Diruangan pribadi milik Mark lee terlihat dirinya mulai terbangun karena lantunan musik pembawa tidur sudah mati begitu juga dang handphonenya yang mati karena kehabisan batrai. Mark mendudukkan dirinya diatas kasur menatap jam yang terpajang didinding menunjukkan jam 5 pagi. Berdiam diri sesaat mengumpulkan jiwanya yang telah lama pergi ke alam mimpi.
Mark menatap kosong kamar yang minim cahaya. Cukup luas namun terasa hampa. Dirasa jiwanya sudah kembali kedalam raga sepenuhnya, Mark mencharge handphonenya terlebih dahulu lalu bergegas menuju kamar mandi untuk bersiap siap pergi kesekolah. Setelah selesai mandi Mark mengeringkan segera mengeringkan badanya lalu mengenakan pakaian bagian dalam terlebih dahulu baru kemudian ia mengenakan seragamnya. Setelah memakai seragam Mark menelisik penampilannya pada cermin Mark untuk memastikan pakaiannya sudah rapi dan tak lupa Mark juga harus merapikan rambutnya. Selesai dengan berbenah diri, Mark menyingkirkan handuk yang telah ia pakai kekeranjang cucian lalu pergi menuju meja belajarnya untuk memasukan buku buku pelajaran hari ini ke dalam tas.
Dirasa sudah siap semua, Mark langsung menggendong tas dan melepaskan Handphone dari kabel charge nya lalu memasukkannya kedalam saku celannya. Mark melakahkan kakinya menuju pintu kamar dan keluar dari ruangannya dan langsung menuju dapur untuk membuat sarapan ringan yang bisa mengganjal perutnya agar dia tak terlaku kelaparan. Biasanya ibunya yang akan memasak sarapan, tapi setelah terjadinya peperangan yang orang tuanya itu perbuat ibunya jadi tidak membuatkan sarapan sama sekali jadi, mau tak mau Mark membuat sarapan yang bisa ia buat sendiri.
Mark mengambil dua lembar roti tawar dan tak lupa memberikan roti itu selai coklat. Mark melahap habis roti selai buatannya dan minum air apa saja yang ada dikulkas tapi, nihil. Didalam kulkas tidak ada apa apa. Disana kosong. Kondisi kulkas itu seperti kulkas baru yang keluarganya baru beli dari toko membuat Mark terpaksa menahan haus untuk sesaat. Ia akan membelinya nanti saat dijalan dan menemukan mesin minuman. Mark langsunh meninggalkan dapur menuju pintu utama dan tak lupa memgenakan sepatu sekolahnya lalu berpamit pada udara yang terjebak didalam rumahnya lalu pergi. Ia tak memperdulikan keberadaan orang tuanya yang Mark saat ini pikirkan adalah membeli minum lalu sampai ke sekolah dengan selamat tanpa terlambat semenitpun.
Diperjalanan tak berselang lama Mark langsung menemukan mesin penjual minuman dan tanpa basa basi ia membeli minuman yang ia suka. Meminunnya sebentar lalu melanjutkan perjalanannya ke sekolah. Jarak antara sekolah dan rumahnya tak begitu jauh, cukup jalan selama 25 menit dari rumah. Sesampainya didepan pagar sekolah, Mark melihat sahabatnya yang habis turun dari mobil yang mengantarkannya kesekolah yaitu Lee Jeno, Mark segera saja memanggil sahabatnya itu dan merangkul pundaknya "Lee Jeno, bagaimana kabarmu?" Tanya Mark basa basi "yaahh biasa saja" jawab Jeno dengan raut datarnya.
Jika Mark sedang bersama sahabatnya itu Mark lebih bisa berekspresi bebas dimana pun dan kapanpun. Tapi jika dia sedang tak bersama Jeno, ia seperti mayat hidup yang berjalan dikerumunan. Sedangkan Jeno, dia tahu kalau Mark menganggapnya sahabat yang berharga atau bisa dibilang belahan jiwanya. Yaaah Jeno tidak keberatan dengan itu, tidak sama sekali karena dia sama saja dengan Mark, tanpa Mark dia juga bagaikan mayat hidup dan saat bersama Mark ia lebih mudah mengekspresikan perasaannya. Banyak warga sekolah yang mengatakan jika Jeno dan Mark adalah sepasang kekasih padahal tidak, mereka masih normal hanya saja mereka sedang tidak ingin menjalin hubungan dengan wanita manapun.
Mark dan Jeno berjalan beriringan bersama menuju kelas sembari mengobrol tentang persiapan ujian yang akan datang, juga membahas beberapa game yang mereka beruda mainkan. Sesampainya dikelas, kedua sejoli langsung menuju bangku mereka, Jeno dan Mark itu sebangku dibarisan paling belakang. "Mark" panggil Jeno Mark hanya beredeham sebagai jawabanya "boleh ku menginap dirumahmu?" Mark sedikit terkejut dengan pertanyaan yang Jeno lontarkan itu "boleh boleh saja, tapi kenapa?" Kini giliran Mark yang bertanya. Jeno menghelas nafas sebentar sebelum menjawab dan memikirkan suatu alasan "yaah, kamarku sedang direnovasi" jeno. Mark mengangkat satu alisnya, dia heran kepada sahabatnya itu pasalnya rumah Jeno itu besar, dia anak orang kaya dan tak mungkin jika rumah besar Jeno tidak memiliki ruangan lain selain kamarnya dan orang tuanya terlebih lagi dia anak tunggal.
Namun Mark ingin menjadi sahabat yang pengertian untuk Jeno, Mark pun menyetujui permintaan sahabatnya itu "baiklah, kapan kau akan menginap?" Tanya Mark "bagaimana kalau hari ini?" Lagi lagi Mark berhasil dibuat tercengang dengan pertanyaan Jeno. Bagaimana tidak, kondisi rumahnya sedang tidak baik baik saja banyak benda benda yang hancur akibat ulah orang tuanya semalam. Mark pun merenung sebentar memikirkan alasan menolak tawaran Jeno hari ini. Hanya hari ini, kalau besok atau lusa Mark boleh boleh saja, tapi tidak hari ini. "Hm... Jeno, bukannya aku tidak memperbolehkan kamu menginap hari ini dirumahku, tapi rumahku... " ucap Mark menggantung perkataanya untuk mencari alasana yang tepat. Tak butuh waktu lama Mark pun sudah mendapat suatu alasannya "sedang ada tamu hari ini... Iya tamu.. nya ayahku... " Jeno pun menundukkan kepalanya sebentar dan mengangkatnya kembali "akan ku tunggu sampai tamu ayahmu pulang"
Mark semakin dibuat bingung oleh Jeno "kalau hari ini tidak bisa Jeno, kalau besok atau lusa tidak masalah bagiku" setidaknya aku ada waktu untuk membereskan Kekacau orang tuaku ucap Mark yang langsung disambung dengan batinnya. "Ayolah Mark, biarkan aku menginap dirumah mu mulai malam ini" Jeno memohon dengan sangat kepada sahabatnya itu sampai ia harus memasang wajah melasnya agar Mark mengizinkannya menginap dirumahnya. Mark pun terjatuh pada kemelasan Jeno, dengan setengah berat hati Mark memperbolehkan Jeno menginap dirumahnya malam ini "huft,,, baiklah" persetujuan dari Mark telah membuat Jeno mengukir senyuman termanisnya yang tak pernah ia perlihatkan kepada orang lain, kecuali Mark.
Setelah percakapan mereka selesai bel masuk sekolah berbunyi dan guru mapel pun masuk kedalam kelas. Seluruh siswa yang ada dikelas itu mengeluarkan buku buku mata pelajaran pada jam ini dan siap belajar bersama dan menanti bel istirahat mengeluarkan bunyinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sorry I Have to KILL You Dad! (HIATUS!!!)
Ficción General"Aku sungguh menyayangimu Ayah" Hanya cerita fiksi hasil imajinasi sendiri