PART 16

5.3K 235 8
                                    

# REINA APRILLIA #

"Eh Rei, Ardinya ada dikamar. Naik aja sana" kata tante Mirna, mama dari Ardi setelah membukakan pintu rumahnya untukku.

"Makasih tante"

"Iya Rei, kaya sama siapa aja kamu ini" kata tante Mirna lagi sambil mengusap rambutku pelan

"Mau kemana tante, rapih banget ??"

"Mau kerumah saudara, besok ada yang mau nikahan. Baik-baik ya sama Ardi dirumah."

"Iya tante."

"Ya udah, tante pergi dulu ya !!"

Aku hanya tersenyum, lalu melangkah keluar rumah mengantar tante Mirna ke mobilnya dan menunggu sampai mobil tante Mirna hilang dari pandangan.

Aku melangkahkan kakiku kelantai 2, tempat kamar Ardi berada. Mengetuk pintunya pelan sambil sesekali memanggil namanya agar pemilik kamar segera keluar dari kamarnya.

Tapi tak ada jawaban dari dalam kamar Ardi. Aku kembali memanggilnya, dan sekali lagi tak ada jawaban dari dalam.

Aku yang terlalu malas menunggu langsung melangkahkan kakiku masuk kedalam kamar Ardi.

Memperhatikan setiap sudut kamar untuk mencari sang pemilik kamar. Tapi orang yang kucari tak kutemukan.

"Di !!" Panggilku lagi

"Gue disini Rei !!" Teriak Ardi dari balkon kamarnya.

Dengan langkah pelan, kulangkahkan kakiku menghampiri sumber suara.

Ardi sedang duduk dibalik tembok pembatas kamarnya dengan balkon, sambil matanya terus menatap sang mendung diatas sana. Menatapku sekilas dan kembali berkonsentrasi pada sang awan hitam yang mulai meneteskan sang hujan sedikit demi sedikit.

Aku memperhatikan Ardi sebentar, lalu mendudukkan badanku tepat disampingnya. Mengambil batang rokok yang berada ditangan kirinya dan menghisapnya pelan.

"Udah kelar urusan loe ??" Tanyanya tanpa menatapku.

"Hmmm" jawabku sambil menghembuskan asap rokok dari mulutku.

Ini kali pertama Ardi menatapku dengan tatapan super tajam. Tatapan yang aku sendiri sangat membenci hal itu.

Ardi yang selama ini kukenal adalah Ardi yang selalu menopangku berdiri dengan kedua kakinya. Menopang segala keinginanku agar aku dapat terus berusaha untuk mencapainya.

Tapi kini !! Semuanya seakan hilang dan digantikan oleh sosok misterius yang mengintimidasiku.

"Maaf !!" Kataku dengan kepala tertunduk. Memainkan rokok ditanganku untuk menghilangkan rasa canggung dihati ini.

"Ngapain loe minta maaf !!"

Aku kembali menghisap rokok ditanganku dalam-dalam. Menghiraukan pertanyaan Ardi yang seakan memojokkanku.

"Gue nanya sama loe, kenapa minta maaf !!" Bentak Ardi seraya membuang puntung rokok ditanganku

"Di !!"

"Gue tanya sama loe, kenapa loe minta maaf Reina Aprillia !!" Bentak Ardi sekali lagi.

Aku diam, amat sangat takut melihat amarahnya saat ini. Amarah yang tak pernah aku lihat sebelumnya.

Ardi adalah orang yang selalu sabar akan hal apapun. Dan yang kutau, dia bukan orang yang mudah marah.

Tapi kini, ia amat sangat marah padaku. Sorot mata yang selalu meneduhkanku, kini berubah menjadi sorot mata yang amat sangat menakutkan.

Forbidden LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang