PART 36

1.6K 116 35
                                    

# RIANA SUHANDI #

Aku masih memperhatikan pria kurus yang kini sedang menggendong seorang anak perempuan dipelukannya. Pria yang dulu amat sangat kucintai, dan kini sudah berubah 180 derajat dari sebelumnya. Pria yang kini terlihat begitu hitam dan lusuh. Pria yang kini kehilangan gaya glamornya dan hanya menyisakan kaos lusuh yang entah sudah berapa lama tak pernah ia cuci.

Hati ini terasa perih saat melihat pemandangan yang tersaji didepanku. Pemandangan yang tak pernah terbayangkan sebelumnya.

"Samperin gih." suruh Rei, menghancurkan segala pikiran yang berputar dikepalaku.

Aku masih diam ditempatku berdiri. Merasa tak sanggup melangkahkan kakiku untuk bertemu dengannya. Pria yang sebelumnya kucintai dan menyisakan luka yang tak kunjung sembuh dihati ini.

Air mataku menetes diujung mataku. Sebelum Rei melihatnya, aku sesegera mungkin menghapus air mataku. Menyembunyikan kesedihanku akan pemandangan dihadapanku.

Rumah sempit itu sekarang menjadi tempatnya membesarkan seorang gadis kecil. Tubuh kurus itu, sekarang ia gunakan untuk mencari nafkah untuk menghidupi anak perempuannya.

Ini kah kenyataan yang sedang berusaha Rei tunjukkan padaku !!!

Ini kah kenyataan yang membuat Rei berusaha begitu keras untuk mempertemukanku dengan Nino !!!

Oh Tuhan,
Dulu, saat pria itu meninggalkanku tanpa kabar, aku memang amat sangat membencinya dan menginginkan ia merasakan rasa sakit yang sama seperti apa yang kurasakan.

Tapi sekarang !!
Setelah aku melihatnya seperti ini, aku hanya ingin melihatnya bahagia dengan anak perempuannya itu.

Aku hanya ingin melihat senyumnya kembali merekah diwajahnya seperti dulu saat aku masih amat mencintainya.

Aku merasakan tubuhku seperti didorong kedepan. Aku menoleh kebelakang dan melihat tangan Rei sedang berusaha membuatku maju untuk menghampiri Nino.

"Aku belum siap Rei !!"

"Kalo kita nunggu sampe kamu siap, kesempatan itu mungkin aja sudah berganti menjadi sebuah penyesalan. Samperin dia Ri, bicarakan semua yang pengen kamu bicarakan sama Nino. Aku tunggu kamu dimobil ya." kata Rei sambil mengusap puncak kepalaku pelan.

Dalam diam, Rei meninggalkanku dan menuju mobilnya yang ia parkir jauh dari rumah Nino. Membiarkan diriku sendirian menghadapi situasi yang menyulitkan bagiku.

Aku kembali melihat kearah Nino berdiri, tapi kini mata yang kurindukan itu sedang menatapku sedih. Mata itu hanya menatapku sekilas, lalu bergegas masuk kedalam rumahnya.

Berusaha menghindariku dan seakan tak ingin melihatku.

Ada rasa aneh saat aku menyadari bahwa hati ini masih menyimpan cinta untuknya. Cinta yang seharusnya ku kubur lebih dalam agar ia tak mudah keluar seperti saat ini.

Aku mulai memberanikan diriku. Melangkah menuju rumah Nino yang berada digang sempit, dan kemudian mengetuk pintu rumahnya pelan. Berharap sang pemilik rumah mau menerima kehadiranku.

Lama aku menunggu, tapi sang pemilik rumah masih belum juga membukakan pintunya untukku.

Aku terdiam sebentar, hingga akhirnya aku memutuskan untuk pergi dan berjalan pelan ketempat Rei menungguku.

"Riana !!" panggil sebuah suara yang terasa begitu menyejukkan untuk kudengar.

Sebuah suara yang seakan mengurangi rasa beban didalam hatiku.

Aku menoleh dan mendapati pria itu. Pria yang entah mengapa terlihat begitu memprihatinkan.

"Ha-hai !!" jawabku gugup.

Forbidden LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang