9

433 41 0
                                    

Selesai dengan membersihkan diri dan mengenakan pakaian, Mark mengajak Jeno untuk membeli beberapa pakaian. Keluar bersama dari dalam kamar, Mark tak lupa untul berpamitan kepada Ayahnya yang kebetulan ada di ruang tengah "ayah, Mark dan Jeno ingin keluar sebentar. Ingin membeli beberapa pakaian untuk Jeno" ijin Mark.

Saat hendak akan pergi, ayah Mark memperhentikan kepergian putranya juga temannya. Ayahnya masuk kedalam kamar dengan terburu buru dan kembali dengan langkah buru buru juga sambil menyondorkan beberapa lembar uang tambahan "ini, ambil uang ini sekaliam kalian pergi makan diluar. Ayah sudah makan saat perjalanan pulang tadi" Mark menerima uang pemberian ayahnya "terimakasih ayah. Kami pergi dulu" Mark melangkah pergi dan Jeno membungkuk kepada ayah Mark terlebih dahulu sebelum menyusul Mark "kami pergi dulu paman" pamit Jeno dan segera menyusul Mark, ayah Mark hanya mengangguk dan mengizinkan kedua sahabat itu pergi.

Diperjalanan menuju toko pakaian, Mark dan Jeno berjalan berdampingan ingin Jeno menggandeng tanga Mark namun Mark terlebih dahulu memasukkan tangannya kedalam saku jaketnya. Berjalan bersama ditemani keheningan yang menyelimuti mereka berdua hingga sampailah mereka di depan toko pakaian khusus laki laki. Mereka berdua memasuki toko itu bersamaan dan memilih beberapa pakaian yang akan Jeno kenakan untuk beberapa hari kedepan.

Jeno bukannya memilih malah mengekor dibelakang Mark yang sibuk melihat lihat pakaian "kenapa hanya mengikutiku, sana pilih pakaianmu" Jeno tak mendengarkan perkataan Mark dia malah tersenyum membuat matanya menyipit "kau saja yang pilih, apapun pilihanmu aku akan menyukainya" wajah Mark memerah mendengar perkataan Jeno, dan jantungnya juga berdegup kencang.

"K-kalau begitu ayo kita pindah dari toko ini ke toko pakaian perempuan, disana akan ku pilihkan" canda Mark dan dapat menbuat Jeno tertawa. Jeno pun akhirnya memilih pakaiannya dan menyerahkan ke Mark untuk dibayar. Selesai dengan membeli pakaian Mark berncana mengajak Jeno untuk makan malam "kau mau makan apa?" Tanya Mark, Jeno menaruh jari telunjuk di dagunya tanda ia sedang memikirkan apa yang akan ia dan Mark makan nanti "Hm... Kita makan street food saja bagaimana? Dekat taman bermain yang kita lewati tadi. Lalu kita makan ditaman sana" Mark pun hanya mengangguk setuju dengan pendapat Jeno dan melangkah kan kaki mereka menuju tempat yang dituju Jeno.

Setiba mereka disana, Mark dan Jeno langsung memesan beberapa makanan lalu membawanya ke taman bermain dekat mobil makanan tadi. Mark dan Jeno duduk diayunan lalu memakan makanannya, mereka menyantap dengan khidmat sampai ke gigitan terakhir. Untungnya mobil penjual makanan tadi juga menjual minuman jadi tak perlu bersusah payah untuk ke mini marker membeli minuman.

Selesai dengan urusan perut mereka saat Mark berdiri dan mengajak Jeno untuk segera kembali kerumah, Jeno menahan pergelangan tangan Mark "Mark, kau belum menjawab pertanyaanku tadi" Jeno menagih jawaban dari Mark. Mark menghadapkan tubuhnya ke Jeno mengusap lembut rahang Jeno "kita pulang dulu" ajak Mark.

Mark melepaskan pergelangan tangannya dari genggaman Jeno tapi Jeno malah mengeratkan dan memasukkan tangan Mark kedalam sakunya dan menggenggamnya. Jeno melangkahkan kakinya membuat Mark sedikit terseret karena tangannya dimasukkan kedalam saku Jeno.

Mereka berjalan ditemani lagi oleh keheningan ditambah tangan Mark yang dimasukkan paksa oleh Jeno kedalam sakunya. Diperjalanan saat sampai didepan apotek, Mark mengehentikan langkahnya yang membuat Jeno juga berhenti "Jeno, aku membeli beberapa obat dulu. kau tunggu disini saja" Mark memasuki toko obat itu meninggalkan Jeno diluar.

Didalam apotek, Mark menyerahkan resep dokter ke apoteker. Diresep itu tertulis obat tidur jadi apoteker mengambil sebotol obat tidur denga dosis yang sesuai denga resep dokter. Apoteker itu membukus obatnya setelah menjelaskan kepada Mark cara pemakaiannya dan waktu meminumnya Mark pun membayar dan diterima oleh apoteker itu. Mark berjalan menuju pintu meninggalkan apotek. Sekeluarnya Mark dari apotek, Jeno langsung meraih tangan Mark dan dimasukkan lagi kedalam sakunya tanpa menanyakan tentang obat itu

Sesampainya didepan kediaman Mark dan Jeno memasuki rumahnya dan disambut langsung pertengkaran orang tuanya. Mark langsung menarik Jeno menuju kamarnya melewati peperangan yang terjadi. Mark membuka pintu kamarnya dan mengambil kunci yang bergelantung didalam lalu mengunci Jeno dari luar. Mark terpaksa melakukan itu dan Mark melihat langsung pertengkaran kedua orang tuanya

"Aku sudah tidak betah lagi hidup bersamamu, aku lelah aku mau kita cerai!!!" Ungkap sang ibu Mark. Tentu Mark dan ayahnya Mark terkejut mendengar keputusan itu "cerai?! Kau pikir dengan bercerai urusan kita langsung selesai?! Kau pikir dengan kita bercerai semua masalah langsung berakhir?! Kau selalu menuduhku tanpa bukti! Bukti mu hanya hasil dari omongan orang lain dan tanpa bukti jelas!! Aku benar benar sibuk dengan urusan kantor, dan uangnya benar benar kugunakan untuk membayar hutang kita!" Jelas ayah Mark, ibu Mark berdecih tak percaya dengan perkataan suaminya itu.

"Hutang?! Kau pasti hanya beralasan saja kan?! Bukti bukti pembayaran yang kau tunjukan padaku itu, semuanya palsu!!! Kau hanya tak ingin memberikan aku uang! Jujur saja aku sudah mengerti trik licikmu itu!!" Bentak ibu Mark tak mau kalah dengan suaminya. Saat ayah Mark akan membalas perkataan istrinya, Mark terlebih dahulu menyela "apa ibu mempunyai bukti yang jelas kalau ayah berselingkuh? Bukti ibu hanya sebatas omongan orang lain dan ibu langsung mempercayainya?! Ibu lebih mempercayai orang orang yang baru ibu temui dibanding denga keluarga ibu sendiri yang sudah bertahun tahun hidup bersama ibu?!! Bagaimana bisa ibu mengatakan itu pada ayah?! Bagaiman bisa ibu menuduh ayah hanya berdasarkan omongan orang lain?!!! Bagaiman bisa ibu--" Mark menghentikan perkataannya, mengambil nafas dalam dalam lalu menghembuskannya.

Mark berusaha menetralkan diri dari emosinya "ayah bekerja dari pagi sampai malam bahkan dihari libur ayah tetap bekerja untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Ayah benar benar menggunakan uangnya untuk membayar hutang. Ayah selalu fokus pada handphone karena ayah harus membalas pesan pesan penting. Dan karena ayah harus menuruti kemauan ibu yang melarang ayah untuk memegang handphone saat dirumah, membuat ayah mendapat cap sebagai karyawan yang tidak mempunyai sopan santun saat berkomunikasi menggunakan handphone. Membuat ayah harus kehilangan jabatan yang akan ayah tempati, membuat ayah kehilangan kolega yang sangat penting!! Ibu tidak tahu, karena ibu selalu menutul mata dengan apa yang ayah lakukan. Ibu mendadak tuli dan buta saat ayah sedang berusaha keras. Kemana ibu saat ayah membutuhkan ibu?? Kemana ibu saat Mark juga membutuhkan ibu?? Kemana perginya ibu Mark yang dulu tak pernah keluar rumah, dan hanya mementingkan keluarganya??!! Kemana??!!!!"

Sorry I Have to KILL You Dad! (HIATUS!!!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang