28

273 28 0
                                    

Jaemin menunggu lamaran kerja Mark di meja paling ujung ditemani muniman yang sudah ia pesan dari tadi. Menatap pintu yang hanya bisa dimasuki oleh para karyawan disini "haah~ ternyata lama juga" gumam Jaemin.

Bersamaan dengan gumaman Jaemin, Mark keluar dari pintu karyawan dengan wajah yang sumringah. Mencari keberadaan Jaemin yang katanya akan menunggunya.

Setelah menemukan dimana Jaemin duduk, langsung saja Mark berjalan kearah teman sekelasnya itu dan memberitahukan kalau ia diterima kerja disini "Jaemin, aku berhasil diterima disini dan mulai besok aku bisa langsung bekerja." Ucap Mark dengan senyuman senangnya.

Jaemin dibuat terpesona dengan senyuman Mark. Mark terlihat cantik dengan senyuman itu. "Cantiknya~" ucap Jaemin yang dapat didengar Mark. Mark menolehkan kepalanya untuk mencari apa yang dimaksud Jaemin itu.

"Mana yang cantik?" Tanya Mark.

"Yang berdiri didepanku saat ini" jawab Jaemin.

Mark langsung mendatarkan raut wajahnya dan pergi meninggalkan Jaemin ditempatnya. "Mark! Tunggu aku!!" Seru Jaemin beranjak dari tempatnya untuk mengejar Mark.

Mark berjalan dengan langkah cepatnya berharap tidak dapat diikuti oleh Jaemin. Namun, karena Jaemin berlari, tentu saja dapat mengejar Mark dan kini mengikuti alur tempo langkah Mark. "Kau marah padaku?" Tanya Jaemin

Mark menghentikan langkahnya yang membuat Jaemin ikut berhenti. Menatap tajam temannya yang membuat Jaemin "tarik ucapanmu" ucap Mark.

"Ucapanku, yang mana?"

"Ucapanmu yang tadi!"

"Ah, yang kubilang bahwa kau cantik?"

"Iya!"

"Bagaimana ya? Aku tidak mau menarik ucapanku, tapi karena kau tidak suka maka... Tidak akan pernah ku tarik ucapanku" ucap Jaemin dengan senyuman percaya dirinya yang membuat dada Mark terasa sesak. Saat melihat senyuman Jeno pun, ia merasakan hal yang sama.

"Aku tidak akan menarik ucapanku, karena kau memang cantik. Sangat cantik. Bahkan aku merasa kecantikan mu akan sia sia jika tak kumiliki" imbuh Jaemin masih dengan senyumannya.

Mark hanya diam tertegun mendengar rayuan Jaemin yang ia tutupin dengan raut sebal dan mata tajamnya. "Berhenti menggodaku! Rayuanmu tidak akan mempan padaku!" Ucap Mark seraya pergi meninggalkan Jaemin.

Jaemin tak dapat melunturkan senyumannya karena melihat Mark yang sedang merajuk terlihat imut dimatanya. Ah~ dia terlalu imut~ sayang jika dia tak dapat kumiliki "Mark, tunggu aku!" Batin Jaemin yang disambung dengan seruannya.

Jaemin benar benar mengantarkan Mark sampai kerumahnya, membuat dirinya merasa sedih harus berpisah dengan sang pujaan hatinya. "Kita sudah sampai" ucap Jaemin.

Mark mengangguk dan melihat Jaemin yang sepertinya tak ingin pergi "kau mau mampir sebentar?" Tawar Mark, Jaemin dengan senang hati mengangguk setuju. "Ayo masuk" Mark mengajak Jaemin memasuki rumahnya.

Sesampainya didalam rumah, Mark dan Jaemin disuguhkan oleh sang kepala keluarga yang tengah sibuk mempersiapkan makan malam. Mark berjalan mendekat ke pantry dapur disusul Jaemin.

"Oh kau sudah sampai Mark? Dan kau membawa temanmu juga"ucap ayahnya dan diangguki Mark. Mark dan Jaemin berjalan kedapur dan duduk dikursi pantry " ayah masak apa?"tanya Mark.

"Hanya masakan sederhana dan yang biasa ayah masak" jawab ayahnya sembari meletakkan panci berukuran tak besar juga tak kecil itu ditengah tengah meja pantry. "Berhubung kau membawa temanmu, mari kita makan bersama sama" imbuhnya. Ayah Mark mengambil peralatan makan tambahan untuk Jaemin kemudian menyerahkannya.

Jaemin dengan senang hati dan senyuman manisnya menerima peralatan makanan yang ayah Mark berikan "terimakasih paman." Ayah Mark mengambilkan beberapa sendok nasi ke mangkuk Mark juga Jaemin, setelah itu baru mangkuknya sendiri.

"Naah~ silahkan" ayah Mark mempersilahkan yang muda untuk menyicipinya terlebih dahulu. Mark menyendokkan sayur buatan ayahnya dan menyicipinya, dan diikuti oleh Jaemin. "Hm~ ini enak" ucap Mark.

Jaemin mengangguk setuju dengan pendapat Mark yang membuat senyuman bangga terukir diwajah tampan ayahnya. "Kalau begitu, mari makan sama sama" ayahnya begitu antusias setelah mendapat pujian dari anaknya juga temannya, sudah lama ia tak memasak didapur membuat kemampuannya dirasa berkurang. Namun, ternyata setelah anaknya mencicipi masakanya yang dibilang enak, ia menjadi tambah bangga pada dirinya sendiri.

Seusai acara makan malam, ayah Mark yang terlihat sudah kekenyangan, ayah Mark berencana akan keruang tengah sembari menonton tv dan meminta Mark untuk membereskan dan sekalian mencuci semua alat alat makan yang baru mereka gunakan.

"Kalian, bersihkan ini semua ya, ayah mau menonton acara kesukaan ayah dulu"

Mark mengangguk, ia membawa semua piring, mangkuk dan alat alat makan lainya ketempat cuci piring, lalu membersihkan semuanya. Jaemin ingin membantu Mark, tapi ditolak olehnya karena Jaemin adalah tamu disini.

"Biar kubantu"

"Tak perlu, kau ikut menontin tv saja bersama ayahku"

"Tapi-"

Mark menatap tajam Jaemin, ia bersikukuh untuk melakukannya sendiri. "B-baiklah, aku akan menyusul ayahmu" Jaemin buru buru menyusul ayah Mark, untuk segera bergabung. Takut jika nanti akan memukulnya.

Jaemin melihat ayah Mark yang sudah nyaman duduk di sofa, ia jadi tidak enak hati mengganggu kenyamanan sang kepala keluarga rumah ini. Jaemin bingung harus bersikap seperti apa, dia belum siap menghadapi sosok calon mertuanya kelak.

Ayah Mark tang melihat gelagat teman anaknya ini menatap heran "kau mau bergabung?" Tanyanya sukses membuat Jaemin terkejut. "B-bolehkah? Mark meminta saya untuk bergabung dengan paman" jawabnya dengan gugup.

Ayah Mark melontarkan senyuman yang sama dengan Mark. Jaemin tak mengira jika senyuman manis nan cantik itu turun dari ayahnya. "Bergabunglah" ajak ayah Mark sambil menggeserkan tubuhnya untuk memberi Jaemin tempat.

Jaemin dengan gugupnya berjalan mendekat dan duduk disamping calon mertuanya. Tenanglah~ kelak dia akan jadi ayahmu juga~ batin Jaemin untul menenangkan diri. "Siapa namamu?" Tanya ayah Mark.

"Jaemin, nama saya Na Jaemin"

"Oh! Kau bermarga Na? Kupikir kau bermarga Lee, karena kau mirip dengan teman Mark yang satunya. Siapa ya namanya" ayah Mark berusaha mengingat ingat nama seseorang.

"Maksud paman, Lee Jeno?" Tebak Jaemin

Ayah Mark menjentikkan jarinya, akhirnya ia jadi ingat nama orang itu, jika bukan karena Jaemin. "Iya! Benar, Lee Jeno. Kau mirip dengannya" ucap ayah Mark antusias. Jaemin tersenyun canggung, banyak yang menyamakan dirinya dengan sepupunya itu.

"Iya, Jeno adalah sepupu saya. Ibu saya adalah kakak dari ayah Lee Jeno" Jaemin sedikit menjelaskan tentang silsilah keluarganya. "Oh... Kalian sepupu, memang banyak sih, walau pun hanya sepuph, tapi tampang mereka terlihat mirip" Jaemin kembali tersenyum canggung sambil mengarut tengkuknya yang tak gatal.

Ayah Mark, menyandarkan punggungnya pada sandaran sofa dang menengadahkan kepalanya menghadap keatas, menatap langit langit atap dalam rumahnya.

"Jadi, siapa yang akan berhasil mendapatkan Mark?"

Sorry I Have to KILL You Dad! (HIATUS!!!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang