"Tolong jangan memintaku untuk pergi darimu Mark, aku tak akan bisa hidup tanpamu. Kau boleh memukulku, melukaiku atau apapun itu sepuasmu, aku tetap akan menerimanya, tapi jika kau meninggalkan ku, ku mohon jangan"
Jeno meraih tengkuk Mark, mulai mengikikis jarak hendak mencium bibir Mark. Jika biasanya Mark menerima ciuman Jeno, kali ini tidak. Mark memalingkan wajahnya dan bangkit dari kasur saat wajah Jeno sudah sangat dekat tinggal beberapa senti lagi Jeno berhasil meraup bibir Mark.
Jeno menatap sedih punggung Mark Jeno ingin meraih pinggang Mark, namu Mark terlebih dahulu membalikkan tubuhnya menghadap Jeno. Datar Mark menatap wajah tampan lawan bicarannya itu walau jantungnya berdegup tak karuan. "Kapan kau akan pergi?" Pertanyaan Mark sukses membuat hati Jeno hancur. Jeno menunduk kan kepalanya dan meneteskan air matanya dan dihiraukan oleh Mark "setelah lulus, ayahku akan mengirimku keluar negeri untuk melanjutkan kuliah disana dan--" ucapan Jeno terhenti sesaat untuk menenangkan diri. Mark mengerutkan keningnya karena Jeno mengehentikan perkataannya.
Jeno menarik nafas dalam dalam lalu dihembuskan perlahan, diam sejenak dan memberanikan diri menatap mata Mark dengan aliran air mata yang menghiasi pipinya "--dan aku akan dinikahkan dengan teman ayahku yang tak aku kenali sama sekali. Aku tidak mau Mark, aku hanya mau bersamamu, berada disisimu, menghabiskan sisa waktuku denganmu, dan mengabdi padamu Mark" Jeno mendekatkan dirinya pada Mark memohon untuk tidak membiarkannya pergi, Mark juga mendekati Jeno menghapus jejak air mata Jeno.
"Tapi aku mau kau pergi dariku Jeno" ungkap Mark yang membuat Jeno membelalakan matanya, tak ingin lagi mendengar rengekan dari mulut Jeno, Mark meraih tengkuk sahabatnya dan meraup kasar bibirnya. Mark mulai menaiki kasur dan berakhir diatas tubuh Jeno tanpa melepaskannya, Jeno hanya bisa mengikuti permainan Mark dengan meremat pinggang Mark. Tak disadari oleh dirinya sendiri, air matanya secara perlahan mengalir keluar dan menetes membasahi kelopak mata Jeno.
Jeno yang awalnya terpejam membuka matanya, Mark menangis ini yang kedua kalinya Mark menangis, Jeno pun membalikkan posisinya yang kini Jeno berada diatas mengukung Mark, mengangkat kedua tangan Mark diatas kepalanya dan menahannya, Jeno melepas ciuman mereka lalu menatap Mark yang yang perlahan membuka matanya "kenapa kau menangis Mark? Kenapa?!!" Jeno mulai membentak, yang membuat Mark sedikit terkejut "seharusnya aku yang menangis disini, lalu kenapa malah kau ikut menangis? Katakan padaku! Katakan padaku tentang perasaanmu yang sebenarnya!!! "
Mark hanya diam tak membalas perkataan Jeno dan berhasil membuat Jeno semakin frustasi dan bangkit dari tubuh dan juga kasur Mark. Mark pun mendudukan dirinya menatap sendu Jeno yang berjalan kesana kemari sambil meremat rambutnya "kau ingin aku pergi?! Baik, aku akan pergi!" Ucap Jeno langsung meninggalkan Mark.
Jeno membanting pitu kamar dan juga pintu utama yang dapat didengar oleh Mark. Mark menangis kencang dalam kamarnya, tubuh meringkuk untuk menahan sakit didadanya. Sedangkan Jeno, ia duduk diteras juga menangis dan meremat dadanya.
Sebenarnya Mark tak menginginkan Jeno pergi, ia masih ingin bersama dengan Jeno, menghabiskan waktu bersama, tertawa bersama, tetapi situasi tak mengijinkan Mark untuk berbahagia dengan Jeno. Mark harus melakukan sesuatu dan tak boleh melibatkan Jeno oleh sebab itu Mark meminta Jeno untuk pergi.
Setelah merasa dirinya tenang, Mark bangkit dari kasur dan keluar dari kamarnya. Mark juga membuka pintu utama dan disana Jeno sudah pergi, Jeno benar benar pergi. Sakit dan sesak yang dirasa dalam dada, diremat kembali berharap dapat mengurangi rasa sakitnya.
Mark masuk kembali kedalam dan mendudukan diri disofa ruang tengah, seketika terputarnya memori kebersamaannya dengan Jeno. Air mengalir yang keluar dari matanya membasahi pipi Mark lagi segera, Mark mengusap kasar jejak air matanya, menarik nafas dalam dalam perlahan dihembuskanya lewat mulut. Mark berusaha menenangkan dirinya.
Kini dirumahnya saat ini sepi tidak ada siapapun, hanya ada dirinya dan ayahnya nanti jika sudah pulang. Melihat jam yang terpasang didinding menunjukkan pukul 15.30 yang artinya ayahnya akan pulang 3 jam lagi, atau bahkan lebih.
Mark mulai menyibukkan diri dimulai denga bersih bersih rumah, menyapu teras, menyiram tanaman, merapikan kamarnya sambil menunggu ayahnya pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sorry I Have to KILL You Dad! (HIATUS!!!)
Fiksi Umum"Aku sungguh menyayangimu Ayah" Hanya cerita fiksi hasil imajinasi sendiri