Siapa itu Valir?
Di barat daya Land of Dawn terletak gunung berapi aktif yang membawa bahaya mematikan bagi semua yang berani mendekatinya. Inferno of Fire adalah bagaimana orang-orang menyebut tempat ini. Tempat itu juga dikenal sebagai tempat ujian bagi para Mage yang ingin menguasai mantra api.
Setelah meninggalkan Magic Academy, Valir tinggal di sana selama lima tahun dengan membawa janji sepuluh tahunnya pada Vale. Dia berharap hari itu akan tiba lebih cepat, tetapi pada saat yang sama, dia juga berharap hari itu tidak akan pernah datang.
Suatu hari, Valir melemparkan sihir api Arcane-nya ke arah gunung berapi tetapi hasilnya tidak sesuai dengan harapannya.
Di Western Desert, terdapat seorang pria yang sedang mencari Valir. Pengkhianatan selama bertahun-tahun adalah sesuatu yang tidak pernah dapat ia maafkan. Dengan amarah dan kebencian yang besar, dan untuk mempertahankan reputasi Magic Academy, ia memutuskan untuk melacak penghianat tersebut. Saat dia merasakan kekuatan Arcane yang terlepas dari gunung berapi, dia tersenyum.
Tinggal di Inferno of Fire terlalu lama membawa perubahan pada tubuh Valir. Kulitnya terbakar oleh api gunung berapi, tetapi untuk menjadi Son of Flame, ia harus menggabungkan kekuatan sihir api Arcane-nya dengan api dari gunung berapi. Tubuh dan kehendaknya harus tahan terhadap ujian dari lava panas ini.
Tiba-tiba, angin kencang bertiup, membawa perasaan yang tidak asing kepada Valir, Vale telah tiba. Mereka belum pernah saling bertemu sejak kecil. Pertemuan ini menyebabkan pertarungan pertama di antara mereka, antara api dan angin. Windtalker dan Son of Flame mengeluarkan semua sihir mereka untuk saling menyerang.
Tidak ada sepatah kata pun yang mereka ucapkan, tetapi mereka memiliki pemikiran yang sama, mereka tidak ingin saling membunuh. Namun, pertarungan mereka menghasilkan kekuatan besar, yang memperburuk keadaan gunung berapi tersebut. Jika gunung berapi tersebut meletus, mereka pasti akan mati dalam letusannya.
“Haya tersisa lima tahun lagi, tidak bisakah kau menunggu, Vale?”
Sebelum Vale mengatakan sesuatu, Valir mendegar suara yang dikenalkan, itu adalah suara Gord. Kehadiran Gord menyela pertarungan antara kedua saudara ini. Dia ingin menghapuskan sihir Arcane Valir, karena menurutnya, kebijaksanaan Arcane-nya yang murni tidak boleh dikotori.
Namun, Arcane Spell yang dia gunakan kepada Valir dihentikan oleh Vale. Vale berubah menjadi bersimpati setelah melihat tubuh Valir yang tersiksa. Dia tidak ingin ada yang melukai saudaranya. Namun, Valir tidak membutuhkan simpati seperti itu.
Salah dari mereka adalah gurunya yang ingin menghancurkan muridnya karena pengkhianatannya. Dan satunya lagi adalah saudara lelaki terdekatnya. Namun, ia juga putra dari orang yang membunuh ayah Valir.
Api suci tidak akan pernah padam. Valir berhasil menggabungkan kekuatan sihir api Arcane-nya dengan api dari gunung berapi dan mengeluarkan energi yang kuat. Dengan kekuatan ini, lava menjadi tidak stabil. Sementara itu, Valir memperoleh tubuh yang kuat dan matanya menjadi berwarna merah bagaikan api.
Pada saat itu, Vale dapat memahami kekhawatiran ayahnya. Kekuatan ini mengejutkan Gord, dan sebagai gurunya, dia merasa akan lebih baik untuk membunuh muridnya daripada membiarkannya dirasuki oleh kekuatan gila ini.
Nyala api Valir, angin Vale, dan kekuatan Arcane Gord memperparah keadaan gunung berapi tersebut, yang menyebabkan keruntuhan yang hebat. Setelah itu, Vale dan Gord mencoba mencari Valir, tetapi mereka tidak dapat menemukannya. Vale mengetahui bahwa dalam hatinya Valir masih hidup, dan janji sepuluh tahun mereka belum dipatahkan.
Hanya dalam lima tahun Valir menjadi lebih kuat, apa yang akan terjadi setelah lima tahun berikutnya? Vale menyadari bahwa pada waktu berikutnya mereka bertemu, pertemuan tersebut tidak akan lagi sebagai seorang teman dan saudara. Sebaliknya, pertemuan tersebut akan menjadi pertarungan terbesar bagi hidup mereka.