Siapa itu Eudora?
Meskipun mereka telah masuk ke dalam peradaban manusia selama bertahun-tahun, dan penampilan serta kebiasaan mereka semakin mirip dengan manusia, banyak Moniyan masih memiliki kebencian dan kewaspadaan terhadap Light Elf. Eudora tumbuh di desa yang memiliki ketegangan rasial.
Karena kedekatannya dengan Monastery of Light, sebagian besar orang di desa ini mengikuti ajaran lama dari Monastery, dan tidak ramah terhadap Light Elf. Prasangka dari generasi yang lebih tua juga memengaruhi anak-anak desa, dan Eudora diintimidasi serta diejek oleh teman-temannya.
Hal itu karena matanya yang tidak biasa dan telinganya yang runcing selama dia dapat mengingat, yang menyebabkan dia tumbuh menjadi Elf muda yang sensitif dan pendiam. Dia tidak memiliki teman, dan teman satu-satunya adalah bunga Silver Song yang sederhana.
Eudora kecil yang kesepian akan duduk di samping bunga ini selama berjam-jam, membagikan semua kesengsaraan dan kegembiraan dengannya.
Namun, teman satu-satunya itu akhirnya dihancurkan oleh anak-anak desa yang kejam. Sekelompok anak laki-laki, yang sering mengganggu Eudora, suatu hari melihat Eudora berbicara dengan teman bunganya dan mencabutnya di sore hari yang mendung, lalu bercerita tentang hal itu kepada siapa saja yang mau mendengarkan.
Ketika Eudora melihat apa yang telah mereka lakukan, dia tidak dapat lagi menahan emosinya. Kemarahan dan rasa sakit selama bertahun-tahun keluar dari tubuhnya dalam bentuk kemarahan murni, terkondensasi menjadi kekuatan petir, dan dia hampir meratakan rumah-rumah di sekitarnya.
Ini adalah kebangkitan kekuatan sihir Eudora, tetapi karena kejadian ini, keluarganya harus meninggalkan desa dan mencari tempat tinggal baru.
Eudora memikul beban kenangan menyakitkan ini seiring ia tumbuh dewasa, dan ketidakseimbangan emosional ini akhirnya menjadi rintangan besar dalam perjuangannya untuk mengendalikan kekuatan sihirnya. Setiap kali ada yang mencoba mengejek penampilannya, kekuatan sihir di tubuh Eudora keluar di luar kendali, menyebabkan keluarganya tidak memiliki pilihan selain pergi mencari tempat tinggal baru.
Gaya hidup nomaden mereka akhirnya berakhir ketika mereka tiba di Northern Moniyan. Seorang guru dari Akademi Sihir, bernama Theresa, menemukan bakat sihir sihir Eudora dan memutuskan untuk membawanya ke akademi untuk memulai pendidikan formalnya dalam seni Arcane.
Meskipun dia tidak ingin dipisah kan dari keluarganya, Eudora dengan senang hati menerima undangan Theresa dan mendaftar di Akademi Sihir, menjadi murid Sekolah Ulturia.
Di bawah bimbingan Theresa, Eudora menyerap semua jenis pengetahuan sihir, dan segera menguasai sihir terkuat yang Theresa ajarkan padanya. Seiring waktu berlalu, dia secara bertahap tumbuh dari seorang murid muda menjadi salah satu instruktur sihir paling luar biasa di Sekolah Ulturia.
Dia memanjangkan rambutnya untuk menyembunyikan telinga Elf-nya. Meskipun dia dihormati oleh semua orang yang mengenalnya, luka masa mudanya masih membekas di hatinya.
Ketika mentor Eudora, Theresa, kepala Sekolah Ulturia, akan pensiun, dia mengumumkan kepada publik bahwa Eudora akan mengambil alih. Namun di luar dugaan, keputusan ini menimbulkan kontroversi hebat. Tidak pernah ada Elf yang pernah menjabat sebagai kepala sekolah sihir dan masuk ke komite akademik di dalam sejarah Akademi Sihir. Banyak yang mempercayai bahwa ini adalah suatu pengkhianatan.
Selama ini, Eudora percaya bahwa dia tidak akan pernah dipandang buruk di dalam Akademi Sihir, tetapi keraguan yang muncul setelah pengumuman berita ini membuat hatinya kacau. Bayangan masa kecilnya kembali membayanginya.
Bola petir besar, yang membawa ingatannya yang berat, jatuh ke lantai, menghentikan upacara penyerahan secara tiba-tiba dan semua kepercayaan yang Eudora coba bangun selama bertahun-tahun.
Dia memutuskan untuk melepaskan jabatan yang diberikan kepadanya sebagai kepala Sekolah Ulturia dan dan bersiap untuk meninggalkan Akademi Sihir serta mencari tempat tinggal baru di mana dia dapat hidup bebas dari tuduhan buruk. Tetapi Theresa menghentikan langkah Eudora dan memberinya Cermin Sejati yang memungkinkannya untuk melihat jati dirinya.
“Hanya hal yang kamu pedulikan yang dapat benar-benar menyakitimu.”
“Kamu peduli dengan rasmu, kamu peduli dengan penampilanmu… sehingga kamu peduli dengan apa yang dikatakan orang lain.”
Eudora berdiri di depan cermin selama sehari semalam. Pengalaman masa kecil yang mengerikan itu dan semua keraguan seputar upacara penyerahan muncul dari dirinya satu demi satu. Cahaya di matanya bersinar terang, listrik di dalam dirinya melonjak tanpa henti. Saat dia hampir meledak, perlahan menghilang, dan yang tersisa saat dia melihat ke cermin sekali lagi adalah Elf yang tenang dan bertelinga runcing.
Dia sekarang mengenal dirinya sendiri, dan akhirnya belajar menghadapi dirinya dengan kedamaian di hatinya.
Eudora memotong rambut panjangnya, yang telah dia rawat selama bertahun-tahun, dan menunjukkan telinga Elf-nya dengan bangga. Dia bersumpah untuk kembali ke Sekolah Ulturia dan memberi tahu semua orang yang tidak dapat menerimanya: Saya mengenal siapa saya, dan suatu hari kamu akan mengetahui akan menjadi siapa saya.