21

321 30 0
                                    

Mark keluar dari kamar ayahnya setelah selesai menangis. Mark melangkahkan kakinya kesofa ruang tengah dan duduk disana, ditempat yang sama dengan Jeno saat duduk disofanya. Mark teringat kembali pada Jeno, Mark teringat kembali aktivitasnya bersama dengan Jeno membuat dadanya kembali sakit dan sesak.

Terputar kembali memori bersama Mark membuat dadanya semakin sakit dan sesak. Perlahan Mark tersenyum, dan berakhir tertawa. Namun matanya menunjukkan sebuah kesedihan. Mark menertawakan nasibnya.

Dia hancur karena keluarganya, dan membuat hancur hubungan persahabatannya dengan Jeno. Mark tertawa semakin kencang sampai mengeluarkan air matanya.

"Hah~ sebaiknya aku segera membersihkan diri, dan mencari makan malam" ucapnya setelah dirasa lega tertawa.

Mark menuju kamarnya membuka pintu, masuk, lalu menutupnya kembali. Satu persatu kancing dilepaskan dan dilemparkan begitu saja dilantai, memperlihatkan jejak Jeno, masih tertinggal ditubuhnya yang perlahan menghilang. Mark masuk kedalam kamar mandi, ia melihat tubuhnya dikaca cermin itu, memandangi tubuhnya "semoga ini cepat hilang" ucap nya lalu melpaskan celanannya ditaruh didekat wastafel lalu mulai menyiran tubuhnya dengan air dingin.

Mark keluar kamar setelah berbenah diri dan segera mencari makan malam. Mark mencoba mengililingi lingkungan sekitar rumahnya, tak ada yang dapat menarik minat Mark. Semua rasa Mark mendadak hilang setelah melihat berbagai restoran, akhirnya Mark hanya duduk dikursi taman yang lumayan sepi.

Tak banyak orang yang berlalu lalang disana. Mark hanya diam menyelami pikirannya hingga getaran ponsel pada saku jaket Mark mengembalikan kesadarannya. Dilayar itu muncul nama seseorang yang ingin Mark lupakan saat ini, tapi ia juga merindukan orang itu. Ditarik keatasnya tombol hijau untuk menjawab panggilan orang itu.

"Mark... "
Suaranya, suara dimana Mark rindu, tapi juga ingin Mark lupakan. Nyeri, panas, dan sesak menyerang dada lagi. Mark menahan diri untuk tak menangis, diambilnya nafas dan menghembuskannya sebelum menjawab sapaan orang disana.

"Hah~Ya?"

"Aku merindukanmu... "

"Jangan biarkan itu ter-"

Sambungan telepon itu terputus secara sepihak. Mark memasukkan kembali posel kedalam saku celananya dan lekas pergi dari tempat itu. Mark memutuskan untuk kembali kerumah, dalam keadaan hampa.

Mark masuk kedalam tak lupa ia melepaskan alas kaki dan menaruhnya dirak sebelum masuk lebih kedalam rumahnya. Mark langsung menuju dapur, mencari sesuatu untuk bisa ia makan. Dibukanya pintu kulkas, disana masih tersedia bahan bahan yang pernah ia beli dengan Jeno. Mark memutuskan untuk membuat telur goreng karena hanya itu yang bisa ia buat selain ramyeon.

Selesai dengan masakannya, Mark langsung memakan telur goreng setengah gosong itu tanpa nasi, karena Mark tak bisa memasak nasi "yah... Setidaknya ini bisa mengganjal perutku" ucapnya lalu melahap habis masakannya.

Mark membereskan semua peralatan yang telah ia gunakan barusan dan mencucinya lalu Mark kembali melihat kondisi ayahnya. Kini Mark tidak masuk kekamar ayahnya, hanya melihat dari celah pitu yang Mark buka tak terlalu lebar, juga tak terlalu sempit. Setelah melihat kondisi sang ayah, Mark masuk kedalam kamar pribadinya.

Mengambil obat tidur yang tersimpan dilaci meja kecil samping kasur, Mark mengambil obat itu dan mulai mengira ngira "jika 3 butir membuat ayah tak bangun sampai sekarang, bagaimana jika ditambah 2 butir lagi? Apa itu akan lebih lama membuatnya tertidur? Lalu apa kah ayah akan ingat kejadian malam itu?"

Mark menyimpan kembali obat itu, dan merebahkan dirinya. Menatap langit langit kamarnya dan sepintas teringat suara yang tadi ia dengar diponselnya.

"Aku tidak boleh begini, aku harus fokus"

Mark tak boleh membiarkan dirianya terdiam, ia harus melupakan orang itu, dan menyibukkan diri. Mark berjalan mendekat kekalender dinding yang terpajang, Mark menandai hari dimana ia membuat ayahnya tertidur, dan ia juga mulai menghitung hari untuk persiapan ujian akhir semester. "Saat ujian akhir semester sudah selesai nanti, kupastikan ayah dapat lebih beristirahat" ucapnya sambil melingkari tanggal selesainya ujian akhir semester.

"Sudah sejak kemarin kuberikan 3 butir obat yang kuhaluskan, dan ayah masih belum bangun... " ucap Mark sambil menyilang tanggal kemarin dan tanggal hari ini.

"Apa obat itu bereaksi 1 butir untuk 1 hari?"
"Jika benar begitu, 3 butir untuk 3 hari?"
"Aku ingin menambahkan dosisnya, tapi aku tak ingin ayah ku overdose"
"Aku akan memberikan setiap 3 butir seminggu sekali. Kurasa itu tak terlalu buruk."

Mark menandai kalendernya seminggu sekali untuk mengingatkan dirinya. Setelah itu, Mark menyiapkan keperluan sekolah besok lalu pergi tidur.

Sorry I Have to KILL You Dad! (HIATUS!!!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang