Maaf karna terlalu lama update cerita ini, karna author amatir ini terlalu fokus pdkt dengan sang sibuk dan tak bisa membagi waktu.
Tapi semoga part singkat ini dapat mengobati rindu kalian pada author, ehhh pada Rei dan Riana hahahahaaaa......
Selamat membaca
.
.
.# REINA APRILLIA #
"Sorry karna gue udah maksa loe Rei." kata Bona yang kini sudah berada disampingku.
Memelukku pelan sambil menenangkan tangisku yang semakin tak terkendali.
Aku memang terlalu egois dan tak memikirkan Riana. Tapi, apakah aku tak boleh memikirkan perasaanku sendiri ??
Apakah aku tak boleh sedikit memaksakan inginku untuk terus bersama dengan Riana ??
"Gue bakal bantu Riana buat ketemu sama cowok itu Bon."
Ada rasa sesak yang amat sangat saat aku mengatakan hal itu. Rasa sesak karna kurangnya oksigen yang masuk ke dalam paru-paruku.
Aku seakan enggan untuk mengatakan hal ini, tapi sebelah hatiku seakan tak menginginkan Riana terus menerus merasakan sakitnya sendiri.
Aku ingin menyembuhkan luka batinnya seperti apa yang pernah ia lakukan saat diriku amat sangat membenci ibu.
"Thanks Rei, thanks banget." jawab Bona masih memelukku.
Aku hanya diam seribu bahasa. Tak dapat mengeluarkan sepatah katapun untuk aku ucapkan pada Bona. Bibir ini terlalu sulit untuk berbicara walau hanya untuk menjawab IYA.
Aku seakan mati rasa. Seluruh tubuhku kaku, bahkan tak dapat merasakan udara disekelilingku. Hanya rasa sakit dihati ini yang mendominasi sekarang.
Apakah aku sudah memilih hal yang tepat untuk kulakukan !! Ataukah, aku harus menghiraukan perkataanku sebelumnya dan terus egois.
Entahlah, semoga apa yang sudah kupilih ini adalah pilihan yang paling tepat. Untuk apa yang terjadi kedepannya, biarlah itu menjadi rahasia Tuhan.
.
Aku masih memperhatikan kaca ruang kerjaku yang menampilkan halaman tempat Ayah mencari uang untuk membesarkanku. Halaman yang ditumbuhi pohon mangga yang kini mulai berbuah lebat.
Dalam diam aku menikmati keheningan ruanganku dengan kegundahan yang berputar dikepala. Kegundahan akan keputusan yang kuambil tanpa aku fikirkan terlebih dahulu.
Sudah 2 hari sejak malam dimana Bona memberitahuku keadaan Nino. Aku menghindar dari Riana. Mematikan handphoneku, dan tak menemuinya walau sebentar. Hanya memperhatikannya dari kejauhan dan membiarkan sang rindu menguap bersamaan dengan mata ini yang terus memperhatikan senyumnya yang begitu indah dari kejauhan.
Mata ini mulai mengikuti sang angin yang menggerakkan ranting pohon mangga kekanan dan kekiri. Membiarkan diri ini larut akan kesunyian yang semakin memeluk tubuhku erat. Kesunyian yang berhasil membuatku semakin merutuki kebodohanku.
Kuambil handphoneku yang tergeletak dimeja kerjaku bersama dengan beberapa berkas yang belum kusentuh sejak pagi tadi. Menyalakannya dan mulai mengetik nama Bona disana. Sedikit ragu apakah aku harus menelponnya dan membatalkan semua perkataanku yang ingin mempertemukan Riana dengan Nino.
"Ahhhh sial !!" teriakku dan melempar handphone tak berdosa itu ke meja.
Aku menggaruk rambutku yang tak gatal. Semakin bingung apakah ini keputusan yang tepat atau malah keputusan bodoh yang akan membuatku kehilangan Riana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forbidden Love
Teen Fiction# REINA APRILLIA # Kau hadir dan memberi cahaya walau disisi paling gelap didalam hatiku Kau hadir dan aku mulai tau apa itu artinya cinta dan mencintai Karena kau adalah sebuah kesalahan terindah yang pernah aku miliki dan yang ingin aku pertahanka...