangi perkataannya.

"Cium Aku Lee Jeno!" Bentak Mark, Jeno pun langsung memajukan badanya dan meraup bibir Mark. Jeno melumat bibir Mark dan sesekali memasukkan lidahnya kedalam mulut Mark. Jeno mendorong pundak Mark perlahan ke kasur membuat Mark terbaring dengan posisi Jeno diatasnya tanpa melepas tautannya.

Ciuman yang mereka ciptakan membuat suara kecipak diruangan Mark tanda mereka berdua saling menyalurkan kenikmatan satu sama lain. Tangan Jeno dengan lihai melepas jaket yang Mark kenakan dan membuang kesegala arah begitu juga denga kaos yang Mark pakai. Kini Mark bertelanjang dada menampilkan tubuh dan nipple kecil Mark yang Jeno anggap menggoda itu.

Tangan besar Jeno meremas dada Mark dan mencubit nipple Mark membuat Mark melenguh walau sedang berciuman. Tangan Mark digunakan untuk meremas surai belakang Jeno menyalurkan kenikmatan disana. Mark melepas tautan mereka karena membutuhkan oksigen. Jeno dengan cepat langsung menyerbu leher Mark, menjilat, mengigit dan menyesap menciptakan tanda merah dileher putih Mark.

Tak hanya leher, Jeno juga menyerang nipple Mark dan dihisapnya sekuat tenaga membuat dada Mark membusur. Mark mengigit bibir bawahnya agar tidak mengeluarkan suara suara aneh yang dapat terdengar diluar. Jeno semakin menurunkan kepalanya dan menjilati pusar Mark. Jeno tak akan melewati batas seperti yang Mark katakanya dan Jeni juga berjanji pada didirinya jika untuk Mark yang memintanya sendiri.

Jeno kembali memposisikan tubuhnya, mensejajarkan kepalanya denga Mark dan kembali meraup bibir Mark yang bagi Jeno enak dan menggoda itu. Jeno mengangkat tubuh Mark untuk dinaikan ke atas kasur seutuhnya lalu kembali pada aktivitasnya menciumi dan meninggalkan jejak pada tubuh Mark.

Dilain tempat tepatnya diruang tengah masih terdapat ayah dan ibu Mark yang masih tenggelam denga perkataan anak mereka itu "jadi, apa rencanamu setelah ini?" Tanya sang pemimpin keluarga dengan nada tenangnya. Ibu Mark merapihkan foto foto itu dimasukkanya kembali kedalam amplop dan diserahkan kepada suamianya itu "aku tetap pada pendirianku. Aku tetap mau bercerai denganmu" setelah mengatakan itu, istrinya pergi meninggalkan suamiya termenung sendiri diruang tengah

Sorry I Have to KILL You Dad! (HIATUS!!!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang