# REINA APRILLIA #
Lagu Dazzle Vision band asal jepang masih mengalun keras didalam kamarku. Memberikan deguman ala band rock yang berhasil membuat kepalaku mengangguk mengikuti irama musik.
Kejadian minggu lalu masih terpatri jelas didalam ingatanku. Dimana mata ini menangkap sosok yang telah melahirkanku dengan mempertaruhkan nyawanya. Mempertaruhkan dirinya sendiri hanya untuk seorang bayi kecil sepertiku.
Tapi kini tak ada lagi pengorbanan itu. Ia seakan lupa apa yang telah ia lakukan selama sembilan bulan untuk dapat membuatku lahir kedunia ini.
Entah kenapa rasa rindu ini kembali muncul. Rasa rindu akan kehadiran wanita yang telah melahirkanku itu. Rasa rindu akan sentuhan lembut dikepalaku sebelum aku terlelap tidur.
Kata-kata ayah kemarin siang menyadarkanku. Bahwa cinta ayah pada ibu begitu besar. Tidak sebanding dengan rasa cintaku pada sosok wanita yang telah meninggalkan kami bertahun-tahun. Sosok wanita yang membuat rasa rindu dihati ini kembali muncul. Sosok wanita yang telah membuat hati ini rapuh !!
Ibu, apakah engkau merindukan anakmu ini ??
Ataukah engkau telah melupakan diriku dan ayah karna engkau telah mendapatkan kebahagiaan yang baru ??
Ya !! Mungkin engkau sudah melupakan kami !! Mungkin engkau sudah melupakan kenangan bahagia yang telah kita ukir bersama dulu !! Dan mungkin, kini engkau sedang berusaha melupakan semua tentang kami !!
Entahlah !! Hati ini amat sangat ingin melupakan tentangmu. Tapi sebelah hatiku yang lain, seakan terus rindu akan kehadiranmu dan berharap engkau dapat kembali dan kita dapat mengukir kebahagiaan yang sama seperti dulu.
"Ndukk, makan dulu. Mbah udah siapin makanannya." Teriak mbah Mar dari luar kamarku
"Iya mbah, nanti aku turun" jawabku.
Mematikan lagu dari laptopku dan berjalan turun untuk segera makan.
Biarlah !! Biarlah semua berjalan seperti ini adanya. Walau tanpa ibu, aku dan ayah bisa terus mengukir kisah bahagia.
"Wahhh, mbah Mar masak makanan kesukaan aku. Makasih ya mbah." Kataku. Mencium pipi mbah Mar sekilas lalu berjalan untuk menyantap makanan yang sudah mbah Mar sediakan.
Rasa rindu ini seakan semakin menguat saat menatap makanan yang tersaji dimeja makan. Dulu, ibu sering sekali menyuapiku makanan ini. Telur balado dengan sayur nangka yang selalu menjadi makanan favorite ku.
Aku berusaha menahan tangisku, berharap mbah Mar tak mengetahui rasa rindu ini.
Berharap air mataku tak mencoba mendobrak pertahananku, dan jatuh bebas dipipiku.
"Nduk, tadi bapak telpon. Katanya bapak baru pulang senin depan dari solo. Kerjaan disana belum selesai katanya."
"Iya mbah." Jawabku seadanya. Dan terus berusaha menahan tangisku.
Mencoba menghabiskan makanan dihadapanku dengan segera, agar mbah Mar tak mengetahui kegundahan dihatiku. Agar mbah Mar tak mengetahui bahwa gadis ini sedang berpura-pura tegar dihadapannya.
.
"Mbah, aku keluar bentar ya." Pamitku
"Hati-hati ya ndukk !!" Teriak mbah Mar dari dapur.
"Iya." Jawabku sedikit berteriak.
Melangkahkan kakiku pelan entah kemana. Aku hanya ingin menenangkan pikiranku. Menenangkan segala hal yang mulai bergumul didalam kepalaku.
Rasa rindu ini, seakan membawa rasa sakit yang berbeda. Rasa sakit atas perlakuannya padaku dan ayah, rasa sakit karna rindu ini yang tak bisa menemuinya, dan rasa sakit akan kenangan indah dan kelam yang berputar bersamaan dikepalaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forbidden Love
Teen Fiction# REINA APRILLIA # Kau hadir dan memberi cahaya walau disisi paling gelap didalam hatiku Kau hadir dan aku mulai tau apa itu artinya cinta dan mencintai Karena kau adalah sebuah kesalahan terindah yang pernah aku miliki dan yang ingin aku pertahanka...