Part I

24K 569 52
                                    

# REINA APRILLIA #

"Ppprakkkkkkkkk...."

Suara bantingan benda beling terdengar dari rumah ayah. Dengan perasaan khawatir yang mulai merambat keotakku, kuparkirkan motor ninja hijau kesayanganku sembarangan. Dengan langkah tergesa-gesa, kulangkahkan kakiku menuju rumah besar yang sudah sejak 19 tahun yang lalu kutinggali.

"Tak bisakah kau mencari pria yang lebih baik dariku, bukan pria jalang seperti dia." Teriak ayah menjawab semua pertanyaanku tentang kegaduhan apa yang ada didalam rumah.

"Dia bukan pria jalang mas. Dan yang perlu kau tau, dia jauh lebih baik darimu." Kata ibu tak kalah keras dari suara barito ayah

Ayah dan ibu masih saling memaki diruang keluarga. Dan aku, aku masih saja mematung dan diam seribu bahasa melihat pertengkaran ini. Pertengkaran yang entah kapan akan ada penyelesaiannya.

Dengan air mata yang tertahan dipelupuk mataku, kulangkahkan kaki memuju kamarku yang berada dilantai 2. Ayah dan ibuku seperti asik dengan pertengkaran yang telah mereka buat, tanpa menghiraukan kehadiranku ditengah-tengah pertengkaran mereka. Entah setan apa yang telah merasuki jiwa kedua orang tuaku, tapi aku amat sangat membenci situasi seperti ini. Situasi yang ingin sekali kuhindari, namun sayangnya aku tak pernah berhasil untuk menghindar.

Asap rokok mulai memenuhi kamarku. Entah sudah berapa batang rokok yang kuhabiskan, aku seakan tak peduli. Aku hanya mencoba melampiaskan rasa kesalku pada rokok-rokok ini. Entah sejak kapan aku mulai ketergantungan dengan benda ini. Tapi yang jelas, hanya rokok ini yang selalu menemani kegundahan hatiku.

****-****-****-****

Dinginnya angin malam mulai menari-nari dipermukaan kulitku. Ditengah-tengah keramaian taman malam ini, aku masih saja merasa kesepian. Kesepian yang selalu bergelayut manja didalam hatiku. Sejak kepergian ibu dari rumah ayah, rasa sepi dihatiku ini mulai diam dan menetap didalam hatiku. Mungkin rasa sepi itu telah membuat pondasi yang amat kokoh, sehingga diriku sendiripun tak bisa mengusir rasa sepi ini dengan cara apapun.

Dengan hanya berbalut kemeja denim tangan panjang, dan celana jeans hitam merk PSD aku mencoba menahan rasa dingin yang mulai menusuk setiap inci tulangku. Kulihat sekelilingku, dan hampir semua orang datang ketaman ini dengan sejuta kebahagian yang mereka dapat. Tapi aku, aku selalu datang ketaman ini dengan segala kesesakan akan hidupku. Kesesakan yang sudah sejak kecil datang dan berteman baik dengan diriku. Aku amat sangat merindukan kehidupan keluargaku yang seperti dulu. Keluargaku yang selalu dihiasi senyum kebahagiaan disetiap harinya. Bukan kehidupan keluargaku yang sekarang, yang selalu dihiasi dengan pertengkaran antara kedua orang tuaku. Kenapa seakan hanya aku yang merasa sakit akibat dari pertengkaran ini !! Kenapa seakan Tuhan tak adil kepadaku. Kenapa orang lain bisa hidup bahagia, sedangkan aku harus terus menerus merasakan sakit seperti ini.

Kuhisap dalam-dalam rokok yang ada ditangan kiriku. Mencoba menikmati rasa sakit dihatiku. Rasa sakit yang harus aku rasakan sendiri tanpa aku bisa berbagi pada siapa pun. Ibu yang selalu aku rindukan sejak kecil, telah pergi meninggalkanku. Ia hanya akan datang dan membuat rasa sesak didada ini kambuh kembali akibat pertengkaran yang selalu ia timbulkan jika ia datang.

"Tuhan, kenapa Kau sejahat ini kepadaku !!!" Teriak seorang perempuan yang telah membuyarkan lamunanku.

"Kenapa Kau buat pria yang kucintai meninggalkanku begitu saja Tuhan!! " teriaknya lagi.

Seperti ada perasaan sedih yang merambat masuk kedalam hatiku saat mendengar teriakan itu. Teriakan yang seakan menggambarkan, betapa terpukulnya dia saat ini.

Kulangkahkan kakiku mengikuti suara teriakan itu. Suara yang telah menarik kakiku, untuk mengetahui apa yang terjadi pada perempuan yang masih terus berteriak-teriak. Dari balik pepohonan, kulihat perempuan dengan dress merah selututnya tengah menangis terisak. Angin mulai berhembus kencang, seakan mendorongku untuk menghampiri wanita yang masih terus menangis. Aku bukan tipe orang yang terlalu perduli dengan urusan orang lain. Tapi entah kenapa, saat melihat wajah manisnya. Seperti ada magnet yang menarikku untuk menghampiri perempuan itu dan memeluknya erat. Perasaan ini terlalu aneh untukku.

Forbidden LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang