Part 4

9.1K 386 3
                                    

# Adriana Suhandi #

"Rei!!" Panggilku pada seseorang yang sedang berdiri dihalaman rumahku. Seseorang yang sudah beberapa hari menghilang dari hari-hariku.

Rei hanya menatapku sekilas, lalu mulai melangkahkan kaki pincangnya meninggalkanku yang masih bingung dengan kehadirannya dirumahku.

"Aku ikut!!" Kataku setelah melihat Rei mulai menyalakan mesin motornya. Ia mulai melajukan motornya pelan kearah yang aku sendiri tak tau akan dibawa kemana.

Tak perlu waktu lama, kami sudah sampai disebuah danau yang terlihat sepi. Ini adalah kali pertama aku datang ketempat ini. Dan mungkin ini adalah tempat dimana Rei bersembunyi dariku bebarapa hari ini.

Rei mulai membaringkan kepalanya tepat diatas kakiku. Aku tersontak kaget dengan apa yang ia lakukan. Aku hanya bisa menatapnya bingung. Bingung dengan sikap diamnya, bingung dengan perlakuannya padaku, dan bingung dengan semua yang ada padanya.

Angin mulai berhembus kencang. Namun Rei masih diam seribu bahasa. Ia tak seperti biasanya yang selalu bahagia saat angin berhembus dengan kencang. Ia lebih memilih diam dan tetap tertidur diatas kakiku. Seakan tak perduli dengan angin yang mulai menerbangkan sedikit rambut hitamnya.

"Apa aku boleh ngerokok?? " tanyanya dengan mata yang masih terpejam. Aku tak menjawab pertanyaan yang ia lontarkan. Aku masih terlalu sibuk dengan pikiranku sendiri.

"Kamu kenapa?? " hanya kata itu yang terlontar dari bibirku. Aku bingung, amat sangat bingung.

Ia mulai duduk disampingku dan menyalakan rokok yang ia bawa. Aku hanya menatapnya kesal dan merebut rokok yang ada ditangannya. Tapi tak ada rasa marah yang terpancar dari sorot matanya. Ia hanya diam sambil tersenyum tipis lalu mengambil kembali satu batang rokok yang lain yang masih tersisa dibungkus rokok yang ia bawa. Aku makin kesal dan mengambil semua rokok yang ada ditangannya. Tapi lagi-lagi tak ada rasa marah yang ia tunjukkan atas semua sikapku.

"Kamu kalo lagi marah kaya gini jadi makin manis. Mungkin kalo aku laki-laki, aku bakal tergila-gila sama kamu." Katanya dengan tatapan seperti menelanjangiku.

"Makasih ya atas semua perhatian yang kamu kasih ke aku. Disaat aku mulai lelah sama hidup ini, dan aku mulai berfikir buat mengakhiri semuanya. Kamu selalu datang buat nemenin kesendirian aku." Katanya lagi sambil meletakkan kepalanya dipundakku.

Aku tak tau apa maksud dari semua kata-kata yang ia sampaikan tadi. Aku hanya bisa mendengarnya tanpa bisa mengerti sedikitpun apa maksud dibalik semua ini.

Jantungku mulai berdetak tak beraturan saat Rei mulai menggenggam tanganku. Mungkin sekarang, Rei bisa mendengar detak jantungku karna sangking kencangnya ia berdetak.

Rei mulai mengangkat kepalanya, lalu berbalik menatapku tajam. Aku rindu tatapan itu. Tatapan dari mata coklatnya yang selalu membuatku merasa nyaman. Tatapan yang beberapa hari yang lalu sempat menghilang, dan kini telah kembali lagi padaku.

Wajah kami hanya berjarak beberapa cm saja. Dengan jarak sedekat ini, aku baru tersadar bahwa Rei memiliki wajah yang cantik. Amat sangat cantik kurasa.

Rei semakin mendekatkan wajahnya kewajahku. Lagi-lagi aku hanya bisa diam dan menutup mataku pasrah. Pasrah akan apa yang akan Rei lakukan padaku.

Aku mulai merasakan ada sesuatu yang hangat menyentuh bibirku. Ku buka pelan kedua mataku, dan mencoba mencari tau apa yang sebenarnya terjadi.

Nafasku semakin menderu karna lumatan lembut bibir Rei dibibirku. Aku bisa merasakan lidahnya yang mulai bermain-main dengan lidahku. Ada rangsangan aneh yang aku rasakan. Rangsangan yang membuatku menikmati permainan Rei dibibirku. Rangsangan yang membuatku tak ingin melepaskan rasa hangat yang Rei ciptakan dibibirku. Nafas kami berdua semakin lama semakin cepat. Lumatam demi lumatan Rei berikan dibibirku.

Forbidden LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang