Setelah mengenakan sweater turtlenecknya Mark duduk dipojokan kasur menunggu Jeno menyelesaikan kegiatannya. Melihat Jeno yang sudah keluar dari kamar mandi Mark berjalan mendekati Jeno untuk membantu Jeno mengeringkan wajahnya "sini biar ku keringkan wajahmu" ucap Mark sambil meminta handuk yang Jeno bawa.
Jeno menyerahkan handuknya dan membiarkan Mark mengeringkan wajahnya. Dengan perlahan dan telaten Mark mengeringkan wajah Jeno membuat senyuman terukir diwajah Jeno "kau sangat perhatian sampai aku ingin segera menikahi mu Mark"
Mark hanya mendengus dan tersenyum sebagai tanggapan perkataan Jeno "sudah selesai" ucap Mark. Saat Mark akan pergi kekamar mandi untuk mengembalikkan handuk, Jeno menahan pinggang Mark, mendekatkan bibirnya ke telinga Mark "terimakasih sayang" ucap Jeno membisik ditelinga Mark.
Mark geli mendengarnya tapi dia juga senang dalam hatinya. Mark mendorong pelan tubuh Jeno agar terlepas dari pelukkan pinggang Jeno "ayo kita keluar menyapa ayahku" Jeno menganggukkan kepala dan segera merapikan pakaiannya, Mark mengembalikkan handuk kedalam kamar mandi lalu bergerak menuju pintu memutar kunci lalu membukanya "ayo" ajak Mark
Jeno langsung mendekat ke arah Mark, kedua sahabat itu keluar bersama dari kamar Mark. Ayah Mark yang sedang duduk dikursi pantry dengan pakaian rapinya menyapa anaknya dan juga teman anaknya "kalian sudah bangun?"
Mark berdeham sambil berjalan mendekati ayahnya dan bergabung duduk di pantry bersama ayahnya, Jeno dia selalu mengekori Mark dan duduk disebelah Mark. "Bagaiman tidurmu?" Tanya Ayah Mark
"Tidurku nyenyak, bahkan kelewat nyenyak" jawab Mark sambil melirik ke arah Jeno lewat ekor matanya. Jeno sadar dengan lirikan Mark, hanya terseyum menahan malu. "Aku tidak sedang menanyaimu Mark" Mark mengerutkan keningnya karena bingung dengan perkataan ayahnya.
"Aku tidak sedang menanyaimu, pertanyaan tadi untuk temanmu" Mark dan Jeno saling melempar tatapan tanya. Jeno segera mengalihkan pandangannya dan menatap mata ayah Mark "t-tidur saya nyenyak paman" jawab Jeno dengan gugup. Ayah Mark mengehela nafas lega.
"Untunglah, berati tidur Mark sudah normal" Mark semakin bingung dengan ayahnya "apa maksud ayah?" Tanya Mark yang membuat ayahnya menyunggingkan senyuman "terakhir kali saat ayah memasuki kamarmu dengan tujuan membangunkanmu, gaya tidurmu sangatlah luar biasa Mark" jelas sang ayah
Mark langsung paham yang dimaksud ayahnya itu, pipi Mark langsung saja memerah semerah tomat "g-gaya t-tidurku tak pernah aneh aneh seperti yang ayah maksud!" Mark sedikit meninggikan suaranya karena jengkel sudah digoda oleh ayahnya itu.
Jeno tentu tidak paham maksud percakapan ayah dan anak itu. Jeno hanya ikut tersenyum senang melihat komunikasi Mark dengan ayahnya, tidak seperti komunikasi antar Jeno dengan Ayahnya. "Itu karena kau tidur, jadi kau tidak tahu bagaimana gaya tidurmu"
Ayah Mark lagi lagi mengerjai Mark membuat anak semata wayangnya itu menahan kesal sampai sampai wajahnya seperti tomat yang telah direbus "sudahlah, ayah pergi ke kantor dulu. Ini uang untuk sarapan kalian berdua." Ayah Mark berpamitan dengan anaknya juga Jeno lalu pergi setelah menyerah kan beberapa lembar uang untuk mereka berdua.
"Hati - hati dijalan ayah!" Seru Mark karena ayahnya sudah dulu pergi meninggalkan rumah. "Sepertinya aku butuh penjelasan yang lebih dari ayahmu Mark" ucap Jeno yang langsung mendapat tatapan tanya dari Mark "apa maksudmu?" Jeno menoleh menatap Mark "penjelasan tentang gaya tidurmu"
Mark lagi lagi mengeluarkan semburat merah diwajahnya dan memukul dada Jeno lantaran kesal sudah digoda untuk kedua kalinya oleh Jeno juga ayahnya. Jeno meringis merasakan sakit didadanya akibat pukulan Mark yang tak main main.
"Kita mau makan apa hari ini? Ayahku sudah menyiapkan uangnya" tanya Mark, Jeno pun mengetuk ngetuk kan jari telunjuknya dimeja pantry sebagai tanda ia sedang berfikir "bagaimana jika kita mencari bahan bahannya lalu kita memasak"jawab Jeno.
Mendegar pendapat Jeno, Mark menurunkan sudut bibirnya dan itu berhasil membuat Jeno kebingungan " kenapa?"Mark menghela nafas saat Jeno menanyainya "aku tidak bisa memasak" ucap Mark sambil menunduk. Jeno menahan tawanya mendengar jawaban dari Mark.
Mark semakin menunduk dan semakin melengkungkan bibirnya kebawah setelah melihat gelagat Jeno yang menahan tawanya. Karena tak mau melihat Mark sedih dan kesal nantinya, Jeno berusaha menetralkan diri "tenang saja, urusan memasak biar aku saja" ucap Jeno, Mark tentu langsung menengadahkan kepalanya menatap Jeno dengan tatapan binarnya "kau bisa masak?" Tanya Mark penuh dengan semangat.
Jeno sedikit terkejut dengan Mark yang tiba tiba menjadi semangat tuhan~ dia sangat lucu dan imut pikir Jeno "hanya masakan sederhana saja tidak masalah bagiku" jawab Jeno. Mark semakin menatap penuh binar dan semangat lalu Mark mendekatkan diri ke Jeno menggenggam kedua tangan Jeno dan diangkatnya kedepan dada Mark "yang penting kau bisa masak. Kalau begitu, ayo kita segera bersiap siap dan pergi belanja!"
Entah apa yang membuat Mark merasa semangat dan bahagia hanya karena Jeno sahabatnya itu bisa memasak. Mark segera menuju kamar untuk mengganti pakaian yang lebih rapi, dan tentu pakaian itu harus ada turtlenecknya untuk menutupi tanda merah yang ada dileher Mark. Jeno menatap kepergian Mark sambil menggelangkan kepala "calon istri ku terlalu imut untuk dibiarkan hidup sendiri" ucap Jeno pada dirinya sendiri lalu beranjak dari tempatnya dan menyusul Mark mengganti pakaian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sorry I Have to KILL You Dad! (HIATUS!!!)
General Fiction"Aku sungguh menyayangimu Ayah" Hanya cerita fiksi hasil imajinasi sendiri