PART 24

4.1K 176 17
                                    

# RIANA SUHANDI #

Aku masih terus berlari pelan meninggalkan Rei yang masih diam ditempatnya berdiri. Tertawa senang bersama dengan sang hujan yang turun membasahi bumi makin deras. Sederas aliran darahku karna cinta ini telah bertaut satu dengan yang lainnya.

Terima kasih cinta karna telah hadir untuk menerangi duniaku !!

Dan terima kasih cinta, karna engkau telah membawa gadis menyebalkan itu untuk mengisi hati ini.

"Aku sayang kamu RIANA SUHANDI !!" Teriak Rei keras. Membawa sejuta kebahagiaan walau hanya dengan mendengar teriakan suaranya.

"Love you." Kata Rei yang telah berada disampingku. Menggandeng tangan ini, untuk berlari bersamanya ditengah derasnya hujan.

Apakah ini mimpi ??

Jika ini memang benar hanya sebuah mimpi, aku tak pernah ingin bangun dan kehilangan kebahagiaan ini. Aku tak pernah ingin bangun, dan kehilangan genggaman tangan ini. Karna kini, dialah yang akan selalu menjadi penopang hidipku.

Rei menggenggam tanganku makin erat. Sedikit memberikan rasa hangat pada tubuhku yang mulai menggigil.

Tapi aku tak menghiraukan rasa dingin ini, aku hanya ingin terus tersenyum dan merasa bahagia atas apa yang terjadi hari ini.

Bahagia karna mulut ini telah berani mengungkapkan isi hatiku pada Rei. Bahagia karna diri ini telah mau menerima keberbedaan cinta ini. Bahagia karna kini Rei telah benar-benar menjadi milikku seutuhnya.

.

"Aduh ndukk, kamu kenapa hujan-hujanan gini sihh. Sama mbak Riana juga lagi !!" Kata mbah Mar menyambut kami didepan pintu rumah Rei.

Tapi kami hanya tertawa menjawab pertanyaan mbah Mar. Mencoba menyalurkan energi kebahagiaan yang tercipta diantara kami berdua. Mbah Mar hanya menatap kami bingung, lalu semenit kemudian berlari kedalam rumah dan meninggalkan kami tanpa kata.

Kami yang masih tertawa malah tetap diam didepan pintu rumah dan enggan untuk masuk kedalam rumah. Masih saling bertatapan dengan senyuman yang terus terhias diwajah ini.

"Haduhh, ini pakai dulu handuknya. Habis itu cepat mandi biar ga masuk angin. Lagian kalian kan sudah besar, kenapa pada main hujan." Kata mbah Mar panjang lebar. Sambil tangannya membantuku mengeringkan rambutku dengan handuk yang mbah Mar berikan.

Tapi lagi-lagi kami hanya tertawa dan tak menjawab sepatah katapun akan perkataan mbah Mar pada kami. Seakan kami enggan untuk tak bersenyum setelah apa yang telah terjadi diantara kami.

"Mbah aku sama Riana ke kamar dulu ya." Kata Rei sedikit menggigil.

Aku hanya mengikuti langkah kakinya setelah pamit pada mbah Mar. Memperhatikan pundak lebar itu yang akan selalu menjadi pelipur laraku. Memperhatikan pundak lebar itu, yang mungkin nanti akan menjadi tempatku bersandar dari kekejaman dunia ini.

Tapi aku sudah tak perlu takut lagi dengan kekejaman dunia ini, tentang kesendirianku atau pun tentang kegelapan dihati ini. Karna kini, aku telah memilikinya. Memiliki kekasih seorang Reina Aprillia, kekasih yang pasti akan memberikan apapun untuk membuat diri ini dapat menghadapi dunia.

Karna ia adalah cintaku. Karna ia adalah belahan jiwaku yang akan selalu memberikan rasa hangat dan nyaman saat diri ini berada disisinya.

"Mandi sana, aku mandi dibawah aja. Baju aku ada didalem lemari, pake aja yang muat ke kamu." Suruh Rei padaku.

Menatapku singkat, lalu melangkah pergi masih dengan senyum yang terukir amat jelas diwajahnya.

Jika aku tau perasaan ini akan menjadi jauh lebih indah jika kami bersama. Mungkin aku akan mengatakan perasaan ini sejak dulu padanya.

Forbidden LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang