Jaemin memasuki kamar Mark, terlihat disana bahwa Mark telah kembali tidur. Setelah perdebatan kecil yang mereka lakukan, Jaemin bersalah dan memutuskan untuk tidak membicarakannya lagi. Jaemin naik keatas kasur, dan memeluk tubuh Mark dari belakang, tanpa menyelimuti dirinya.
"Jaemin.. " Mark yang merasa pinggangnya dilingkari oleh tangan seseorang, mencoba untuk melepaskannya dan berbalik, tapi Jaemin semakin mengeratkan lingkar tangannya dan semakin menempelkan tubuhnya "aku tidak akan pergi meninggalkanmu. Meskipun ada banyak orang disana yang sepertimu, aku tetap memilihmu. Aku tak bisa hidup tanpamu. Kau segalanya bagiku. Jadi, jangan memintaku untuk mencari yang lain, atau pergi meninggalkanmu."
Dengan sekuat tenaga, Mark mencoba kembali melepaskan diri dari pelukan Jaemin, dan berbalik kearah pri kelinci itu. Mark menatap dalam bola mata Jaemin yang hitam dan kelam, membuat tanganya tergerak untuk mengusap lembut rahang tegasnya "kau akan menyesal nantinya"-Mark
"Aku tidak akan menyesal sedikitpun" tangan Jaemin ikut terulur menggegam tangan Mark yang mengelus rahang nya. Menikmati sensasi sentuhan lembut yang Mark berikan, dan mengecup telapak tangan Mark. "Maaf aku melukai perasaanmu, maaf jika aku terus menggantung dirimu, juga Jeno, maaf jika aku sering menga-"
"Sstt... " Jaemin memotong pembicaraan Mark. Jaemin tidak ingin Mark terus menerus mengatakan 'Maaf' karena, bagi Jaemin, Mark tidak salah. "Kau tak perlu meminta maaf. Ini bukan kesalahanmu, tak masalah kau melukai perasaanku, yang penting, aku terus bersamamu dan selamanya bersamamu"
Pagi harinya, Mark yang sudah rapi dengan seragamnya, siap untuk memulai hari yang membosankan disekolah. Sedangkan Jaemin, ia masih harus menunggu supirnya datang dengan seragam juga keperluan sekolahnya. "Kau ingin sarapan terlebih dahulu?" tanya Mark. Jaemin masih memfokuskan atensinya pada layar ponsel, menunggu jawaban lebih lanjut dari supirnya "kau bisa memasak?"
"Bisa, kalau kau ingin ku racuni" Jaemin membelalakkan matanya, masih menatap pada layar persegi ditanganya. Perlahan Jaemin menatap Mark, yang terlihat seperti malaikat pencabut nyawa yang menyelimuti Mark. Mark yang melihat wajah Jaemin mendadak pucat, menaikkan satu alisnya, dan memiringkan kepalanya "kau kenapa?"
Jaemin menggelengkan kepalanya, mengembalikan kesadarannya "Mark, apa kau mau kumasakan?" tanya Jaemin, yang berusaha untuk tenang, walau dirinya sedikit takut "jika kau mau, silahkan" jawab Mark, santai. Jaemin bergegas keluar kamar dan menuju kedapur untuk membuatkan sarapan.
"Padahal aku hanya bercanda, kenapa dia seserius itu?" gumam Mark. Mark mengambil bungkusan dalam saku celananya. Sebuah bungkusan berisikan obat tidur, yang sudah ia haluskan tadi malam "ayah akan kuberikan ini lagi, saat sarapannya sudah jadi" Mark memasukkan kembali bungkusan itu kedalam saku, mengambil tas, dan menyusul Jaemin kedapur.
Saat keluar kamar, terlihat dengan jelas ruangan yang sangat berantakan. Membuat Mark menghela nafas, membayangkan dirinya untuk membereskan kekacauan ini. Walau sudah terbiasa, tapi Mark juga lelah jika harus terus terusan yang membereskannya.
Mark melanjutkan langkahnya menuju dapur, disana Jaemin masih sebuk dengan acara memasaknya, juga diatas meja pantry, juga paper bag yang terletak diatas meja pantry "ini milik siapa?" tanya Mark. Jaemin menolehkan sesaat kepalanya saat Mark bertanya kepadanya "oh, itu seragamku yang baru sampai tadi" -Jaemin, sembark melanjutkan aktivitas nya.
Mark hanya mengangguk saja, dan berjalan mendekati Jaemin "kau masak apa?" Jaemin membalikkan badanya, dengan penggorengan lalu menuangkan masakannua ke wadah yang telah disediakan "aku memasak kimchi jjigae, dan telur gulung" lagi lagi, Mark hanya mengangguk.
Setelah Jaemin menyusun makanan di meja pantry, Mark menyuruhnya untuk segera membersihkan diri, dan bersiap siap sementara Mark, ia sibuk menyusun makanan untuk diberikan kepada ayahnya, tak lupa mencampurkan obat tidur yang telah dihaluskan kedalam minuman.
Mark membawa nampan itu menuju kamar ayahnya. Setibanya Mark didalam kamar, terlihat ayahnya yang masih tefbaring diatas tidur. Kamar ayahnya ini, dipenuhi dengan aroma alkohol "berapa banyak ayah minum soju?" gumam Mark. Mark meletakan nampan diatas nakas, dan membangunkan ayahnya.
"Ayah, bangun.. Aku sudah membawakanmu sarapan" ucap Mar, sembari menggoyangkan tubuh ayahnya. "Eeungg~" ayah Mark, mulai menunjukan tanda tanda untuk bangun, ayah Mark perlahan membuka matanya, membiasakan dengan cahaya matahari yang berusaha masuk kedalam kamarnya "Mark... Kau sudah bangun... Hooaammm~"
"Iya, dan aku sudah membawakan ayah sarapan" ayah Mark, merubah posisinya menjadi duduk dan bersandar pada headboard kasur "kau tak perlu repot repot, ayah bisa sendiri" ucap ayah Mark.
"Ini bukanlah masalah"-Mark sembari duduk disamping bawah kasur ayahnya dan bersandar.
"Kau menunggu ?"
"Tentu saja, aku menunggu peralatan makannya dan juga nampannya"
"Cih.. "
Ayah Mark, menyantap makanan yang disajikan oleh Mark, dan Mark sendiri duduk terdiam, tak berniat untuk memulai pembicaraan meskipun banyak pertanyaan yang ingin ia lontarkan. Seperti, kenapa ibunya kembali kerumah? Masalah apa lagi yang ibunya perbuat? Bukti apa lagi yang ingin ibunya tunjukkan? Siapa yang sudah mengacaukan isi rumah?
Disamping itu, Jaemin yang sudah rapi dengan seragam juga tas dipunggungnya, telah siap bergabung dengan Mark-nya untu sarapan bersama. Tapi, saat Jaemin sudah sampai didapur, Mark tidak ada disana. Sama samar, Jaemin mendengar suara Mark dari dalam kamar ayahnya, akhirnya Jaemin menunggu Mark tanpa menyentuh atau mecicipi masakannya sendiri. Ia akan menunggu sampai Mark keluar, dan sarapan bersamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sorry I Have to KILL You Dad! (HIATUS!!!)
Ficção Geral"Aku sungguh menyayangimu Ayah" Hanya cerita fiksi hasil imajinasi sendiri