Paginya Mark bersiap siap pergi kesekolah, ia sudah merapikan dan sudah mempersiapkan kebutuhannya semalam tinggal berangkat ke sekolah.
Mark keluar dari kamarnya, tak lupa ia memeriksa keadaan ayahnya. Mark mengintip dari celah pintu kamar ayahnya yang ia buka sedikit. Tak ada tanda tanda dari ayahnya untuk bangun, masih tertidur damai. Dirasa masih aman, Mark menutup kembali pintu kamar dan langsung pergi meninggalkan rumah menuju sekolah yang tak jauh jaraknya.
Sesampainya ia didepan gerbang sekolah, Mark berjalan santai memasuki lingkungan sekolah. Seperti tak ada beban yang dipikulnya.
Kini Mark sudah memasuki kelasnya yang sudah lumayan terisi oleh beberapa murid lainya. Mark melangkah menuju bangkunya dan duduk disana. Mark melirik bangku sebelahnya yang masih kosong, Mark pikir Jeno mungkin terlambat masuk hari ini.
Bel sudah berbunyi tapi masih belum ada tanda tanda Jeno masuk kelas, Mark mulai cemas dengan tidak hadirnya Jeno tapi ia juga tidak punya hak untuk mencemaskan Jeno.
Mark sendiri yang menyuruhnya pergi, Mark sendiri yang memintanya jadi untuk apa Mark mencemaskan Jeno. Mark berusaha membuang perasaan cemasnya hingga masuklah guru kelasnya. Guru kelas itu berdiri didepan dan terlihat akan memberikan sebuah informasi penting "selamat pagi anak anak" sapa guru kelas.
"Selamat pagi pak" serentak semua murid menjawab
"Hari ini, saya akan menyampaikan informasi" ucap guru kelas itu. Semua murid semakin memperhatikan guru yang ada didepan kelas, menunggu perkataan selanjutnya."Mulai hari ini teman kalian Lee Jeno telah keluar dari sekolah dan pindah keluar negeri" sontak pemberitahuan ini membuat kelas sedikit heboh. Mark terkejut dan mematung, terputar kembali semua kenangan yang Mark lalui bersama Jeno, termasuk saat Mark meminta Jeno untuk pergi dari hidupnya. Mark ingat semua kata kata terakhir Jeno pergi meninggalkanya.
Dada Mark terasa nyeri, panas dan sesak, membuat nafas Mark menjadi terengah engah. Mark meremat kedua telapak tangannya, melampiaskan rasa sakit didada dalam genggamannya. Berusaha untuk tak menyesali perbuatannya sendiri, lalu Mark menarik nafasnya dalam dalam dan dihembuskan perlahan lewat mulutnya untuk menetralkan keadaanya.
Seharian penuh disekolah, Mark menahan sakit didadanya hingga saat ini ia berada didalam kamar, Mark meringkuk kan badan dan meremat dadanya dan Mark semakin mengingat kebersamaanya dengan sahabatnya itu. Mark berusaha menahan air matanya keluar, karena jika itu terjadi itu tandanya ia menyesali perbuatannya.
"Tahan Mark... Jangan biarkan kau menyesali perbuatanmu... Kau sudah melakukannya dengan benar... " ucap Mark yang semakin meringkukkan badanya. Mark juga tidak akan lagi menghubungi Jeno, takut menyesal semakin dalam. Mark tak mau Jeno terlibat dalam masalahnya, Mark mau melindungi Jeno dari kesalahannya.
Dirasa telah berhasil menenangkan diri, Mark merentangkan badannya, menutupi mata dengan lengannya. Mark harus memalingkan diri dari masalahnya saat ini, ia harus menyibukkan diri lagi agar tak memikirkannya.
Mark mengehela nafasnya lalu beranjak dari kasurnya, ia akan membersihkan diri dulu sebelum melihat kondisi ayahnya. Mark keluar kamarnya dan menuju kamar ayahnya setelah selesai dengan urusannya. Membuka sedikit pintu kamar melihat dari celah, ayahnya masih tetap tertidur damai, Mark langsung memutuskan untuk masuk kedalam dan mendekati ayahnya.
Mark mulai melihat sekeliling, mencari keberada tas kerja ayahnya yang terletak dimeja rias ibunya dulu. Mark mendekati meja dan meraih tas ayahnya. Mark tanpa ragu membuka tas itu, terlihat beberapa kertas dokumen dokumen kerja ayahnya yang Mark tak mengerti apa isinya. Didalam sana juga terdapat ponsel ayahnya, inilah yang Mark cari. Mark mencari ponsel ayahnya.
Dinyalakan posel yang tak tersandi itu, Mark melihat semua isi yang ada didalamnya dimulai dari galeri, penyimpanan data dan isi kontak juga pesan. Tak ada yang mencurigakan sama sekali, semua terlihat normal, ada juga video dimana ayahnya yang tiba tiba dipeluk oleh rekan kerjanya. Ayahnya benar benar terkejut dengan pelukan itu dan berusaha melepaskannya, itu yang Mark lihat.
Mark menatap ayahnya yang masih terbaring setelah melihat video itu dan kembali melihat semua isi ponsel ayahnya. Banyak pesan yang menanyai kenapa sang ayah tak masuk kerja dari semua rekannya, bahkan dari atasannya pun juga menannyai keberadaan ayahnya.
Mark tidak membalas pesan itu, hanya akan membacanya saja sampai posel ayahnya bergetar menampilkan nama salah satu rekan ayahnya yang menghubunginya. Mark menarik keatas tombol warna hijau, ditemoelkanya benda pipih itu ketelinganya dan terdengarlah suara wanita dari ujung sana.
"mohon maaf tuan Lee saya menganggu. Saya ingin menanyakan kabar tuan Lee yang tidak masuk hari ini. Apa kondisi tuan Lee baik baik saja?"
"Maaf, tuan Lee sedang tidak enak badan. Saat ini beliau sedang beristirahat dirumah"
"oh baiklah kalau begitu, terimakasih informasinya. Karena sedari tadi lagi tuan Lee tidak membalas pesan dari semua rekan"
"Tidak masalah"
"em.. Mohon maaf sebelumnya dengan siapa saya berbicara?"
"Saya Mark, anak dari Lee Hyuk Jae"
"begitu, kalau boleh tahu kapan tuan Lee akan sembuh dan kembali bekerja?"
"Saya belum tahu"
"ya sudah kalau begitu, maaf mengganggu waktunya sampaikan salam untuk beliau. Terimakasih. Saya permisi"
"Ya"
Sambungan telepon itu telah terputus. Mark menjauhkan ponsel ayahnya dari telinganya dan menatap kembali ponsel itu "tidak ada yang mencurigakan sampai sini" Mark mengembalikkan ponsel ayahnya kedalam tas dan merapikannya kembali seolah olah Mark tidak menyentuh tas itu sama sekali.
Mark mendekatkan diri lagi ke ayahnya dan duduk bersandar dibawah samping kasur ayahnya itu. Memeluk kakinya dan menatap lutut Mark yang masih terbalut celana seragamnya dan meneteskan air matanya.
"Maaf kan aku ayah... Maaf kan Mark... "
KAMU SEDANG MEMBACA
Sorry I Have to KILL You Dad! (HIATUS!!!)
General Fiction"Aku sungguh menyayangimu Ayah" Hanya cerita fiksi hasil imajinasi sendiri