Siapa itu Carmilla?
Bertahun-tahun yang lalu, Carmilla dilahirkan di House Ansaac di dalam Castle Aberleen. Sebagai satu-satunya anak perempuan Earl, ia dicintai oleh seluruh keluarganya sejak lahir. Ketika dia tumbuh dewasa, latar belakang keluarganya yagn terkenal ditambah dengan kecantikannya yang menawan membuatnya menjadi salah satu wanita bangsawan paling populer di sekitar Castle Aberleen, dan mungkin bahkan seluruh Empire.
Namun, darah bangsawannya membuatnya terikat pada tragedi yaitu menjadi alat politik ayahnya Earl Ansaac, menggabungkan kekuasaan dengan mepertunangkan Carmilla dengan keluarga lain yang memiliki kekuasaan.
Meskipun bangsawan yang tak terhitung jumlahnya mencoba untuk mendekati Carmilla, tidak ada dari mereka yang mampu memikatnya. Harga dirinya yang tinggi membuatnya hanya menerima yang terbaik baginya. Yang dia inginkan adalah seseorang yang bisa terhubung dengan jiwanya.
Tapi, ayahnya Earl Ansaac sudah membuat keputusan. Ketika ancaman dari Abyss semakin dekat, dia tahu bahwa kaum bangsawan-militer baru akan mendominasi politik di kerajaan. Karena itu, ia harus menjalin hubungan baik dengan mereka untuk mempertahankan status sosial keluarganya.
Namun, seorang pria yang dianggap tidak penting bagi Earl menggagalkan rencana ini. Pria itu adalah Cecilion, penyanyi opera terbaik di Southern Empire. Carmilla menjadi penontonnya yang paling setia sejak hari pertama ia datang ke Castle Aberleen.
Di mata Carmilla, dia sangat elegan dan berbakat, tetapi dia juga dapat membaca kesedihan dan misteri dari matanya. Di setiap pertunjukan Cecilion, Carmilla akan duduk di bagian tengah kanan auditorium, diam-diam menikmati penampilan menyanyinya.
Suatu hari, ketika tirai tersingkap, mata Cecilion dan Carmila bertemu. Api gairah menyala diantara mereka. Dan seperti sambaran petir yang membelah langit malam yang gelap, mereka langsung jatuh cinta.
Hari-hari berikutnya adalah hari yang paling bahagia dalam hidup Carmilla. Ketika malam tiba, Cecilion berpakaian dan datang untuk mengundangnya ke gedung opera, menyanyikan lagu-lagu yang dia ciptakan untuk Carmilla.
Dan Carmilla memperhatikan penampilannya dengan seksama, tanpa pernah mengalihkan pandangan dari Cecilion. Ketika pertunjukan berakhir, mereka berkencan di belakang panggung, menari di bawah sinar bulan. Dan di pagi hari, Cecilion meletakkan mawar di ambang jendela Carmilla yang dipelihara oleh embun pagi dan pergi dengan perlahan.
Seiring berjalannya waktu, Carmilla memperhatikan sesuatu yang tidak biasa tentang Cecilion. Dia hidup dalam kesendirian dan tidak pernah melakukan hubungan yang tidak perlu dengan orang lain. Kulitnya selalu pucat, bahkan ketika dia tidak berdandan, dan sepertinya dia selalu berusaha menghindari sesuatu.
Dari matanya, Carmilla bisa merasakan keinginannya untuk hidup seperti biasa, dan dia dapat melihat dengan samar-samar bahwa Cecilion mungkin memiliki beberapa hubungan dengan spesies Blood Demon yang legendaris.
Meskipun Cecilion tidak pernah membicarakan asal usulnya, Carmilla masih memilih untuk percaya padanya, karena dia bisa merasakan cintanya nyata. Tidak peduli dia manusia atau Blood Demon, ini hanya tentang cinta di antara mereka, dan Carmilla percaya bahwa dia akan selalu menjadi milik Cecilion, dan akan menghabiskan sisa hidupnya bersamanya.
Meskipun mereka mencintai satu sama lain begitu dalam, ayah Carmilla, Earl melarangnya menikahi penyanyi yang sederhana itu. Dia memenjarakannya dan memaksanya untuk menikahi Baron Tawil, jenderal tentara Imperial, yang ditempatkan bekerja di dekat Castle Aberleen.
Untuk membuat Carmilla melupakan Cecilion, Earl bahkan mengirim anak buahnya untuk menutup gedung opera. Dalam pikiran Cecilion, dia tahu bahwa cinta antara Blood Demon dan manusia tidak akan pernah berhasil.
Meskipun dia mencintai Carmilla, dia akhirnya memutuskan untuk menyerah. Pada hari dimana dia pergi, dia menulis surat kepadanya, di mana dia menceritakan semuanya, tentang asal-usulnya, ceritanya, dan meninggalkannya dengan mawar di ambang jendela.
Carmilla tidak berhenti jurang, dia tidak ingin menyerah pada kehendak ayahnya. Tetapi hatinya hancur ketika dia membaca surat perpisahannya. Bagi Carmilla, dia tidak peduli dengan spesies asli Cecilion. Dia mencintainya, dan tanpa dia, hidupnya akan menjadi tidak berarti.
Dia berdiri di jendela, memperhatikan arah yang ditinggalkan Cecilion. Saat fajar menyingsing, dia mengiris pergelangan tangannya dengan belati tajam. Dunia jatuh ke dalam kegelapan tanpa akhir. Dan Carmilla mengubur cintanya dengan caranya sendiri.
Ketika Carmilla bangun, dia mendapati dirinya sekali lagi berada di dalam pelukan Cecilion. Matanya penuh dengan kebaikan, dan dia sedang menatapnya. Kemudian dia menemukan bahwa sentuhannya sangat dingin, seolah-iolah dia tidak bernyawa, dan kulitnya tampak sepucat milik Cecilion.
Dia tahu, kekasihnya tidak meninggalkannya, dia kembali dan menghidupkannya kembali dengan darahnya. Kedua jiwa yang kesepian ini akhirnya bersatu lagi dan dapat hidup bersama satu sama lain selamanya.
Setelah hari itu, rakyat Castle Aberleen tidak pernah melihat Cecilion atau Carmilla lagi, hanya sebuah dongeng legenda, yang berlalu dari mulut ke mulut seiring berjalannya waktu. Ketika malam tiba, Carmilla bersandar di lengan Cecilion di atas menara teratas Castle Aberleen, seolah watu berhenti.