Kakiku membeku
Di atas lahar putih
Menjelma membatu
Mencintai kalbuKakiku membeku
Di atas lahar putih
Anginnya mengangkatku
Di atas kelap-kelip bintang
Bersama semburat cahaya bersenandungKakiku membeku
Di atas lahar putih
Mengoyakkan tubuhku
Mengharumkan batinku
Membuang jiwaku jauh-jauh
Ke atas bumi tak berpeluhKakiku membeku
Di atas lahar putih
Pukulan di tulang-tulangku
Adalah nikmat bagi lesung hatiku
Sebab kemanjaanku membuatku jauh
Hanya tamparan yang membuatku berpikirKakiku membeku
Di atas lahar putih
Orang yang memberatkan jiwanya
Akan jatuh ke lubang-lubang
Namun, ringannya jiwaku
Akan terbangkanku jauh
Mengikuti kalbu yang terbuang
Ke bumi tak berpeluhAwan—di cakrawala buangan
KAMU SEDANG MEMBACA
Puisi Basa-basi
AcakTidakkah Neura mau mendengar suara Awan di angkasa? Awan yang selalu berpuisi di setiap hujan, menjadi cawan bagi Sang Busur Elips, hanya ingin menyampaikan gundahnya dalam Puisi Basa-Basi. Yang bila tak dipahami, maka biarlah menjadi basa-basi.