PART 38

1.8K 133 42
                                    

Aku amat sangat merindukan hadirnya disampingku. Rindu yang seakan seperti sang tanah gersang merindukan sang hujan. Rindu yang tak bisa lagi ku ungkapkan walau hanya dengan kata-kata. Rindu yang seakan-akan mencabik-cabik otakku hingga ia tak dapat memikirkan hal lain selain dirinya.

Dengan ditemani suara berisik anak-anak yang berlarian, aku menikmati setiap rindu yang menjalar disetiap aliran darahku.

Rindu yang membawaku berada ditempat yang mengukir begitu banyak kisah indah bersamanya.

Rindu yang membawaku selalu larut dalam kenangan indah yang telah ia ciptakan dihari-hariku.

Tapi entah mengapa, setelah ia menghilang bagai ditelan bumi. Tempat ini terasa begitu hampa !! Tempat ini seakan tak lagi memberikan rasa bahagia untuk dapat mengukir senyum diwajahku.

Semua seakan terlalu kosong untuk kunikmati. Semua seakan berubah menjadi abu-abu karna tak ada lagi sang pemberi warna dihidupku.

Benarkan gadis yang telah mengukir banyak warna dihidupku ini sekarang sedang mencoba menjauh dan meninggalkanku tanpa memberitahuku terlebih dahulu !!

Ataukah, ia sedang mengukir warna ditempat lain tanpa aku ketahui !!

Riana, aku amat sangat merindukanmu hingga aku terlalu sulit untuk bernafas.

Aku amat sangat merindukanmu hingga aku mulai gila dan seakan mendengar tawamu ditelingaku.

Aku amat sangat merindukanmu hingga aku tak tau apa yang harus aku perbuat hanya untuk melampiaskan rinduku.

Tapi dimanakah kau kini !! Mengapa kau tak merindukanku seperti diriku yang hampir gila karna tak mendengar suara manjamu.

Apakah hanya aku sendiri yang merasakan rindu ini !!

Apakah hanya aku sendiri yang terjebak dijurang rindu dan tak dapat menggapaimu yang berada jauh disana !!

Riana, aku amat sangat ingin memelukmu saat ini juga. Melampiaskan rasa rinduku yang teramat sangat padamu dan menciun wangi tubuhku yang selalu membuatku merasa nyaman.

Riana, aku ingin mendengar suaramu disetiap malamku dan menenanimu begadang untuk menyelesaikan tugas kampusmu.

Riana, aku ingin menyentuh setiap inci wajahmu yang selalu berputar didalam kepalaku.

Tapi, apakah semua itu mungkin terjadi saat ini ?? Apakah semua itu dapat terjadi setelah engkau tak menjawab telpon bahkan chatku ??

Matahari kini telah berganti dengan sang bulan. Dan suara anak-anak kecil yang sebelumnya memenuhi pendengaranku, kini telah menghilang dimakan gelapnya malam. Yang tersisa kini hanya beberapa orang yang masih duduk diam dibangku taman. Menikmati semilir angin dingin yang menandakan akan turunnya hujan.

Aku masih diam dan tak bergeming. Masih duduk diatas rumput taman sambil memeluk kedua lututku. Sesekali memperhatikan orang-orang yang mulai berjalan pulang karna sang hujan sudah mulai turun.

Dengan malas, aku semakin memeluk lututku erat. Membiarkan sang hujan membasahi tubuhku dan berharap sang hujan dapat menghapus rinduku pada sosok yang entah sedang berada dimana.

Mungkin benar, aku terlalu memikirkan perasaan Riana tanpa memikirkan perasaanku sendiri.

Seharusnya aku dapat lebih egois dan tak membiarkan Riana pergi untuk menemui pria itu !!

Tapi semua sudah terjadi dan tak dapat kuulang kembali. Yang bisa kulakukan sekarang hanya bisa menerima kenyataan jika nanti Riana benar-benar meninggalkanku.

Hujan mulai berhenti, tapi suara gemericik sang air masih terdengar jelas ditelingaku.

Dengan enggan, aku mengangkat kepalaku untuk dapat melihat sekelilingku. Tapi mata ini menangkap sosok lain dihadapanku. Sosok yang selalu kuhindari kehadirannya disampingku.

Forbidden LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang