"Jadi, siapa yang akan berhasil mendapatkan Mark?"
"Eh?"
Jaemin dibuat terkejut juga bingung. Apa yang dimaksud ayah Mark? "M-maaf, apa yang paman maksud?" Tanya Jaemin. Ayah Mark kembali keposisi semulanya, menghadap ke teman anak semata wayangnya.
"Siapa yang akan dipilih Mark nanti, kau? Atau sepupumu Lee Jeno?"
Jaemin mengerjapkan matanya, ia tak tahu harus menjawab apa dan bagaimana cara menjelaskannya. Ayah Mark melihat raut wajah Jaemin yang bingung juga panik itu, "Ppftt... " ayah Mark berusaha untuk tak mengeluarkan tawanya "bwahahahaha.... " Namun, gagal.
"Hahaha... Jangan panik, paman hanya bercanda~" ayah Mark menampar pelan pundak Jaemin. Jaemin sendiri juga ikut tertawa. Tertawa canggung. Karena kebisingan yang ada diruang tengah dan kebetulan Mark sudah selesai dengan mencuci piringnya, Mark juga ikut bergabung bersama teman dan ayahnya.
"Apa yang kalian bicarakan?" Tanya Mark sambil mengambil posisi duduk di single sofa. "Hahaha... Tidak, bukan apa apa." Jawab ayahnya sambil menerka air mata yang keluar dari pelipis mata.
"Haaa~ sudahlah, ayah mau langsung tidur saja. Besok ayah harus kembali bekerja." Ayah Mark pamit meninggalkan Mark dan Jaemin berdua. Tak lupa ia menggosok lembut tanganya keatas kepala Mark lalu pergi menuju kamarnya.
Jaemin memutar kembali perkataan ayah Mark dalam pikirannya, meskipun pertanyaan tadi dianggap bercanda oleh calon mertuanya, tapi ini jadi permasalahan serius bagi Jaemin.
"Mark" panggil Jaemin.
Mark yang tadi memperhatikan ayahnya masuk kedalam kamar teralihkan oleh suara Jaemin yang menginstruksi "apa?" Tanya Mark penasaran. Jaemin mendekatkan posisinya pada Mark, membuat Mark memundurkan tubuhnnya.
"Mark, diantara aku dan Jeno, siapa yang akan kau pilih nanti?" Tanya Jaemin langsung pada intinya. Mark mengerjap bingung, dia tidak mengerti maksud Jaemin. "Kau harus memilih Mark"
"Apa maksudmu?"
"Maksudku, kau harus memilih antara aku, atau Lee Jeno?"
Mark tidak bisa menjawab pertanyaan Jaemin. Ia bangkit dari tempatnya, menatap tajam Jaemin "aku tidak mengerti maksudmu." Ucap Mark lalu melangkah jauh menuju kamarnya. Jaemin mengikuti kemana pergi Mark. Ia sangat butuh jawaban atas pertanyaan tadi.
Mark membuka pintu kamarnya, kemudia masuk kedalam, dengan langkah cepat Jaemin berhasil ikut masuk kedalam. "Apa yang kau lakukan?!" Mark sidkit meninggikan suaranya.
Jaemin menutup pintu kamar Mark agak kencang, dan mendorong si pemilik kamar hingga punggungnya menabrak pintu. Jaemin mengukung Mark. "Jawab Mark. Jika kau tak bisa memilih, maka kau akan menghancurkan dua hati sekaligus. Lebih baik kau menghancurkan perasaan salah satu dari kami, dibanding menghancurkan semuanya"
"Pilihannya hanya aku, atau Jeno. Tidak ada pilihan lain, dan kau juga tidak bisa memilih untuk tidak memilih kami berdua."
"Apa keuntungan yang akan ku dapat jika ku memilih salah satu dari kalian?" Tanya Mark, ia berusaha agar dirinya tetap tenang. Meskipun, jantunya berdetak sangat kencang.
"Jika kau memilihku, kau harus melupakan Jeno. Dan jika kau memilih Jeno, akan kurebut kau darinya"
Mark tersenyum remeh mendengar jawaban Jaemin "jika itu jawabannya, lalu untuk apa aku memilih?" Mark menatap remeh Jaemin, ia mengalungkan kedua tangannya pada leher Jaemin. "Lalu, bagaimana jika aku memilihmu, tapi Jeno juga akan merebutku darimu. Apa yang akan kau lakukan?"
"Apapun untuk menyingkirkannya"
"Contohnya?"
Kedua tangan Jaemin menurun menyentuh pinggang ramping Mark "membunuhnya, mungkin?" Mark tertawa kecil mendengar jawaban Jaemin "apa kau yakin bisa membunuh sepupumu?"
Mark perlahan melangkah maju, yang berhasil membuat Jaemin mundur hingga terduduk diatas kasurnya. "Dengarkan aku Na Jaemin, aku tipe orang yang akan melindungi apapun yang ku sayangi, dan jika kau berani membunuh Jeno, aku akan menghukum mu hingga kau lebih memilih untuk mati." Mark hendak pergi menjauh, tapi Jaemin menahannya dengan menempelkan pinggang Mark pada tubuhnya.
"Jadi kau memilih Jeno?" Tanya Jaemin
"Aku akan melakukan hal yang sama jika Jeno juga berusaha untuk membunuhmu" jawab Mark seraya mengelus rahang Jaemin.
Jaemin dibuat bingung atas jawaban Mark. Ia tak mengerti sama sekali. "Jadi, siapa yang kau pilih?"
Mark naik ke pangkuan Jaemin dan kembali mengalungkan lengannya dileher Jaemin "kau akan tahu" ucapnya yang kemudian mencium bibir Jaemin.
Jaemin membalas ciuman Mark dengan melumat bibir bawah Mark. Mereka saling melumati bibir mereka satu sama lain, hingga Mark harus berhenti karena membutuhkan oksigen. "Apa kau lebih suka menggantungkan nasib orang?" Tanya Jaemin.
Bukannya menjawab, Mark kembali menyatukan bibirnya pada bibir Jaemin. Tak ada penolakan sama sekali pada Jaemin, ia juga sebenarnya menantikan momen ini. Jaemin membalikkan posisinya membuat Mark terbaring dibawahnya tanpa melepas tautan mereka.
Salah satu tangan Jaemin perlahan berusaha masuk kedalam baju seragam Mark dan meraba seluruh tubuh Mark. "Mmhhh" Mark melenguh dalam ciumannya.
Ciuman Jaemin kini berpindah ditelinga Mark, melumatinya sebentar lalu turun pada leher indah Mark. Jaemin menyesapi leher Mark hingga terciptalah belas merah yang terpajang pada leher mulus Mark.
Tanga lain milik Jaemin digunakan untuk membuka kancing baju satu persatu, hingga akhirnya Jaemin melihat tubuh Mark yang masih ada beberapa kissmark yang belum hilang. "Apa ini ulah Jeno?" Tanya Jaemin.
"Memangnya siapa lagi?"
Jaemin menadangi sebentar tubuh Mark, meraba lagi tubuh urut sesuai kissmark itu berada. Sentuhan sensual yang dilakukan oleh Jaemin, membuat tubuh Mark terasa geli tapi nikmat dan juga membuat bulu bulu halus Mark berdiri.
"Ini memang sedikit menggangguku, tapi aku akan menutupinya dengan karyaku dan menambahkannya ditempat tempat lain."
"Lakukanlah sepuasmu Na Jaemin"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sorry I Have to KILL You Dad! (HIATUS!!!)
Ficção Geral"Aku sungguh menyayangimu Ayah" Hanya cerita fiksi hasil imajinasi sendiri