Pukul 5 pagi, adiwijaya, edo rendi dan beberapa puluh orang anak buah mereka telah berada di salah satu tempat dimana disanalah arya di sekap. Kini mereka masih ada di dalam mobil dan saling berkomunikasi dengan memggunakan hand talk yang dipegang oleh ketua masing-masing.
"Suruh 5 orang ke sisi kiri." Perintah adiwijaya dan langsung disampaikan kembali oleh edo.
"7 ke arah belakang, 7 ke arah sisi kanan." Lanjut adiwijaya lagi dengan tatapan lurus ke gedung di depannya saat ini.
Setelah di beri instruksi masing-masing anak buah mereka langsung mengambil posisi dan tak lupa dengan senjata yang telah mereka pegang masing-masing.
"Tahan sebentar, kita habisi dulu anak buah di depan pintu. Suruh 5 orang serang dari depan." Adiwijaya terus saja memberi perintah.
Beruntung pergaulan adiwijaya cukup luas, bahkan ia pernah berteman dengan beberapa gengster dan dari mereka pula lah adiwijaya memiliki anak buah dan paham strategi seperti ini.
"Baik pak." Jawab edo yang selalu saja patuh dengan semua titah adiwijaya.
Lalu edo mulai bersiap-siap memberi instruksi. Pertama 5 orang mulai maju dan melawan sekitar 7 orang yang berjaga di depan pintu gedung tersebut.
Adiwijaya dan edo terus memperhatikan anak buah mereka yang telah bertarung di sana. Saat dilihat anak buah willy tersisa 2 dan anak buahnya tersisa 4 adiwijaya memberi instruksi mengirim 2 orang lagi untuk membantu mereka.
Setelah bertambah dua orang penjagaan di depan pintu pun mulai kosong.
"Kita masuk." Ajak adiwijaya pada edo dan rendi.
"Apa tidak lebih baik bapak disini saja? Biar kami yang masuk pak." Ujar edo yang merasa tak tenang jika adiwijaya ikut bersama mereka.
"Tidak, saya akan habisi willy dengan tangan saya sendiri." Balas nya dengan tegas.
"Kamu suruh sisanya menunggu, dan masuk untuk membantu ketika ada suara pistol." Jelas adiwijaya lagi.
Ia menatap tajam gedung tersebut dimana willy pasti ada di dalam sana. "Ayo mulai." Ajak adiwijaya kemudian.
Hari mulai terang ketika adiwijaya masuk ke dalam gedung bersama rendi dan edo dan tentunya dengan pengawalan anak buah mereka.
Langkah adiwijaya yang lunglai pun tak menjadi alasan ia melemah. Pria tua itu melangkah dengan harapan ia bisa membawa arya kembali. Akan lebih baik jika dirinya yang terluka daripada ia harus melihat arya terluka.
Adiwijaya terus berada dalam perlindungan rendi dan edo karena memang mereka takkan membiarkan pria itu terluka.
Adiwijaya dan seluruh anak buahnya terus menatap ke sekeliling mereka dengan waspada. namun aneh sekali ruangan tengah di gedung terasa begitu sepi. Namun, itu justeru membuat mereka harus semakin wasapada..
Prok prok prok...
Semua mata tertuju ke lantai dua dimana sosok willy berdiri dengan begitu banyak anak buahnya di belakang.
"Lama tak berjumpa bukan adiwijaya.." ujar willy dengan senyuman khas nya.
Adiwijaya menatap sengit ke arah pria tua yang seusia dengan nya itu. Bahkan tiba-tiba saja bayang-bayang wajah laras seketika menghantuinya.
"Kamu suami dan ayah terbaik untuk kami mas adi."
Adiwijaya meremas tongkat yang di pegangnya. Mata pria itu terasa sangat panas saat ini.
"Aku tidak akan membiarkan dia menyakiti putra kita laras, aku sudah menyesal karena harus kehilangan kamu dan sekarang aku tidak mau mengalami itu lagi untuk kedua kalinya." Gumam adiwijaya dalam hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fall In Love (END)
Fanfic"Tak perlu sebuah alasan untuk jatuh cinta." Arya saloka adiwijaya Amanda lugue Start : 02 Feb 22 End : 21 Sep 22