"MARK!!"
"TUNGGU!!!"
Jeno mengerjar Mark dengan sekuat tenaga hingga dirinya berhasil melompat dan merangkul pundak sahabatnya "hey Mark! Jangan marah padaku, kumohon" sebuah permohonan Jeno yang di acuhkan oleh Mark membuat Jeno panik sendiri. Jeno mempercepat langkahnya mendahului langkah Mark dan berhenti didepan Mark.Mark terdiam akibat Jeno, dia berusaha melewati Jeno tapi, Jeno berhasil menghalanginya. Jeni pun menyentuh pundak Mark "Mark, maafkan aku. Ku mohon" Jeno memohon dengan sangat sampai ia menyatukan kedua telapak tangannya dam memasang wajah memelas. Mark menghela nafas "baiklah" ucapnya dan pergi meninggalkan Jeno lagi. Jeno merasa jika permohonan maafnya tak diterima dengan baik, Jeno mengikuti dibelakang Mark. Jeno berjalan layaknya anak kecil yang tidak diperbolehkan makan ice cream oleh mamah, langkah kakinya diseret membuat Mark geli mendengar suara seretan langkah kaki.
"Bisa tidak berjalan dengan benar! Jangan diseret! Geli aku mendengarnya!" Jeno terpaku, Mark marah padanya baru pertama kali Jeno melihat Mark marah padanya, memang imut, tapi menyeramkan juga jika Mark marah. Jeno menuruti perkataan Mark, ia berjalan tanpa menyeretkan kakinya sehingga suara seretan itu tidak terdengar ditelinga Mark.
Sesampainya disekolah Mark langsung menuju kelas dengan diikuti Jeno. Jeno benar benar menyesal telah membuat Mark kesal padanya, sampai Jeno berjanji pada diri sendiri untuk tak lagi mengulangi perbuatannya. Sampailah mereka dikelas dan langsung duduk dibangku mereka "Mark kumohon maafkan aku" ucap Jeno penuh penyesalan, Mark menundukan kepalanya sebentar mengambil nafas dan dihembuskan "haaah~ sudahlah lupakan, lagi pula itu masalah sepele" Jeno mendengar penuturan Mark yang sepertinya memaafkannya jadi Jeno ingin memastikannya lagi "jadi, kau memaafkanku?" dan mendapat anggukan kepala dari Mark. Membuat Jeno tersenyum lega juga gembira hingga membuat matanya menyipit sampai pupil matanya tak terlihat
"Jangan tersenyum seperti itu, atau ku tinggal sembunyi" canda Mark membuat Jeno menormalkan ekspresinya. Mark melihat ekpsresi Jeno yang mendadak itu mengundang tawa Jeno kesal tentu saja tapi, melihat Mark tertawa karena ulahnya itu membuat dunianya teralihkan oleh Mark dan Jeno juga ikut tersenyum namum kali ini tidak membuat matanya sipit lagi.
Bel disekolah berbunyi mendandakan jam pelajaran dimulai seluruh murid mempersiapkan diri untuk belajar bersama, Mark, Jeno dan murid yang lain sedang menyiapkan buku pelajaran hari ini. Kini guru mapel pada hari ini sudah memasuki ruang kelas, menyapa seluruh murid dan memulai pembelajarannya.
Semua murid dikelas itu sedang fokus mendengarkan penjelasan dari guru, semua perhatian tertuju padanya kecuali satu yaitu Jeno sedari awal guru menjelaskan materi, Jeno hanya memperhatikan orang yang ada disampingnya memandangi sahabat kesayangannya itu dengan tatapan lembut dan tulus. Merasa ada yang melihat Mark melirik dari ekor matanya dan menulis sesuatu di buku catatannya Berhenti menapatku! Perhatikan guru didepan! Lalu Mark menyerahkannya pada Jeno.
Jeno membacanya dan hanya tertawa pelan dan merubah posisinya memperhatikan guru, tetapi tangannya terulur menggenggam tanggan Mark dan disembunyikan kedalam laci meja "kalau kau menggenggam tangan ku seperti ini, bagaimana aku menulis?!!" Bisik Mark kepada Jeno dan Jeno pun mendekatkan bibir tepat ditenglinga Mark "biar aku saja yang mencatat kau cukup lihat dari punyaku saja. Aku tak mau kau kelelahan karena mencatat sebanyak itu" Mark menyembunyikan wajah merahnya dari Jeno.
Berakhirnya jam pelajaran saat ini itu pertanda jam berikutnya akan dimulai, Mark melepaskan tangannya dari genggaman Jeno membuat Jeno mengangkat satu alisnya "kenapa kau melepaskannya?" Tanya Jeno, Mark langsung menggunakan kedua tangannya untuk mengambil buku pelajaran berikutnya "itu karena tanganku berkeringat" Jeno pun ingin meraih tangan Mark lagi tapi Mark malah menggeplak punggung tangan Jeno membuat pemilik punggung tangan itu terkejut Mark tidak peduli dengan ekspresi keterkejutan Jeno dan fokus kedepan karena gurunya sudah datang. Karena Jeno tak ingin membuat Mark kesal lagi padanya Jeno memasukkan tangannya kedalam sakunya dan memperhatikan guru yang ada didepan.
Selesai dengan mata pelajaran kedua semua murid berbondong bondong keluar kelas karena sudah jamnya istirahat. Mark dan Jeno bersama sama pergi menuju kantin untuk mengisi perut mereka yang belum sempat sarapan pagi tadi. Berjalan menusuri lorong sekolah dengan tangan Jeno yang kini merangkul pundak Mark, sedikit berat tapi Mark membiarkan itu. Sesampainya dikantin Mark dan Jeno mengantri untuk memesan Mark yang ada di depan Jeno melihat sekilas papan menu yang terpasang diatas dinding "kau ingin pesan apa Jeno?" Tanya Mark sambil menolehkan kepala kearah Jeno "samakan saja dengan mu Mark" jawab Jeno dan diangguki Mark.
Memasuki giliran Mark yang memesan Mark menyebutkan makanan dan minuman yang sudah dipilih saat melihat papan menu, dan setelah itu mencari tempat duduk untuk mereka berdua. Setelah mendapatkan bangku yang sudah kosong Mark dan Jeno langsung mengisi bangku itu dan duduk berhadapan. "Mark" panggil Jeno untuk memulai pembicaraan, Mark pun mulai memfokuskan atensinya kepada Jeno " ayo kita menikah" ucap Jeno yang tiba tiba membuat Mark mematung.
Ucapan Jeno seketika membuat sekitar tak bersuara, Mark merasa waktunya berhenti untuk sesaat. Pandangan Mark terpaku pada Jeno, jantungnya berdegup kencang. Otaknya berhenti berfungsi, bagaimana cara Mark untu menjawabnya. Tangan Mark digenggam erat oleh Jeno dan mencondong mendekati Mark "aku tidak bercanda saat ini Mark, aku serius. Saat lulus nanti ayo adakan pernikahan kita Mark"
Ucapan yang terlontar dari bibir Jeno sungguh sukses membuat Mark mematung, seutuhnya. Mark tak dapat mendengarkan suara apapun kecuali suara Jeno yang mengatakan akan menikahinya. Panggilan petugas kantin yang menyebut nama Mark tak dihiraukan oleh Mark jadi Jeno yang harus menghampiri petugas itu dan mengambil pesanannya.
Mark tak tahu lagi harus berbuat apa, dia harus menanggapi seperti apa perkataan Jeno. Setibanya Jeno dengan pesanannya, Mark masih terdiam mematung. Jeno menggoyang goyang kan tubuh Mark perlahan, menyadarkan Mark dari lamunannya "Mark, pesanannya sudah sampai" seluruh anggota tubuh Mark saat ini hanya bereaksi pada Jeno. Mark tersadar dari lamunannya karena Jeno berhasil menyadarkannya dan Mark langsung menyantapnya begitu juga dengan Jeno.
Setelah selesai denga urusan perut Jeno membawa Mark ke atas gedung sekolah yang jarang ditempati semua murid. Sesampainya disana hanya ada mereka berdua dan ditemani angin yang sejuk, Jeno melepaskan genggaman tangannya dari Mark dan berjalan mendekati dinding pembatas dan diikuti Mark hening sesaat menemani kedua sahabat itu
" bagaimana Mark dengan jawabanmu?" Tanya Jeno memecah keheningan Mark mengalihkan pandangannya dari Jeno "aku tahu kau hanya bercanda menskipun kau tadi mengatakan tidak" balas Mark sambil menyenderkan punggungnya ke dinding pembatas "aku berencana untuk tidak menikah seumur hidupku dengan siapa pun. Aku ingin hidup sendiri tanpa terikat pada apapun. Aku juga tak berharap ada yang menyukaiku siapapun itu, mau itu pria atau wanita. Aku ingin hidup sendiri. Jadi Jeno, carilah seseorang yang bersedia kau ajak untuk hidup bersama."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sorry I Have to KILL You Dad! (HIATUS!!!)
Ficção Geral"Aku sungguh menyayangimu Ayah" Hanya cerita fiksi hasil imajinasi sendiri