Siapa itu Xavier?
Xavier merupakan anggota yang terhebat dalam Knights of Light, sebuah kelompok yang kekuatannya dapat menandingin Light’s Order dari Moniyan Empire. Selain menjadi Arbiter of Light yang termuda, dia juga dikenal dengan tingkah lakunya yang tidak biasa. Xavier lahir dari keluarga pedangang biasa di Lumina City.
Satu hal yang tidak biasa adalah ibunya, merupakan Light Elf. Mungkin karena dia keutunan Elf, Xavier terlahir dengan kecerdasan yang luar biasa dan memiliki mata berwaran safir murni. Ayah Xavier dulunya menaruh harapan yang tinggi pada Xavier, berpikir dia dapat membawa keberuntungan dalam bisnisnya. Namun Xavier tidak tertarik dengan bisnis keluarganya dan bergabung dengan Monastery of Light ketika dia beranjak dewasa.
Sebelum dia pergi, ibunya, yang juga percaya kepada King of Light, memberinya jubah sihir yang dibuat oleh para Elf. Bagi para pengikut Light, Monastery of Light merupakan sebuah tempat suci yang mana mereka rela mengorbankan apa pun agar dapat bergabung, tetapi hanya sedikit dari mereka yang mampu melewati ujian masuk yang sangat ketat. Itu bukan masalah bagi Xavier, dan alasannya dapat ia ketahui sejak masih kecil.
Ketika menjelang malam hari, Xavier kecil sering pergi keluar rumah untuk bermain dengan kucing di jalanan. Ia memberikan identitas baru kepada kucing-kucing biasa tersebut, ada yang menjadi “pahlawan” atau “naga jahat”, sementara ia menjadi “pemimpin” yang mengatur medan pertarungan.
Xavier pun tenggelam dalam imajinasi petualangan pahlawannya, hingga pada suatu hari sang naga jahat menghilang. Dia pun pergi mencarinya, dan mendapat kepungan dari sekelompok anjing liar. Mereka hampir menerkam sang naga jahat. Tanpa berpikir panjang, Xavier kecil berlari menuju naga jahat dan memeluknya.
Dia menutup matanya dan, untuk pertama kalinya, merasakan aura putih yang panas dalam tubuhnya. Dia pun merasakan sakit yang tidak terduga. Seperti ada zat misterius yang mengalir keluar dari tubuh Xavier dan menghentikan para anjing liar yang mengejar mereka. Xavier merasa lega.
Sambil memeluk naga jahat, dia tidak menyadari bahwa keajaiban itu berasal dari dirinya, dan itu adalah kebangkitan pertama dari kemampuannya mengendalikan sihir Mystic, sebuah kekuatan langka dan hanya sedikit orang yang memilikinya dalam sepanjang sejarah. Dalam perpustakaan Monastery, Xavier menemukan mantra yang sempurna untuk sihir Mystic-nya dalam sebuah buku kuno.
Sebuah mantra yang membuat kekuatannya dapat meningkat secara stabil dengan sejumlah sihir di sekelilingnya. Di bawah kendalinya, partikel sihir yang ditekan akan terbelah dan meledak, menciptakan energi penghancur yang luar biasa dalam sekejap mata. Tidak lama kemudian, bakat Xavier diketahui oleh Uskup dari Monastery of Light, Rod Sidon.
Sang Uskup merekrut Xavier untuk menjadi Knights of Light, sebuah kelompok yang anggotanya terdiri dari para pengikut setia King of Light. Knights of Light pernah dibubarkan secara paksa oleh Kaisar beberapa kali di sepanjang sejarah, dan hanya baru-baru ini, setelah penyerangan Dyrroth, Gereja menemukan alasan yang cocok untuk mendirikannya kembali.
Setelah itu, Xavier mendapatkan keuntungan yang tidak terhitung jumlahnya dari misi yang diberikan oleh Gereja dan dipuji oleh sang Uskup. Pada acara Light Gathering setelahnya, sang Uskup memasang Badge of Light di dada Xavier dan mengumumkannya sebagai Arbiter of Light.
Tidak lama setelah itu, Xavier menerima misi untuk menindas orang-orang sesat dari Guild Free Smiths. Sesuai perintah, dia seharusnya melindungi kekuatan rahasia Gereja, “Raven“, untuk menyerang benteng orang-orang sesat. Kelompok khusus yang direkrut oleh sang Uskup ini terdiri dari orang-orang dengan berbagai latar belakang yang ingin menebus dosa-dosanya.
Mereka seperti burung gagak yang bersembunyi di balik bayangan, satu-satunya tujuan mereka adalah untuk menyingkirkan semua keburukan yang dapat mempersulit kemunculan Light. Bagaimanapun caranya. Dengan serangan andalannya, Xavier menembus pertahanan benteng itu hanya dengan jentikan jarinya.
Namun, apa yang dia lihat di dalam benteng itu, Membuatnya terbungkam. Benteng tersebut dipenuhi oleh perempuan, anak-anak, dan para orang tua, dan di tanah terbaring seorang ibu yang terluka karena sihir milik Mystic milik Xavier, dia masih berusaha melindungi bayinya.
Namun para Raven bergegas masuk ke benteng dan menghabisi orang-orang yang masih hidup dengan suka cita. Xavier tersungkur di dalam benteng, badannya gemetar. Dia mengetahui kebenaran di balik penindasan itu dari istri Smith Master. Yang dia lakukan bukan menindas orang-orang sesat, melainkan merampas rahasia sihir para Smith.
Untuk pertama kalinya, Xavier meragukan misi dari sang Uskup Agung. Tetapi, ketika dia sedang berdebat apakah harus mengeksekusi tawanan itu, seorang Raven di belakangnya telah melemparkan pisaunya. Wanita tersebut terbunuh dalam sekejap, dan Xavier merasakan pergerakan di belakang bayangan wanita itu.
Ada seorang anak kecil berambut merah bersembunyi di bayangan, merasa cemas dan ketakutan. Xavier berteriak dengan penuh amarah, “Aku telah bersumpah untuk menghukum orang-orang sesat, tapi aku tidak akan pernah membiarkan pembunuhan keji seperti ini!”
Para Raven pun terdiam.
Masih dengan penuh amarah, Xavier memerintahkan para Raven untuk meninggalkan tempat itu. Arbiter of Light lainnya, Alucard, menyaksikan seluruh kejadian itu. Dia mencoba menutupi kejadian itu untuk Xavier, namun entah bagaimana caranya kejadian itu sampai juga ke telinga sang Uskup.
Bagi sang Uskup, apa yang telah Xavier lakukan sama dengan memihak orang-orang sesat. Dengan sangat kecewa, sang Uskup mengirim Xavier menuju perbatasan Moniyan Empire untuk menjalankan misi yang berbahaya melawan pasukan Abyss. Selama sepuluh tahun setelah kejadian itu, Xavier selalu dihantui dengan apa yang dia lihat di dalam benteng.
Dia tidak bersemangat lagi untuk menjalankan tugas yang diberikan kepadanya dan serIng mengejek rekannya dengan sarkas. Keadaan ini berlanjut hingga akhirnya Rod Sidon menjadi Uskup Agung yang baru, yang kemudian memutuskan untuk memberikan kesempatan kedua kepada Xavier dan memanggil Xavier kembali ke sisinya.
Untuk memimpin para pelindung yang mempertahankan ketenteraman di Lumina City. Xavier menerima posisi baru ini dengan antusias yang baru. Tanda-tanda orang sesat di Lumina City hampir menghilang, dan Gereja mengambil kesempatan ini serta mengklaim bahwa ini semua karena Uskup Agung yang baru yang mengikuti perkataan King of Light .
Namun, selama kurun waktu ini, Xavier melihat ketidakadilan di Lumina City dan tidak percaya lagi dengan propaganda dari Gereja. Dia mulai mengejek rekannya dengan komentar sarkas lagi dan hanya melakukan tugasnya sedikit saja. Pemikiran untuk melawan atau meninggalkan tugasnya sering terlintas dalam benak Xavier. Namun janji yang telah dia buat untuk mengabdi kepada Uskup Agung dan bertarung untuk Light seumur hidupnya yang membuatnya bertahan.
Di balik ketidakacuhan Xavier terdapat usaha yang tiada akhir, dan dalam setiap masa yang berlalu dia harus meyakinkan dirinya sendiri untuk tidak jatuh ke dalam kekosongan hatinya. Dia menunggu titik balik kejadian dari takdirnya, entah itu untuk mati, untuk pergi, atau berubah.
Selama Light Gathering yang Uskup Agung adakan, Xavier menerima misi rahasia untuk berpatroli di Lumina City dan menghapus semua simbol orang-orang sesat. Dalam menjalankan misi, Xavier bertemu dengan Melissa dan Yin yang lari dari kejaran para iblis. Simbol orang-orang sesat merupakan aib bagi martabat Gereja.
Xavier menatap kedua anak muda itu dengan diam. Dia seharusnya menangkap kedua orang yang ia anggap sesat, namun saat melihat Yin yang terluka sambil melindungi seorang anak di jalan, bayangan ibu yang memeluk anaknya dalam benteng satu dekade lalu tiba-tiba muncul dalam ingatannya.
Xavier muda yang dulu tikak memiliki pilihan, tetapi sekarang? “Apakah aku harus menangkap mereka, membebaskan mereka, atau…“
Xavier berkata, “Kali ini, pilihan ada pada tanganku.“