PART 48

1K 69 7
                                    

# REINA APRILLIA #

Riana masih terlelap didalam mobilku. Dia yang kelelahan seakan menyadarkanku, menyadarkan diriku bahwa mungkin saja selama 1 minggu ini Riana kurang tidur karna memikirkan keadaanku di Semarang. Mungkin saja ia merasa tak tenang walau didalam tidurnya sekalipun karna memikirkanku.

Tapi aku yang terlalu sibuk dengan urusanku, tak sedikitpun memikirkannya disini.

Seegois itukah diriku hingga tak memikirkan keadaan dan perasaan pacarku disini.

Riana, maafkan aku yang terlau egois dan tak memperdulikanmu.

Aku hanya terlalu sibuk disana, hingga untuk makanpun aku kehilangan waktuku. Aku terlalu disibukkan dengan banyak hal yang membuatku melupakan segalanya.

Kesibukan itu memakan habis waktu dan segala hal tentangmu. Kesibukan itu seakan membelengguku dan tak menginikanku untuk memikirkanmu walau hanya 1 detik saja.

Aku mengusap puncak kepala Riana pelan. Menyalurkan rasa sayangku padanya, sebagai penebusan akan keegoisan yang telah kulakukan padanya.

"Heemmmm"

"Ehh kamu bangun. Maaf ya, aku ngagetin kamu ya ?"

"Engga kok Rei. Kita udah sampe ya ?" tanyanya sambil menguap.

"Udah heheee. Maaf ya ga bangunin kamu. Soalnya kamu pules banget tadi tidurnya."

"Ga apa-apa sayangku." Katanya sambil mengapit pipiku dengan kedua telapak tangannya

"Mau tium" katanya lagi sambil menyentuh bibirku.

"Sini !!" Kataku dan langsung mencium setiap inci wajahnya.

Dan yang terakhir, aku mengecup bibirnya singkat.

"Aku kangen." Katanya sambil mengusap setiap inci wajahku dengan jemari tangannya.

Ada sedikit air mata diujung matanya. Air mata yang entah mengapa sedetik kemudian mengalir begitu derasnya dari pelupuk matanya.

"Kamu jangan kaya gini lagi ya. Aku khawatir. Khawatir banget sama keadaan kamu. Aku takut kamu kenapa-kenapa. Aku takut kamu ninggalin aku gitu aja tanpa kabarin aku. Aku takut kamu pergi dan ga balik lagi buat nemuin aku. Aku takut." Katanya dengan air mata yang terus membasahi setiap inci wajahnya.

Aku tau ada kesedihan yang teramat sangat yang dapat kulihat dan kudengar dari setiap kata yang ia ucapkan.

Aku tak tau, bahwa keegoisanku ini, dapat berakibat sefatal ini. Keegoisan yang mengakibatkan gadis yang kucintai menangis hingga seperti ini.

Dan aku juga tau, trauma akan kehilangan seseorang yang ia sayangi masih melekat erat didalam hati dan pikirannya.

"Udah jangan nangis ya . Maafin aku karna aku udah buat kamu khawatir kaya gini. Aku janji, ini adalah terakhir kalinya aku kaya gini."

"Janji ?"

"Iya janji Riana, janji." Kataku sambil menyambut jari kelingkingnya dengan jari kelingkingku.

"Makasih ya Rei. Maaf aku kekanak-kanakan. Tapi aku kaya gini karna aku sayang sama kamu." Katanya sambil menghapus air matanya sembarang.

"Iya aku tau kok. Aku lebih suka kamu yang kaya gini, kamu yang selalu ngomong ke aku kalo ada yang ngeganjel dihati kamu. Seenggaknya, ga ada yang disembunyiin satu sama lain. Ya udah, sekarang kamu masuk gih. Kasian mama sendirian dirumah."

"Ya udah, aku turun ya. Bye. Kamu hati-hati pulangnya. Jangan kebut-kebutan." Pamitnya sambil memberi wejangan-wejangan yang membuatku tersenyum.

"Siapp boss."

Forbidden LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang