38

203 16 0
                                    

Diruangan yang tentram, dingin, dan sedikit gelap. Mark dipanggil oleh managernya untuk mempertanyakan kejadian hari ini. Tak hanya Mark, disana juga ada tiga pemuda yang ikut dipanggil keruang manager.

Mark nampak tenang, tapi ketiga pemuda asing itu nampak gugup dan takut. Sang manager bernama Lucas Wong, pria asal china yang diberi tanggung jawab oleh Jaemin untuk menjadi manager di caffenya.

"Jadi, siapa pelaku dan siapa korban?" tanya Lucas yang duduk berhadapan ke empat pria yang ia panggil. Karena tak ada respon, Lucas menekan tombol play pada laptopnya yang menampilkan kejadian hari ini yang terekam cctv.

"Jika aku melihat dari rekaman ini, korbannya adalah Mark. Namun setelah dicermati, Mark memukul orang yang didepannya, sampai tersungkur. Jadi, siapa korban dan siapa pelaku?" Lucas bertanya lagi.

Mark menghela nafasnya, membuat ketiga pemuda di sampingnya tersontak kaget "Jika saya yang menjadi korban, apa yang akan anda lakukan?" tanya Mark. "Tentu aku akan membelamu" jawab Lucas "Lalu, jika saya yang menjadi pelaku, karena memukul seorang pelanggan?" tanya Mark lagi.

"Kau adalah karyawan yang menarik, Mark" ucap Lucas. "Jika kau adalah pelakunya disini, karena kau memukul seorang pelanggan, mungkin aku akan memecatmu. Tapi atasanku akan memecatku juga jika hal itu terjadi"

Mark menaikkan satu alisnya keatas "Atasan anda? Maksud anda Na Jaemin?"

"Iya, atasanku Na Jaemin. Beliau adalah teman sekolahmu Mark"

"Bilang pada atasan anda bahwa saya-lah pelakunya. Karena saya memukul seorang pelanggan"

"Apa kau tidak mendengar ucapan ku tadi?"

"Itu tidak akan pernah terjadi, anda tidak akan dipecat olehnya jika saya melarangnya" Mark pergi dari ruang manager setelah dirasa menyelesaikan argumennya. Diluar ruang manager, ternyata ada Renjun yang menunggunya dengan raut khawatir.

"Mark, apa kau akan dipecat?" tanyanya. Mark tersenyum dan mengelus surai lembut Renjun. Senior yang lebih mungil dibanding dirinya "tenang saja Senior Renjun, itu tidak akan terjadi" Renjun lega, Mark tidak dipecat, tapi elusan yang Mark lakukan padanya membuatnya sedikit kesal "aku tahu aku lebih pendek, jadi bisa kau berhenti mengelus kepala ku? Aku ini seniormu!!"

Mark melihat seniornya yang kesal tertawa, betapa lucu dan imutnya seniornya. Renjun hendak memukul Mark, tapi Mark sudah dulu pergi.

Sesampainya Mark didepan, tempat para pelanggan berkumpul, disana berdiri seorang pria dengan kaos putih yang terbalut jaket denim, dan juga celana denimnya. Raut pria itu nampak khawatir, pria itu langsung berjalan mendekati Mark dan menangkup kedua pipi Mark.

"Mark, kau baik baik saja?! Kau terluka?! Aku mendapat pesan dari Lucas saat sedang perjalanan kemari" ucap pria itu. Mark melepaskan kedua tangan pria itu dari pipinya, tapi pria itu menempelkanya lagi.

"Aku baik baik saja, Jaemin. Jangan khawatirkan aku, khawatirkan pelangganmu yang ku hajar itu" jawab Mark.

"Aku melihatnya Mark, kau adalah korbanya"

"Tapi aku memukul nya, jadi kau bisa langsung memecatku"

"Tidak! Aku tidak akan memecatmu, akan kuberi pelajaran pada orang orang itu!" Jaemin hendak melangkahkan kakinya menuju ruangan Lucas, tapi lenganya ditahan oleh Mark.

"Tidak perlu, mereka sudah ku beri pelajaran, jangan beri mereka lagi"

Bersamaan dengan itu, muncul Lucas yang baru saja keluar dari ruangannya dan tiga pemuda yang berdiri dibelakangnya "tuan Jaemin" Lucas, membungkukkan badanya, lalu menegakkan kembali tubuhnya.

"Masalah ini sudah saya tangani tuan, ketiga pemuda ini sudah menjelaskan semuanya dan mengakui kesalahannya. Mereka ingin berdamai dengan Mark"

Mendengar penjelasan dari Lucas, kekesalan Jaemin menjadi bertambah. Apa yang dikatakannya tadi? Berdamai? Setelah melecehkan orang terkasihnya?!

Jaemin melepaskan tangan Mark yang menahanya, lalu mengepalkan tanganya dan bersiap untuk menghajar ketiga pemuda itu. Aksi Jaemin mendadak terhenti, lagi lagi Mark menahannya "lepas Mark! Mereka sudah berbuat jauh terhadapmu!"

"Sudah kubilang, jangan beri mereka pukulan lagi!" Mark menatap tajam Jaemin, dan Jaemin langsung beringsut tidak jadi menghajar ketiga pemuda itu. Pandangan Mark, berpindah kearah ketiga pemuda yang bersembunyi ditubuh besar Lucas.

Pandangan membunuh itu, sukses membuat tiga orang itu tercekat, terlebih orang yang berani beraninya meremas pantat Mark. "Kalian pergilah dari sini dan jangan kembali!" instruksi yang Mark berikan, langsung dijalankan oleh pemuda pemuda itu. Mereka langsung terbirit-birit pergi dari caffe.

"Kenapa kau membiarkan pergi Mark? Biarkan aku menghajar mereka dulu!"

Mark tak merespon ucapan Jaemin, ia menatap sang manager dan membungkukkan badannya "maaf atas kesalahan dan keributan yang saya perbuat manager"

"Tidak masalah, ini sudah selesai. Kembali lah bekerja atau pulang lebih awal terlebih dahulu"

Mark menegakkan tubuhnya, ia menggeleng, menolak saran Lucas "Tidak, saya akan kemb-"

"Kau pulang bersamaku!" Jaemin memotong pembicaraan Mark dan langsung menarik tangannya. Mark dibawa menuju mobil Jaemin. "Masuk!" Mark masuk kedalam setelah Jaemin membukakan pintunya, baru dirinya ikut masuk kedalam mobil. "Kita ke apart, sekarang!" Jaemin, memberikan perintah kepada si supir untuk segera membawanya ke apartemen Jaemin.

Mark terdiam tanpa ekspresi, pandangannya hanya tertuju pada jalanan kota yang sudah gelap ini. Jaemin mengepalkan kedua tangannya, mencoba untuk mentralkan emosinya. Sesekali Jaemin melirik kearah Mark yang terus memandangi kearah luar.

Sesampainya mereka ditempat tujuan, Jaemin keluar terlebih dahulu dari dalam mobil. Berjalan memutari mobilnya dan membukakan pintu mobilnya. Jaemin langsung menarik tangan Mark, dan dibawa paksa menuju apartemennya. Mark hanya diam mengikuti kemana Jaemin akan membawanya pergi.

Sesampainya didepan pintu, Jaemin mengeluarkan kartu apartnya, ditempelkanya kartu itu pada pintu dan lalu Jaemin membukanya. Sebuah apartemen mewah, dengan pemandangan malam kota seol yang dapat mencuci mata jika lelah.

Setelah keduanya masuk, baru Jaemin melepaskan genggaman tanganya dan langsung menghadap kearah Mark "Mark, aku tak habis pikir! Kenapa kau membiarkan ketiga bedebah itu pergi?! Aku bisa menghajar mereka sampai mereka tak lagi berani menyentuhmu!!" Jaemin meluapakan emosinya, yang tak dapat lagi ia bendung.

"Kau suka dilecehkan oleh mereka?!!" "Mark, jawab Mark jangan diam saja!!!"

"Jaemin, aku lelah. Aku ingin istirahat, lagipula masalah itu sudah selesai. Mereka sudah meminta maaf kan. Tenangkan dirimu" "bawa aku kembali ke caffe, aku belum menyelesaikan pekerjaan ku"

Jaemin semakin tersulut emosi dengan Mark, kenapa Mark menghentikan dirinya? Kenapa Mark melepaskan para bedebah sialan itu? Jaemin hanya ingin membela dan melindunginya, apakah itu salah?

Mark membalikkan tubuhnya, melangkahkan kakinya kearah pintu. Saat tangan Mark terulur hampir menyentuh kenop pintu, Jaemin berdiri dibelakang Mark dengan tangannya yang menahan pintu agar Mark tidak membukanya.

"Aku tidak akan membiarkanmu pergi!"

Mark membelalakkan matanya, mendengar suara Jaemin yang berubah. Kepala Mark menoleh, dapat Mark lihat raut wajah Jaemin yang menyeramkan, dan deru nafas yang Jaemin keluarkan dapat Mark rasakan yang menerpa kulit wajahnya.

"Aku tidak akan membiarkanmu pergi"

Sorry I Have to KILL You Dad! (HIATUS!!!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang