Setelah mendapat pesan dari Mark, semangat Jeno tumbuh kembali. Saat ini Jeno telah berangkat menuju sekolah, dengan senyuman yang terpampang diwajahnya. Pesan yang Mark kirim, terus bersemayam di benak Jeno.
Hingga sesampainya Jeno disekolah, senyuman itu tak luntur luntur juga. Membuat orang orang yang berdiri dikoridor sekolah menatap kearahnya. Ada yang menatap dengan aneh, ada juga yang menatap dengan kagum.
Jarang sekali melihat Jeno tersenyum, pasalnya anak itu tak pernah memasang senyuman diwajahnya. Sesampainya Jeno dikelasnya dan berjalan kearah bangkunya, senyuman tak kunjung luntur.
Karina, yang melihat Jeno tersenyum tak mengedipkan matanya. Mengagumi ciptaan tuhan yang begitu sempurna saat tersenyum. Karina mencoba mendekat dirinya, dan menyapa Jeno.
"Pagi Jeno. Kau terlihat senang hari ini"
Jeno hanya melirik, lalu kembali berpaling. Jeno meraih ponselnya yang ia simpan kedalam sakunya, membaca kembali pesan yang Mark kirim untuknya.
Lagi dan lagi. Jeno mengacuhkan Karina, entah dalam keadaan senang atau tidak, Jeno tetap mengacuhkan Karina. Kesal, tentu saja.
Langit yang gelap sebagai latar dilangit korea, berhiaskan jutaan bintang untuk menemani sang bulan. Jaemin dan Mark yang saat ini sedang melakukan perjalanan menuju rumah Mark.
Awalnya Jaemin memaksa Mark untuk menginap dirumahnya, tapi Mark tetap menolak dengan alasan ayahnya yang sedang sakit.
Selama perjalanan, Mark terus memikirkan pesan yang ia kirim pada Jeno. Entah apa yang ada dibenaknya sampai sampai dengan percaya dirinya Mark mengirim pesan seperti itu.
Hanya mengingatnya, membuat rona wajah Mark muncul. Sungguh, Mark ingin menghilang rasanya dari muka bumi ini. Tak sanggup lagi dengan dirinya setelah mengirim pesan itu.
Mark yang bertingkah aneh, mengundang perhatian Jaemin. Ia menatap kearah Mark, yang sepertinya Mark sedang menahan malu "kau baik baik saja, Mark?"
"Ha? I-iya, aku baik baik saja" Jaemin hanya menganggikkan kepala, dan Mark kembali menatao kearah jendela.
Tak lama lagi mobil yang membawa Jaemin dan Mark akan memasuki wilayah perumahan Mark. Dan Mark pun harus bersiap siap untuk turun.
Saat Mark akan membuka pintu mobil, setelah mobil Jaemin terparkir tepat di depan halaman rumahnya, Jaemin menahan lengan Mark. Dan Mark menoleh kearah Jaemin.
"Ada apa?"
Jaemin tak merespon, ia hanya terus menatap Mark. Menatapa mata dari pujaan hatinya "paman, bisakah paman keluar sebentar. Ada yang ingin kubicarakan dengan Mark" ucap Jaemin tanpa lepas pandang pada Mark.
Si paman, yang menjadi supir Jaemin turun dari mobil sesuai perintah tuan mudanya. Bersamaan dengan itu, Jaemin meraih pintu mobil yang Mark buka, dan ditutupkanya kembali. Juga langsung meraih pinggang Mark membuat Mark terduduk di pangkuannya.
"Ada apa tuan Na?" tanya Mark, dengan nada menggodanya.
"Entahlah, aku merasa tidak bisa melepaskan mu sekarang"
Mark mengusap pipi dan rahang Jaemin membuat si empunya merasakan kenyamanan "aku harus pergi. Kita bisa bertemu lagi disekolah"
Diraihnya tengkuk Mark, Jaemin menempelkan belahan bibirnya, dengan bibir Mark. Hingga terciptalah ciuman hangat di dalam mobil itu.
"Aku akan menjemputmu besok" ujar Jaemin setelah melepas ciumannya. Mark mengeluarkan senyumannya, kembali mengelus rahang Jaemin "baiklah, aku akan menunggumu"
Setelah itu, Mark benar benar dibiarkan keluar dari mobil, dan paman supir kembali masuk. Sebelum supir menjalankan kendaraannya, Jaemin menurunkan jendela kaca mobilnya, menatap tak rela kepada Mark lalu menaikkan kembali jendela kaca mobilnya.
Mobil siap melaju, dan pergi meninggalkan pekarangan rumah Mark. Didalam mobil, tiba tiba saja meluapkan kekesalannya "AARRGGHH...!!!" akibatnya, si supir yang tak tahu apa apa terlonjak kaget.
Malam ini, Jaemin kesal. Sangat teramat kesal. Karena tadi, saat Mark masih ada dirumahnya. Setelah kegiatan menciumi dan memberikan tanda pada tubuh Mark, mereka berdua sempat tidur bersama. Diatas kasur yang sama, dan dibawah selimut tebal yang sama.
Jaemin sungguh senang akan hal itu, akhirnya ia mendapati aromah tubuh Mark, menempel dikasurnya. Namun, hal yang tak diduga datang. Dimana saat Jaemin memeluk tubuh Mark dari belakang, yang diantahu Mark juga ikut tertidur. Tapi nyatanya Mark tidak tidur.
Mark memainkan ponselnya, mengetikkan sesuatu disana yang Jaemin kira Mark sedang mengirim pesan untuk ayahnya, tapu saat Jaemin cermati lagi, ternyata Mark sedang membalas pesan Jeno, yang tak sempat Mark balas kemarin.
Jaemin masih teringat isi pesan yang dikirimkan oleh Mark untu Jeno. Siapa yang tidak kesal, jika orang yang dicintainya merindukan orang lain. Terlebih, orang itu adalah Lee Jeno. Yang Jaemin anggap saingannya karena sudah mendahuluinya mendekati Mark.
"Sialan kau Lee Jeno..!!"
"Tak akan ku biarkan kau merebut Mark dari ku..!!!"
Di kediaman Mark, yang gelap akibat lampu yang tak dinyalakan. Lagipula, siapa yang bisa menyalakan lampu rumahnya, ayahnya saja terbaring dikasurnya karena obat yang Mark berikan. Tidak ada siapa siapa lagi di kediaman Lee ini.
Meski gelap, Mark tak menghiraukannya. Mark terus melangkah menuju kamar ayahnya, dan masuk kedalamnya. Memandangi tubuh ayahnya yang sedang tertidur dibawah pengaruh obatnya, mungkin akan menjadi kegiatan baru bagi Mark.
Mark mendekati kasur ayahnya, dan duduk dilantai dengan punggung disandarkan dikasur ayahnya. Mark mendongak, menatap langit langit kamar "ayah, ku rasa kau benar"
"Aku rasa...aku mencintai mereka berdua"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sorry I Have to KILL You Dad! (HIATUS!!!)
Ficção Geral"Aku sungguh menyayangimu Ayah" Hanya cerita fiksi hasil imajinasi sendiri