56

166 19 0
                                    

Di ruang tengah, dimana tempat yang biasanya digunakan untuk berkumpul keluarga, menonton tv bersama dan saling mengutarakan pendapat antar keluarga.

Namun kini tempat itu dipenuhi dengan kekosongan. Dan selalu menjadi tempat pertikaian antara suami dan istri, sang pemilik rumah. Tidak ada lagi canda dan tawa disana hanya terdengar suara argumen argumen yang tidak berguna.

Meski sang istri sudah lama tak berkunjung untuk memulai pertengkaran kembali, tapi Mark masih tetap bisa mendengar pertengkaran keduanya.

Mark duduk di sofa. Membiarkan tv menyala menonton dirinya. Pandangan kosong, pikirannya dipenuhi dengan bayangan dan suara pertengkaran kedua orang tuanya, telinga berdenging sangat kencang membuatnya tak sadar bahwa Jaemin sudah berada disampingnya.

Berkali kali Jaemin menyebutkan nama sang pujaan hati, tapi tetap tak ada responnya. Bungkusan plastik yang dipenuhi dengan pesanan Mark, Jaemin memutuskan untuk kedapur terlebih dahulu dan menyimpannya kedalam lemari pendingin.

Setelah menyusunnya dengan rapi, Jaemin mengambil satu bungkus ice cream. Membawanya untuk Mark yang masih terdiam di tempat nya. Karena suaranya tak dapat menyadarkan Mark, Jaemin menempelkan ice cream yang dingin itu ke pipi Mark.

Dan usaha itu membuahkan hasil, Mark menoleh kearah ice creamnya lalu sedikit mendongakkan kepala. Menatap sosok yang belakangan ini selalu menemani dirinya "kau sudah kembali" ujar Mark, basa basi.

Jaemin mengambil posisi duduk disebelah Mark, menyerahkan kembali ice cream yang masih setia bawa "dari tadi aku memanggilmu, tapi kau tidak dengar" ucap Jaemin dan ice cream diterima oleh Mark.

"Apa yang membuatmu melamun, hingga tak sadar aku sudah kembali?" tanya Jaemin.

Mark menggeleng pelan. Enggan untuk berbagi cerita. Mark segera membuka bungkusan ice cream nya lalu menyantap nya. Jaemin yang sedari tadi memperhatikan, ia menelan ludahnya.

Melihat bagaimana ice cream itu keluar masuk kedalam mulut Mark. Mengingatkannya tentang hari itu. Hari dimana keperkasaannya juga pernah masuk kedalam mulutnya.

Tanpa berkedip, Jaemin terus memperhatikan setiap aktivitas Mark bersama dengan ice creamnya "Mark"

"Hm?"

"Kau lebih menyukai ice cream itu? Atau kau punyaku?"

Mark menatap heran Jaemin. Bingung akan pertanyaan yang Jaemin lontarkan "apa maksudmu?"

"Ayolah Mark... Kau bahkan pernah bilang, bahwa punyaku lebih enak"

Mark semakin dibikin bingung dengan pertanyaan Jaemin "aku tidak mengerti maksudmu" jawab Mark, sambil kembali menyantap ice creamnya.

Karena Jaemin gemas dengan Mark yang tak kunjung paham dengan apa yang dia maksud, Jaemin mendorong pundak Mark, menindih tubuh si pujaan hati.

Terkejut dengan aksi Jaemin yang mendadak berada diatas tubuhnya, hampir saja ice cream yang ada ditanganya jatuh, jika Mark tak menggenggam nya dengan erat "apa yang kau lakukan?!"

"Apa kau sudah lupa dengan hari itu?"

"Bagaimana bisa kau melupakannya, Mark?"

"Aku bahkan masih bisa merasakannya"

"Berada didalam mulutmu yang begitu hangat"

Mark nampak mengingat ingat hari yang dimaksud oleh Jaemin.

"Hari dimana kau dan aku"

"Di apartemen ku, berdua"

Setelah berusaha mengingat, akhirnya Mark paham dengan apa yang Jaemin maksudkan "ah~ maksudmu, hari itu?" tanya Mark dengan tatapan menggoda.

Tangan satu yang tak membawa ice cream itu, terulur mengusap rahang Jaemin dan perlahan menurun kearah dada yang terbalut kaos. Mark membuat pola acak di area dada Jaemin sambil tersenyum menggoda.

"Hari itu... Tentu aku ingat"

"Dimana aku memasukkannya kedalam mulutku"

"Ku akui itu memang enak, tapi ice cream ini jauh lebih enak dibanding apapun" ujar Mark, sambil mengedip kan mata.

Mark mendorong tubuh Jaemin, kembali kepada posisi semula "milikmu dan ice cream itu berbeda, jangan disamakan"

"Dan jangan hanya karena ice cream ini, kau jadi cemburu" ujar Mark.

"Aku? Cemburu? Dengan sebatang ice cream? Yang benar saja Mark. Untuk apa aku cemburu dengan ice cream"

"Kalau kau tidak cemburu, lantas yang kau lakukan dan tanyakan tadi itu apa? Jelas jelas dengan tindakanmu tadi kau seperti cemburu dengan ice cream ini"

"Ck! Menyebalkan!"ujar Jaemin, dengan suara membisik.

Mark dibuat gemas oleh tingkah laku Jaemin yang cemburu pada sabatang ice cream "setelah aku selesai makan ini, bantu aku membersihkan rumah"

"Membersihkan?" tanya Jaemin sambil melihat lihat seisi rumah. Padahal semua sudah tertata rapi, tak ada yang berserakan sedikitpun. Di dapur juga nampak bersih, semua peralatan makan bekas mereka pakai pun sudah dicuci bersih dari tadi.

Lalu, kenapa Mark meminta bantuannya untuk membereskan rumah?

"Bukannya rumahmu ini sudah terbilang bersih dan rapi? Kenapa kau mau membersihkannya lagi?"

Mark telah selesai menghabiskan ice creamnya "iya aku tahu, lagipula tidak ada yang bisa kita lakukan disini. Dan kau yang mengajakku bolos sekolah!" ucap Mark, sembari mengacungkan batang kayu ice cream kearah Jaemin.

"Kita kan bisa menghabiskan waktu seharian dikamarmu. Atau kalau kau ingin pergi keluar, aku juga siap menemanimu. Ada banyak kegiatan lain yang lebih berguna dibanding hanya membereskan rumah" jelas Jaemin.

Mark menimang nimang pendapat Jaemin. Memang benar apa yang dia katakan, dia juga Jaemin bisa melakukan hal lain selain membereskan rumah. Lagi pula rumahnya memang sudah bersih untuk apa dibersihkan lagi.

"Baiklah... Tapi, kemana kita akan pergi?"

Kini giliran Jaemin yang berfikir.

"Bagaimana kalau kita kerumahku? Kebetulan ada yang ingin kuperkenalkan padamu"

"Ke rumahmu? Ini pertama kalinya ada yang mengajakku kerumah orang lain."

"Pertama kalinya?"

"Iya, Jeno tidak pernah mengajakku kerumahnya. Dan lagipula aku juga tidak memintanya untuk mengundangku kerumahnya."

Mendengar itu, Jaemin bersorak dalam hatinya. Ternyata menjadi yang pertama itu menyenangkan juga. Pikirnya.

Sorry I Have to KILL You Dad! (HIATUS!!!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang