Aku masih terlalu sibuk didapur rumahku. Terlalu banyak hal yang harus aku urus setelah kedatangan saudara-saudaraku.
Terkadang aku harus berlari ke ruang tamu rumahku untuk menyiapkan makanan ringan untuk paman dan tante-tanteku. Terkadang, aku harus berlari lagi ke dapur setelah sepupuku bertanya dimana tempat panci disimpan. Dan terkadang, aku juga harus berlari kehalaman belakang untuk menambah stok makanan yang akan dibakar.
"Mbak, itu yang bantu bakan-bakar temennya mbak Ri ya ??" Tanya sepupuku dan menyadarkanku akan adanya Rei ditengah-tengah keramaian ini.
"Ya ampun aku lupa, dia dimana sekarang ??"
"Tadi dia pergi kedalem, ga tau tuh kemana ga ngomong juga."
"Ohhh, ya udah. Ini tolong kasih keruang tamu ya. Aku mau nyamperin temen aku dulu." Kataku dan segera mencari Rei.
Aku terlalu sibuk hingga melupakan keberadaan Rei. Membiarkannya berbaur dengan keluargaku, yang aku tau itu terlalu sulit untuk ia lakukan sendiri.
"Hai." Sapaku pada Rei yang sedang berdiri didepan jendela kamarku yang ia biarkan terbuka.
"Ehhh Ri." Kagetnya dan langsung membuang rokok ditangannya.
"Kenapa ??" Tanyaku sambil memeluk tubuhnya dari belakang.
Menaruh kepalaku dipundaknya dan menikmati wangi tubuhnya yang telah bercampur dengan asap bakaran.
"Jangan peluk-peluk ah. Nanti ada saudara kamu liat."
"Aku udah kunci pintunya kok."
"Ohhhh." Jawabnya dan menggenggam tanganku yang melingkar diperutnya.
Keheningan mulai menyelimuti kamarku, hingga yang terdengar hanya bunyi gaduh diluar sana.
"Maaf ya, aku terlalu sibuk sendiri tadi. Jadi ga nemenin kamu." Kataku yang hanya dibalas dengan sentuhan lembut ditanganku.
"Pasti kamu bete ya tadi." Kataku, melepas pelukanku padanya dan berjalan mencari tissue basah.
Mengelap tangannya yang bau rokok, dan kemudian kembali menatap wajahnya. Wajah bete yang berusaha ia sembunyikan dariku.
"Keluar yukk !!"
"Kamu duluan deh Ri, nanti aku nyusul."
"Ya udah, aku tunggu sini deh sampe kamu mau keluar bareng aku." Kataku dan duduk dipinggir tempat tidurku.
Memperhatikan Rei, yang kini sudah menghela nafas karna sebal.
Aku amat sangat tau bagaimana sikapnya bila bertemu orang-orang baru. Ia akan amat sangat kesulitan untuk berbaur dengan mereka.
Karna Rei bukan tipe orang yang muda bergaul. Dia adalah tipe orang yang akan berbicara bila ditanya. Dan tak akan bertanya balik pada orang yang bertanya padanya.
Ia terlalu sulit walau hanya untuk mengatakan "hai" pada orang baru. Seakan mengatakan hal itu adalah hal tersulit dihidupnya.
"Rei."
"Hmmm"
"Sini deh"
"Apa ??"
"Sini dulu"
"Kenapa ??"
"Sini dulu kamunya. Nanti aku kasih tau dehhh." Pintaku manja.
Rei kembali menghela nafas. Tapi sedetik kemudian, ia menuruti permintaanku. Berdiri tepat dihadapanku dan menatapku dengan senyum yang ia paksakan.
"Hmmmm, pacarnya aku lagi bete ya. Maaf ya udah bikin bete. Aku janji deh, kali ini aku bakal temenin kamu terus. Ga bakal ninggalin kamu kaya tadi." Kataku sambil memeluk tubuhnya
KAMU SEDANG MEMBACA
Forbidden Love
Teen Fiction# REINA APRILLIA # Kau hadir dan memberi cahaya walau disisi paling gelap didalam hatiku Kau hadir dan aku mulai tau apa itu artinya cinta dan mencintai Karena kau adalah sebuah kesalahan terindah yang pernah aku miliki dan yang ingin aku pertahanka...