"Ya udah, aku pamit ya Ri. Maaf besok ga jadi temenin kamu potong rambut."
"Iya, gpp kok Rei. Kamu hati-hati ya, jangan ngebut-ngebut bawa mobilnya."
"Iya Ri, Raka kok yang bawa mobil. Aku jalan ya, Raka udah jemput."
"Ya udah, hati-hati ya. Love you."
"Love you too Ri. Bye." pamitku pada Riana yang terdengar sedikit kecewa saat mendengarku membatalkan janjiku padanya.
Setelah memastikan semua barang bawaanku, aku sedikit berlari kedepan rumahku. Menghampiri Raka yang sudah bersiap dibalik kemudi mobilnya.
Dengan sedikit terburu-buru, aku melempar tas pakaianku kekursi belakang mobil Raka, dan kemudian beralih untuk duduk disamping Raka.
Detak jantungku kini semakin tak beraturan. Rasa ini seakan campur aduk entah seperti apa. Yang aku tau sekarang, aku akhirnya bisa bertemu dengan sahabatku. Sahabat yang telah merubah duniaku yang hampir mati karna kehilangan Riana.
"Loe tidur aja Rei. Nanti kalo udah sampe gue bangunin."
"Gue ga bisa tidur Ka, entah terlalu seneng atau apa. Tapi jantung gue terus-terusan berdetak cepat."
"Sama Rei, gue juga ngerasain hal yang sama kaya apa yang lagi loe rasain."
"Tapi Ka !!"
"Apaan ??"
"Apa Ardi masih mau ketemu gue ya ?? Apa dia masih mau temenan sama gue ??"
"Masihlah Rei, dia yang ngenalin loe ke gue sebagai orang yang bakal jadi keluarga baru kita. Masa cuma gara-gara itu dia ga mau temenan lagi sama loe."
"Tapi Ka, loe tau kalo masalah ini tuh........"
"Alahhhh, udah lah Rei. Loe ga usah mikirin yang macem-macem. Kita belum tau apa yang bakal terjadi. Jadi ga usah berandai-andai." kata Raka memotong perkataanku
"Tapi Ka !!"
"Udehh ga usah banyak tapi. Lama-lama bawel loe kaya anak perawan."
Aku hanya diam. Tak menanggapi candaan Raka yang seperti angin lalu. Aku memang amat sangat senang karna akhirnya aku mengetahui dimana keberadaan Ardi setelah sekian lama tak berjumpa. Tapi dibalik rasa senang itu, ada rasa takut yang mulai merusak kebahagiaanku. Rasa takut karna aku tau Ardi meninggalkan aku dan Raka karna aku yang mencintai sesamaku wanita.
"Udeh ga usah dipikirin. Mending loe tidur aja." kata Raka mengagetkanku.
"Iya gampang." jawabku dan mengalihkan pandanganku kejalan
Memperhatikan jalan yang kulewati dan mencoba merekamnya dimemori otakku.
Mencoba merekam semuanya agar ketika Raka enggan menemuiku saat ini, aku dapat datang lagi dan menemuinya dilain hari sampai ia mau menemuiku.
.
Mobil kami berhenti tepat disebuah rumah yang berada ditengah-tengah kebun teh. Rumah kecil yang terlihat samar karna tertutup gelapnya malam.
"Tidur bentar dimobil ya Rei. Ga enak subuh-subuh gini bertamu kerumah orang."
"Tapi Ka, kalo nanti Ardi lebih dulu liat kita, gimana ?? Kalo nanti dia pergi lagi tanpa kabar gimana ??"
"Santai aja Rei, gue tau banget dia kaya gimana. Gue temenan sama dia dari jaman masih dibedong. Jadi dia ga bakal mungkin pergi lagi setelah tau kita jauh-jauh kesini cuma buat ketemu dia."
"Tapi kan......"
"Hidup loe kebanyakan tapinya. Udah loe juga tidur dulu. Gue udah pasang alarm jam 5 pagi. Lumayan tidur 2 jam."
KAMU SEDANG MEMBACA
Forbidden Love
Teen Fiction# REINA APRILLIA # Kau hadir dan memberi cahaya walau disisi paling gelap didalam hatiku Kau hadir dan aku mulai tau apa itu artinya cinta dan mencintai Karena kau adalah sebuah kesalahan terindah yang pernah aku miliki dan yang ingin aku pertahanka...