# REINA APRILLIA #
Aku berkali-kali melirik kearah Riana dengan ekor mataku. Berharap gadis itu bangun dari tidurnya dan dapat menjelaskan padaku tentang apa yang terjadi antara dirinya dengan Nino.
Setidaknya, aku hanya ingin mendengar sebuah kata yang dapat menghantarkan rasa lega dihati ini.
Setidaknya tak ada lagi kegundahan dihati ini karna pikiran-pikiran aneh yang terus menerus berputar dikepalaku.
Tapi harapanku kini melebur bersamaan dengan rintik hujan yang mulai turun dengan derasnya.
Rintik hujan yang seakan mengetahui bahwa sebenarnya aku sudah ingin sekali menangis karna semua pikiran dikepala ini terus menerus meminta jawaban akan segala pertanyaan yang menggantung disana.
Ingin rasanya mengguncangkan tubuh Riana agar ia segera bangun dari tidurnya dan menjelaskan semuanya padaku. Tapi lagi-lagi, otak dan hatiku berjalan tak searah. Mereka seakan menginginkan hal berbeda dari orang yang sama.
Aku kembali memperhatikan jalan. Mencoba menghiraukan pikiranku akan apa yang terjadi tadi. Membiarkan Riana terus terpejam dan membiarkan isi dikepala ini menguap dengan sendirinya seiring dengan berjalannya waktu.
Aku memang belum siap untuk menerima keputusan apa yang Riana ambil untuk hubungan kami kedepannya. Tapi aku hanya bisa berharap, semoga keputusan apapun yang Riana ambil, itu adalah keputusan terbaik baik untuk Riana, aku, maupun Nino.
Dan jika keputusan itu adalah hal menyakitkan untukku, semoga Tuhan memberikan kebahagian untuk Riana. Karna bagiku, kebahagiaan Riana adalah kebahagiaan ku juga. Walaupun kebahagian yang Riana rasakan membuat hatiku sakit.
.
Aku masih membolak-balik beberapa berkas dimeja kerjaku. Mencoba mempelajari lembaran kertas yang Ayah beri padaku beberapa jam yang lalu. Lembaran yang harus aku kerjakan bersama sepupu Genta yang super bawel itu.
Kerjaan yang akan menghantarkanku untuk bertemu dengan Ardi yang entah sedang berada dimana.
"Siang Boss !!" sapa sebuah suara yang masuk ruang kerjaku tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.
"Keluar loe. Masuk ga ketok pintu dulu."
"Hahahaaaa, bawel loe Rei. Kaya nenek-nenek lagi dateng bulan."
"Bego loe, mana ada nenek-nenek masih dateng bulan." kataku sambil melempar pulpen yang kupegang ke arah Raka.
"Hahahaaaa, mana gue tau. Emang gue nenek-nenek."
Pria yang sudah menjadi sahabatku selama beberapa tahun kebelakang ini kini sedang duduk didepan meja kerjaku. Memainkan handphonenya sebentar lalu kembali menggodaku dengan sejuta pertanyaan konyol yang ia lontarkan.
Terkadang aku sempat berpikir, mengapa aku dulu bisa menjadikan Raka dan Ardi menjadi sahabatku. Padahal sebelumnya mereka memiliki sifat berbanding terbalik dariku. Mereka bawel, mereka selalu membuat kegaduhan dimana pun mereka berada, dan segala hal yang berbanding terbalik dengan sifatku yang tertutup.
Dan setelah menjalani kebersamaan bersama dua pria aneh ini, akhirnya aku mengerti apa maksud Tuhan mempertemukanku dengan mereka. Tuhan ingin membuatku berubah seperti mereka yang selalu bahagia bersama sahabat-sahabatnya. Dan sekarang, aku bersyukur memiliki mereka sebagai sahabat-sahabatku.
"Gimana, Riana udah mau ketemu loe ??" tanya Raka setelah lelah tertawa
"Entah !!"
"Lahhh, kok entah. Tapi loe sama Riana masih telponan kan !!"
"Engga, gue sama dia cuma chat doang. Lagian, kayanya dia butuh waktu buat tenangin diri dia dulu deh."
"Gue ga ngerti sih Rei sama jalan pikiran loe. Okay lah tuh cowok emang ga 100% salah. Tapi cara dia ninggalin Riana, menurut gue itu salah banget. Okay loe emang ga mau egois dan pengen Riana ngelupain bencinya dia ama tuh cowok. Tapi coba loe pikir deh, syukur-syukur kalo si Riana emang ngelupain rasa benci dia sama cowok yang di cintai itu. Kalo engga gimana ??? Mau sesek napas loe ditinggal sama cinta pertama loe ??"
KAMU SEDANG MEMBACA
Forbidden Love
Teen Fiction# REINA APRILLIA # Kau hadir dan memberi cahaya walau disisi paling gelap didalam hatiku Kau hadir dan aku mulai tau apa itu artinya cinta dan mencintai Karena kau adalah sebuah kesalahan terindah yang pernah aku miliki dan yang ingin aku pertahanka...