Mark dan Jeno sedang berada di supermarket untuk membeli beberapa bahan makanan "apa yang aka kau masak Jeno?" Tanya Mark sambil mengambil keranjang belanjaan. Jeno merebut keranjang yang dibawa oleh Mark "kau tunggu disini saja, biar aku yang belanja. Mana uangnya" Mark menyerahkan uangnya pada Jeno lalu meninggalkan Mark ditempat dan langsung memilih sendiri bahan bahan yang akan di beli.
Mark menunggu sesuai perintah Jeno hingga matanya tak sengaja bertemu dengan seseorang yang terlihat seperti ibunya. Mark menambah ketajaman mata pada wanita paruh baya yang sedang berjalan bergandengan tangan dengan seorang priya.
Wanita paruh baya itu juga menatap kearah Mark, dan benar saja wanita yang bersama priya asing itu adalah ibunya Mark. Mark langsung mendatarkan wajahnya sedangkan ibunya terlihat terkejut dengan kehadiran Mark yang dirasa tidak tepat.
Mark membalikkan badan dan berjalan kearah keluar dadi super market itu, ibu Mark melepaskan gandengannya dan mengejar Mark. Ibunya Mark meraih lengan putranya tepat didepan pintu "Mark! Tunggu nak!"
Mark langsung menghempaskan cengkraman ibunya tanpa membalikkan badanya membuat wanita itu sedikit terhuyung "Mark, ini... Ini tidak seperti yang kamu pikir" ucap ibu Mark. Mark tersenyum kecut mendengar perkataan ibunya.
Mark menggaruk alisnya yang tak gatal lalu berbalik menghadap ke ibunya. Mark sedikit menunduk karena tinggi Mark yang melebihi tinggi ibunya "lalu seperti apa? Jika bukan seperti yang Mark pikir, lalu seperti apa?" Mark berusaha menahan emosinya karena saat ini sedang berada ditempat umum.
Ibu Mark menatap anaknya dengan tatapan sedih dan penuh penyesalan "Mark, maafkan ibu" kepala Mark sedikit menggeleng mendengar ibunya meminta maaf padanya, hingga akhirnya Mark menyunggingkan sebelah sudut bibirnya keatas "Maaf? Ibu meminta maaf pada Mark?" Ibu Mark mengangguk dengan ucapan anaknya.
"Kenapa ibu minta maaf? Ibu punya salah dengan Mark?" Mark sedikit menyinggung perasaan ibunya, yang membuat ibunya menyetuh dadanya. "Ibu pasti lebih tahu apa yang Mark maksudkan?" Ibunya Mark tak tahan lagi menahan tangis karena anaknya terus saja memojokkannya. "Kenapa ibu menangis? Ah~ Mark lupa, korban disini adalah ibu, iya kan?"
Didalam super market setelah membayar belanjaannya, Jeno mencari keberadaan Mark ditempat awal lalu ia tak sengaja mendengar samar samar suara Mark yang berada di luar, lebih tepatnya didepan pintu super market.
Jeno semakin melambankan langkahnya saat sudah berdekatan dengan pintu tempat dimana Mark berdiri berhadapan dengan wanita. Jeno memperhatikan ekspresi Mark lalu menebak siapa wanita yang sedang berbincang dengan Mark "apa itu ibunya Mark?"
Mark mencoba memalingkan pandangannya dan tak sengaja melihat Jeno yang sedang memperhatikan. Mata Mark bertemu dengan Mata Jeno, saling bertatapan mata selama beberapa menit, Mark memutuskan masuk kembali kedalam super market dengan menahan emosinya lalu menarik tangan Jeno untuk pergi sesegera mungkin dari super market itu, meninggalkan ibunya yang berkali kali menyebut nama anaknya namun tak dihiraukan oleh si pemilik nama.
Dengan langkah terburu buru juga amarah, Mark menarik Jeno sejauh mungkin dari super market, dan dirasa sudah cukup jauh Mark menghentikan langkahnya dan melepas genggaman tangannya. Jeno yang melihat tanganya dilepas oleh Mark langsung menariknya kembali dan membawa Mark kedalam pelukannya.
