Pagi hari menyapa kota Toronto Kanada, terlihat Jeno yang sudah rapi dengan pakaiannya dan siap untuk berangkat kesekolah barunya. Setiap langkah yang Jeno ambil, sesekali ia melihat ponselnya. Berharap ada satu pesannya yang sudah dibalas oleh Mark. Tak perlu membalas, hanya dibaca pun sudah membuat tenang diri Jeno.
Setelah turun dari lantai dua, Jeno berjalan mendekati pantry. Disana sudah ada sarapan yang telah disiapkan oleh maid. Saat Jeno mencicipi makanannya, kedua alisnya dikerutkan "kenapa rasanya aneh? Apa karena belum terbiasa?" pikirnya dan menyudahi sarapannya. Lagi lagi, setiap langkah yang ia ambil selalu menilik ponselnya dan belum ada tanda tanda dari Mark.
Sesampainya di garasi, pengawal telah membukakan pintu mobil sejak pintu lift yang menampilkan Jeno, dibuka "selamat pagi tuan Jeno" sapa pengawal itu dengan membungkuk hormat. Jeno mengabaikan sapaan pengawalnya dan langsung masuk kedalam mobil, lalu pintu ditutup. Dan pengawal masuk, duduk dikursi pengemudi.
Selama perjalanan, Jeno terus menerus melihat ponselnya. Dia terus menatap layar yang menampilkan room chatnya dengan Mark, tak ada tanda tanda pesan telah baca "mungkin sudah tidur" pikir Jeno.
Perjalanan yang diambil dari tempat Jeno menuju sekolah barunya cukul lama, menghabiskan waktu sekitar 35 menit. Sesampainya disana, Jeno meminta untuk diberhentikan jauh dari lingkungan sekolah, dan dipatuhi oleh pengawalnya.
Jeno keluar dari mobil, walau pengawal nya ingin membukakan pintunya. Tapi Jeno sudah terlebih dahulu keluar, lalu berjalan menuju lokasi sekolah. Nuansa yang nampak berbeda dari sekolahnya dulu, tapi tetap saja Jeno lebih menyukai sekolahnua dulu timbang yang sekarang. Karena disekolah ini tak ada Mark-nya.
Sesampainya Jeno didepan gedung, ternyata sudah ada guru yang menanti kedatangan Jeno "kau Jeno Lee?" Jeno mengangguk saat guru itu menanyakan identitasnya. "Ikut aku" Jeno mengikuti wanita tua yang ada didepannya. Banyak mata memandangnya saat Jeno dan guru tua itu berjalan menyusuri lorong, tapi dihiraukan oleh Jeno.
"Kita sudah sampai, kau masuklah dulu" Jeno memasuki kembali ruang kepala sekolah, disana terdapat sang kepala sekolah, dan satu guru wanita yang terlihat berusia 30 tahunan, berdiri disamping kepala sekolah menyambut kedatangan Jeno.
"Kau Jeno Lee? Kenalkan namaku Jessica Jung, aku akan bertanggung jawab atasmu. Kau akan masuk kedalam kelas ku" guru itu menyulurkan tangannya setelah memperkenalkan diri, dan Jeno menyambut uluran tangan itu. Mereka bersalaman.
"Saya Jeno Lee, mohon bantuannya" ucap Jeno setelah melepas salamannya. "Seperti yang Mrs. Jessica bilang tadi, kau berada di kelasnya yang artinya beliau adalah wali kelasmu" Jeno mengangguk paham "jika kau perlu sesuatu, kau bisa meminta bantuannya" lanjutnya, dan hanya diangguki Jeno sebagai responnya.
"Kalau begitu Jeno Lee, mari ikut aku. Aku akan mengantarmu kekelas" Jessica berjalan terlebih dahulu hingga sampai diambang pintu, Jeno membungkukkan tubuhnya terlebih dahulu kemudian mengikuti adah Jessica pergi.
Lorong sekolah kini sudah sepi, bel telah berbunyi 5 menit lalu, bersamaan saat Jeno memasuki ruang kepala sekolah. Sesampainya didepan kelas, Jessica meminta Jeno untuk tunggu diluar "kau tunggu disini, kau masuk setelah aku memanggilmu" Jessica masuk kedalam kelas, meninggalkan Jeno yang masih terdiam ditempat.
Kelas yang lumayan ricuh dan ramai, sampai kedatangan Jessica pun tak ada satupun yang menyadarinya. Jessica harus menggebrak meja atau papan tulis terlebih dahulu, baru semua muridnya memperhatikan nya.
Brak!
Brak!!
Brak!!!
Setelah dirasa tenang, barulah Jessica bersiap untuk berbicara "baiklah, ada sedikit info yang saya berikan untuk kalian" semua murid mulai menajamkan pendengaran mereka, penasaran tentang info apa yang akan disampaikan "hari ini kita kedatangan murid baru, dia datang jauh dari Korea. Jadi berteman baiklah dengannya" setelah selesai membagikan informasi, Jessica meminta Jeno untuk masuk.Dengan langkah yang penuh percaya diri, Jeno masuk kedalam ruang kelasnya yang baru. Dapat Jeno lihat, yang awalnya semua murid berbisik bisik, kini kembali tenang dan mulai fokus kepada dirinya "perkenalkan, namaku Jeno Lee. Mohon bantuanya" semua murid, terutama murid perempuan, mereka terpesona dengan ketampanan yang Jeno miliki, bahkan suaranya yang sangat gentle itu menambah poin ketampanan nya.
"Okey Jeno, kau bisa duduk disebelah sana" tunjuk Jessica pada bangku pojok kenan belakang, tepat disamping jendela. Jeno langsung mendekati bangku itu, dan duduk manis disana. Setelah memastikan Jeno duduk dengan tenang, Jessica kembali melanjutkan penjelasan materi yang kemarin.
"Psstt... " bisik seorang perempuan yang duduk disamping bangku Jeno "Psstt... Heiii... " perempuan itu terus memanggil bahkan diam diam melambaikan tangannya kearah Jeno, karena Jeno sendiri tak memperdulikan dan tak menghiraukan perempuan di sampingnya, ia lebih memilih fokus kedepan memperhatikan Jessica yang sedang mengajar.
Perempuan itu kesal, sedari tadi Jeno tak memperhatikannya. Perempuan itupun akhirnya merobek kertas dari bukunya dan menuliskan sesuatu disana, lalu melipatnya dan menaruhnya dimeja Jeno.
Jeno melihat lilitan kecil kertas yang tak sengaja menyentuh tangannya, tanpa melihat siapa yang memberinya. Jeno mengambil kertas kecil itu, dan langsung membuangnya lewat jendela. Tak ingin mengetahui isi dari dalam kertas itu.
Jeno dapat merasakan kekesalan yang perempuan itu pancarkan, tapi ia tak peduli, Jeno harus fokus kedepan dan harus cepat cepat mempelajari semua materi yang tertinggal, jika ingin segera lulus.
"Dasar!! Beraninya kau mengacuhkan ku!!" ucap perempuan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sorry I Have to KILL You Dad! (HIATUS!!!)
Ficción General"Aku sungguh menyayangimu Ayah" Hanya cerita fiksi hasil imajinasi sendiri