Siapa itu Layla?
Di Eruditio, garis terdepan dalam kemajuan sains dan teknologi di dunia, terdapat ilmuwan-ilmuwan cemerlang yang tak terhitung jumlahnya. Layla terlahir dalam keluarga ilmuwan yang demikian.
Tetapi karena pekerjaan mereka yang memakan banyak waktu, orangtua Layla tidak memiliki waktu untuk berkumpul bersama dengan anaknya. Maka, dia dibesarkan oleh kakeknya. Sebagai ilmuwan yang paling menonjol di Eruditio, orangtua Layla selalu berharap bahwa dia dapat terus memperluas ilmu pengetahuannya dan menjadi ilmuwan seperti mereka, menjadi pelopor dalam penemuan terobosan terbaru dan luar biasa dalam sains dan teknologi.
Namun, Layla tidak tertarik dengan sains. Dia sama sekali tidak akrab dengan orangtuanya, khususnya dengan ayahnya, dan dia memiliki sifat dan ketertarikan yang berbeda dengan mereka. Dari pada menanamkan hatinya pada misteri sains, dia mengagumi kakeknya, seorang mantan anggota Eruditio City Guard, dan menumbuhkan jiwa petualang serta rasa keadilan yang kuat selama diasuh oleh kakeknya.
Di bawah arahan kakeknya, Layla yang masih kecil seringkali berlatih berbagai teknik bertarung dan mencari cara untuk mengasah kemampuan bernalar dan investigasinya. Seiring bertambahnya usia Layla, rasa hausnya akan ilmu pengetahuan juga bertumbuh, dan segera, hasratnya untuk menjelajahi dunia di luar kota kelahirannya menjadi sangat kuat, hingga tidak dapat menahannya lagi.
Dalam pikiran Layla, teknologi dari Eruditio tidak seharusnya hanya membawa keuntungan untuk kota dan rakyatnya, tetapi harus ia gunakan untuk mengubah dunia. Namun, ayah Layla memperingatkannya bahwa dunia tidak teratur dan penuh dengan bahaya, dan bahwa Layla yang muda perlu menjadi sedikit lebih dewasa lagi sebelum bahkan berpikir untuk pergi berpetualang.
Tetapi kebencian dan frustasi Layla terhadap ayahnya yang dulu tidak mempedulikannya mengakibatkan peringatan tersebut tidak ia patuhi. Dia mengabaikan ayahnya, yakin bahwa kurangnya dukungan darinya merupakan wujud penghindaran tanggung jawabnya sebagai seorang ayah.
Faktanya, sesungguhnya ayah Layla mencintainya lebih daripada segala hal di dunia. Dia menggunakan teknologi termutakhir Leviathan dari Eruditio untuk membuatkannya Malefic Gun. Namun, karena takut jika Layla akan menolak hadiah yang dia berikan, ayah Layla memberikan Malefic Gun tersebut kepada kakek Layla. Kemudian mencerahkannya kepada Layla sebagai sebuah hadiah darinya.
Tetapi apa yang tidak ayahnya perlukan –adalah bahwa hadiah ini hanya akan membuat Layla semakin ingin bertualang. Pada hari ulang tahunnya yang ke-16, Layla diam-diam membawa Malefic Gun-nya keluar dari Eruditio saat tengah kegelapan untuk bertualang ke dunia yang besar dan luas.
Tidak lama kemudian dia mencapai sebuah kota terpencil di barat daya dari Moniyan Empire. Yang mana banyak anak kecil menghilang, Sekarang, dia akhirnya memiliki kesempatan untuk menguji kemampuan bertarung dan melacaknya yang ia pelajari dari kakeknya.
Setelah menginvestigasi wilayah tersebut dan menelusuri jejak petunjuk, Layla menemukan kumpulan kriminal yang telah menculik anak-anak kota, dan membuntuti mereka hingga ke markas mereka. Dengan telat untuk mengehentikan tindakan jahat mereka dan menyelamatkan para anak kecil yang malang.
Tetapi yang tidak Layla ketahui, bahwa mereka bukan penculik biasa, melainkan para ilmuwan jahat dari Laboratorium 1718, yang menculik anak kecil tak berdosa untuk digunakan dalam eksperimen kejam mereka pada manusia. Dalam amarah memikirkan penderitaan anak-anak itu, Layla mengangkat Malefic Gun-nya dan menerobos ke area tahanan.
Kesulitan dan bahaya dari pertempuran yang diakibatkan jauh melebihi apa pun yang Layla dapat bayangkan. Di tengah pertempuran, para pekerja Laboratorium 1718 mengenai teknologi Leviathan di tangan Layla, dan kemudian mereka mengubah tujuan dari operasi mereka.
Tidak lama kemudian, anak-anak yang terculik terselamatkan, tetapi Layla terjauh ke tangan para ilmuwan jahat, yang mengambil Malefic Gun-nya. Layla dikurung di penjara bahwa tanah yang gelap, dan baru saja saat dia kehilangan harapan, dia tiba-tiba dilepas dan dikembalikan ke Eruditio.
Tetapi saat dia kembali ke Eruditio, sebuah kejutan yang bahkan lebih besar menantinya. Ayahnya telah keluar dari Scholars’ Union dan telah menjadi anggota dari Laboratorium 1718 yang jahat.
Seketika, sebuah badai penyesalan dan tanggung jawab jatuh padanya. Meskipun dia tidak pernah akrab dengan ayahnya, Layla tidak dapat mempercayai bahwa ayahnya yang tenang dan rasional akan menjadi anggota dari Laboratorium 1718 yang fanatik.
Layla jatuh ke dalam kebingungan, dan satu-satunya yang dapat ia lakukan untuk mempertahankan kewarasannya adalah untuk berfokus pada pelatihan dan terus belajar dalam upaya untuk melupakan kenyataan dari situasi yang menimpanya. Seiring berjalannya waktu, Layla tumbuh dewasa, dan kakeknya yang tua menutup usianya.
Di ranjang kematiannya, kakek Layla memberitahukannya bahwa dia diculik oleh Laboratorium 1718 karena mereka mengenali Malefic Gun yang dibawanya, yang ayahnya buatkan untuk dirinya. Setelah Laboratorium 1718 menculik Layla , ayahnya tidak memiliki pilihan selain mengambil posisi anaknya yang tercinta. Dia dibawa ke luar dan dipaksa untuk mengabdi pada Laboratroium 1718.
Sebelum menyerahkan dirinya, dia membuat seluruh anggota keluarganya untuk berjanji agar tidak memberitahukan Layla kebenaran yang sesungguhnya. Sehingga dia dapat tumbuh dewasa tanpa harus dibebani rasa bersalah dikarenakan nasib ayahnya. Layla pada akhirnya memahami alasan dibalik segala yang telah dilakukan dan dikatakan ayahnya kepadanya, dan kedalaman sesungguhnya dari kasih ayahnya.
Dia telah mengerti, dan dia menjadi semakin kuat. Di bawah sinar matahari yang terbenam, Layla mengambil prototipe senjata Leviathan yang diwariskan ayahnya dan memulai misinya untuk mencari Laboratorium 1718.