Tentu Mark sedikit terkejut, tapi memeng ini yang Mak butuhkan saat ini, Mark membalas pelukan Jeno dan mengeratkanya. Mark tidak menangis, ia hanya menenggelamkan wajahnya pada leher jenjang Jeno dan Jeno mengusap punggung Mark yang lumayan kecil dibanding dirinya juga surai Mark.
"Jika kau mau menangis, menangislah" ucap Jeno, Mark hanya menggelengkan kepala dan semakin menyembunyikan wajahnya juga mengeratkan pelukannya.
Setelah beberapa menit berpelukan Mark melonggarkan pelukannya begitu pula dengan Jeno, Mark menatap Jeno dengan tatapan sendu "ayo kita pulang aku tak sabar menyicipi masakanmu" ajak Mark dan diangguki Jeno. Mereka berdua kini berjalan menuju kekediaman Mark dalam diam.
Yang biasanya jalan didepan adalah Mark, kini Jenolah yang memimpin jalan dengan Mark yang dibelakang sambil menundukkan kepala. Jeno rasa Mark sedang membutuh kan waktu untuk sendiri maka dari itu Jeno tak berada disisi Mark tapi Jeno sesekali menengikkan kepalanya kebelakang untuk melihat kondisi Mark.
Jeno menengokkan kepala, melihat kondisi Mark untuk kesekian kalinya lalu menghentikan langkahnya karena Jeno rasa Mark sudah terlalu jauh menyelami alam bawah sadarnya, membuat tatapan Mark kosong.
Mark terus melangkahkan kakinya kedepan hingga ia tak sadar menabrak Jeno. Jeno sengaja berdiri didepan Mark dan membuat Mark menabrakkan tubuhnya. Pandangan Mark yang awalnya kebawah, terangkat untuk melihat apa yang ditabraknya.
"A-ah Jeno, maaf aku menabrak mu" ucap Mark lalu berjalan melewati Jeno, karena Jeno sudah tidak tahan lagi dengan kondisi Mark yang seperti zombie setelah bertemu dengan ibunya, Jeno langsung saja meraih tangan Mark lalu dibawanya ke pundaknya, lalu Jeno sedikit berjongkok dan mengangkat kedua paha Mark. Jeno menggedong Mark dipunggungnya.
Tentu Mark terkejut dan berusaha turun tapi Jeno menolak, Jeno terus melangkahkan kakinya sampai rumah Mark "Jeno turunkan aku, aku bisa jalan sendiri" pinta Mark. Jeno tak mendengarkan permintaan Mark dan tetap berjalan. "Jeno" Mark memanggil Jeno dan tetap tak ada jawaban "Lee Jeno!" Kini Mark meninggikan suaranya tepat ditelinga Jeno.
Jeno dengan wajah datarnya menghentikan langkahnya tapi tidak menurunkan sahabatnya itu "turunkan aku" Mark mulai menggerakkan kakinya dan meminta Jeno menurunkannya "aku tidak akan menurunkanmu sampai rumah Mark" akhirnya Jeno mulai bersuara "tapi aku bisa jalan sendiri" balas Mark
Jeno mengulangi perkataan Mark namun dengan logat mengejek "tapi aku bisa jalan sendiri, jalan sendiri sampai akhir kau menabrakku? Masih untung kau hanya menabrakku Mark, bagaiman kalau kau menabrak tiang?" Mark berdecih tidak suka dengan perkataan Jeno dan melirik sinis kearah sahabatnya. Jeno melanjutkan kembali langkahnya tanpa menurunkan Mark.
Mark kini pasrah dalam gendongan Jeno, kalau Mark pikir pikir lagi tak ada salahnya digendong, Mark tak perly capek capek jalan dan bisa menghemat tenaganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sorry I Have to KILL You Dad! (HIATUS!!!)
General Fiction"Aku sungguh menyayangimu Ayah" Hanya cerita fiksi hasil imajinasi sendiri