Saat ini Mark berada diatap gedung sekolah setelah selesai dengan makannya, tiduran diatas sofa bekas yang sengaja diletakkan disana. Menikmati hembusan angin yang dapat menenangkan pikiran sekaligus sedikit mengurangi beban yang dipinggul Mark. Bel istirahat telah berbunyi setelah Mark menghabiskan makanannya dikantin.
Hembusan angin diatap gedung sekolah membuat kelipak mata Mark perlahan memberat, ditambah posisinya yang sudah dibuat senyaman mungkin. Sepi dan sunyi, nuansa yang mendukung untuk menyelami alam mimpi. Hangatnya sinar mentari yang menyentuh kulit putih mulus Mark membuat sang empunya semakin dibuat nyaman.
Saat Mark akan memasuki alam mimpinya, suara pintu besi yang terbuka membuat Mark harus terpaksa memaksa membuka matanya demi melihat pelaku yang telah menganggu acara istirahatnya.
"Daripada kau tidur disana, lebih baik kau tidur di UKS yang terjamin kenyamanannya"
"Disana memang terjamin kenyamanannya, tapi tidak dengan keamanannya" ucap Mark tanpa merubah posisinya. Mark menutupi matanya dengan lengannya untuk kembali tidur, ia berusaha mengacuhkan orang yang telah mengganggunya saat ini.
"Hahaha, aku tidak mengerti maksudmu?"
"Jangan berpura pura bodoh Na Jaemin, kau tak ada bedanya dengan Jeno"
Na Jaemin, pelaku yang mengganggu waktu tidur Mark. Jaemin terkekeh mendengar jawaban teman kelasnya itu lalu berjalan mendekati Mark lalu duduk dibawah dengan punggung menyender ke sofa tempat Mark tiduran.
"Kenapa kau seyakin itu, padahal selama ada Jeno aku tidak bisa mendekatimu"
"Tanpa kau dekati pun aku sudah tahu. Terlihat jelas pada dirimu juga, karena kau sepupunya"
Lagi lagi Jaemin terkekeh atas jawaban yang dilontarkan Mark. Jaemin menengokkan kepalanya untuk menatap wajah Mark yang separuh tertutup oleh lengannya itu, memandangi ciptaan tuhan yang begitu indah tak membuat Jaemin merasa bosan untuk terus menatapnya.
Sesuai dengan perkataannya tadi, selama ada Jeno, Jaemin tak bisa mendekati Mark. Tak hanya Jaemin saja, hampir semua orang yang berusaha dekat dengan Mark akan mengurungkan niatnya kembali. Jeno bagaikan makhluk buas yang sedang melindungi majikannya.
Walaupun Jeno dan Jaemin sepupu, mereka tak begitu dekat, karena ibu Jaemin kakak dari ayah Jeno yang tak akrab dan selalu menyatakan perang antar saudara setiap kali bertemu. Ibu Jaemin dan ayah Jeno sama sama memiliki sifat egois yang tinggi membuat persaudaraan mereka merenggang. Tapi, terkadang Jaemin berusaha mendekati Jeno walaupun sering diacuhkan. Namun, itu tak masalah bagi Jaemin, memang sudah sifatnya seperti itu mau bagaimana lagi.
"Mark, apa kau menyukai Jeno?"
Mark menyingkirkan lengan yang menutupi matanya dan perlahan membuka kembali matanya. Menatap birunya langit, memikirkan jawaban apa yang harus ia berikan untuk Jaemin. "Jawaban apa yang ingin kau dengar dariku?"
"Aku ingin kau tidak menyukainya"
Mark mengarahkan atensinya pada Jaemin, menatap datar teman kelasnya itu lalu merubah posisinya menjadi duduk. Mark mengulurkan tangannya mengusap lembut rahang Jaemin dan mendekatkan wajahnya ke wajah Jaemin "lalu?" Tanya Mark
"Lalu, aku akan merebutmu dari Jeno" Jaemin juga tak mau kalah, ia juga mengikis jarak antara wajahnya dengan wajah Mark. Tatapan Jaemin tak luput dari tatapan Mark, lalu beralih kebibir Mark yang baginya menggoda itu.
Terpaan nafas Jaemin yang dapat dirasakan oleh Mark, hidungnya yang sudah saling menempel, bibir Jaemin yang sedikit terbuka siap untuk meraup habis bibir idamanya, Mark langsung memalingkan wajahnya dan berdiri lalu berjalan menjauh dari Jaemin dan mendekati diding pembatas.
Jaemin merasa sedikit kecewa karena Mark yang menolak ciumannya, tapi mau bagaimana lagi, ia bukan siapa siapanya Mark, hanya sebatas teman sekelas yang mungkin cinta bertepuk sebelah tangan. Jaemin menunduk sesaat kemudian menatap punggung Mark yang berdiri dekat dindin pembatas itu.
Mark, menempelkan dadanya pada dinding pembatas yang tingginya hanya sebatas dadanya saja. Tangan Mark yang lipat dan diletakkan diatas dinding itu sembari menghirup udara segara atap gedung sekolah.
Jaemin bangkit dari tempatnya lalu berjalan mendekati Mark dan berdiri tepat dibelakang Mark. Kedua tangan Jaemin terulur menyentuh dinding membelenggu tubuh Mark. Mark yang sadarpun membalikkan badanya, tentu ia sedikit terkejut tapi ia tutupi dengan raut datarnya.
"Tidak bisakah kau melihat kearahku sesekali?" Tanya Jaemin
"Aku sudah menyukaimu sejak pertama bertemu, bahkan sebelum Jeno datang" lanjutnya
"Hari pertama memasuki SMA, aku melihatmu yang dudul dipojok kelas. Menatap luar jendela, lalu kau menyapaku dengan senyuman indahmu itu"
"Hanya ada kau dan aku saat itu, apa kau ingat?"
"Aku tak akan pernah melupakan kenangan indah saat pertama kita bertemu, Mark"
"Andaikan yang duduk disampingmu saat itu adalah aku dan bukan Jeno, mungkin saat ini kau sudah menjadi milikku"
"Jeno sudah pergi, dan dia sudah dijodohkan oleh orang tuanya. Dan kemungkinan besar ia tak akan kembali."
"Jadi, bisakah aku memilikimu? Aku akan memberikan semua yang kau inginkan, yang kau mau, aku bisa melakukan apa saja yang Jeno tak bisa lakukan padamu"
"Bahkan rasa cintaku padamu lebih besar dibanding Jeno."
"Kumohon Mark, terima aku jadi milikmu dan aku tak mau mendengar penolakan darimu"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sorry I Have to KILL You Dad! (HIATUS!!!)
Fiction générale"Aku sungguh menyayangimu Ayah" Hanya cerita fiksi hasil imajinasi sendiri