22

326 29 0
                                    

Dipagi harinya Mark yang sudah siap untuk pergi sekolah, Mark memeriksa keadaan ayahnya terlebih dahulu. Seperti biasa Mark hanya akan melihat dari celah pintu yang dia buka, dan ayahnya masih tetap tertidur. Mark menutuo kembali pintu kamar ayahnya dan melenggang pergi menuju sekolah.

Selama diperjalanan, selain memikirkan ujian akhir semester nanti, Mark juga kepikiran untuk mencari kerja paruh waktu hitung hitung untuk uang saku agar tak melulu meminta ayahnya.

"Pekerjaan apa yang cocok untukku?"

"Jadi pendampingku"

Sontak Mark menghentikan langkahnya. Ia tahu pemilik suara ini, suara yang ia dengar diponselnya juga masih bisa didengar. Mark menghembuskan nafas beratnya dan melanjutkan melangkah tanpa melihat kebelakang. Mark tidak mau peduli dan tidak mau tahu.

Mark melangkah dengan pelan, begitu juga dengan Jeno yang mengikutinya. Ingin Mark langsung berlari, tapi kakinya mendadak terasa berat.

Jeno hanya bisa menatap punggung Mark, sembari memastikan Mark baik baik saja diperjalanan kesekolahnya.

Sesampainya didepan sekolah, Jeno yang mengikuti Mark menghentikan langkah kakinya, dan bersembunyi dibalik tiang lampu jalan. Mark yang tahu orang itu bersembunyi tetap lanjut berjalan, dan perlahan langkahnya semakin ringan, memasuki area sekolah serasa tak ada beban apapun.

Sesampainya dikelas yang lumayan ricuh itu, Mark berjalan mendekati bangkunya dan langsung duduk, tanpa menengok bangku disampingnya yang masih kosong.

Seharian Mark habiskan hanya didalam kelas, tak ada niatan untuk beranjak kemanapun pada saat jam istirahat Mark habiskan waktu itu untuk tidur dikelas. Dan saat bel masuk, Mark akan bangun dan mengikuti pelajaran, hingga bel pulang berbunyi.

Mark masih berada didalam kelas, terdiam dekat jendela melihat Jeno yang masih menunggu ditempat yang sama.

Kenapa dia belum juga pergi

Karena Mark tak mau menginap dikelas, dia terpaksa turun dan keluar dari gedung itu lalu pulang. Enggan untuk bersitatap dengan Jeno, Mark, menundukkan kepalanya dan tetap melangkah maju. Jeno masih setia mengikuti kemana pun Mark pergi.

Langkah Mark terhenti ditaman bermain, tempat ia dan Jeno makan bersama disana.

"Kapan kau akan pergi?" Tanya Mark pada Jeno yang ada dibelakangnya

"Segera" jawabnya

Mark melanjutkan langkahnya menuju rumah, dan masih diikuti Jeno.

Sesampainya didepan rumah, Jeno menghentikan langkahnya didepan rumah Mark "jaga kesehatanmu, Mark karena ujian akhir semester akan tiba. Jangan sampai kau jatuh sakit. Rawatlah dirimu dengan baik Mark" ucapnya pada Mark.

Langkah Mark yang sempat terhenti untuk mendengarkan ucapan Jeno tanpa menengok kearahnya. Setelah memastikan Mark masuk, Jeno yang mati matian menahan air matanya, kini telah berhasil lolos sambil meremat dadanya yang sakit.

Berdirinya Mark dibalik pintu setelah memasuki rumah, ia menyenderkan punggunya sebentar sebelum melepas sepatunya dan melenggang ke kamarnya.

Jeno telah sampai memasuki rumahnya yang megah namun terkesan sepi dan kosong itu setelah mengantarkan Mark ke sekolah juga pulang kerumah. Berjalan lunglai menuju kamar yang terletak dilantai 2, suara tegas dan dingin dari seorang priya uang usianya sudah memasuki 40an, yang duduk disofa tak jauh dengan tangga terdengar membuat langkah Jeno terpaksa berhenti saat kakinya sudah menginjak satu anak tangga.

"Habis dari mana kau Lee Jeno?"

"Bukan urusan ayah" jawab Jeno tanpa menengokkan kepalanya kepada ayahnya itu dan langsung melanjutkan langkahnya kekamarnya. Sang kepala keluarga itu menghelakan nafasnya, ia berpikir harus segera mengirim anaknya keluar negeri.

Jeno yang sudah memasuki kamarnya yang jauh dari kata rapi. Jeno mengobrak abrikkan kamarnya setelah Mark memintanya pergi, Jeno mengunci pintu kamarnya melangkahkan kakinya menuju kamar mandi.

Jeno menyalakan keran air untuk mengisi penuh bathtubnya. Setelah terisi penuh, Jeno melepaskan pakaiannya dan langsung berendam tanpa melepas celananya. Hampir seluruh tubuh telah terendam dalam air, meninggalkan kepalanya yang disenderkan pada dinding kamar mandi dengan mata yang terpejam.

Helaan nafas yang keluar dari mulut Jeno bersamaan dengan matanya yang terbuka, Jeno memandangi langit langit kamar mandinya sembari memikirkan Mark. Membayangkan hidup bersama Mark, menghabiskan waktu dengan Mark, bercanda dan tertawa dengan Mark. Tapi itu semua harus pupus karena Mark menginginkan ia pergi. Tak tahan menahan sakit didada dan air mata, Jeno merosotkan tubuhnya hingga tenggelam sempurna di bathtub.

Saat Jeno ingin mengakhiri hidupnya, terlintas seketika dibenak Jeno senyum manis Mark yang sangat candu baginya. Mata indah yang menatapnya, serta suara merdu yang memanggil nama terlantun ditelinganya, membuat Jeno menegakkan tubuhnya membuatnya menghirup nafas dengan terengah engah.

"Mark... hiks... Aku merindukanmu... hiks... Aku menginginkanmu... hiks... Aku mencitaimu... " ucapnya sambil memeluk kakinya dan menundukkan wajahnya.

Sorry I Have to KILL You Dad! (HIATUS!!!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang