PART 44

2K 94 2
                                    

# ADRIANA SUHANDI #

Dengah jantung yang berdetak tak beraturan, kulangkahkan kakiku pelan. Menabrak beberapa batu kecil yang menghalangi langkah kecilku pelan.

Aku kembali berhenti entah untuk yang keberapa kalinya.

Aku kembali menarik napasku yang terasa begitu sesak dan berat. Napas ini seakan tersangkut ditenggorokanku dan tak bisa mengalir dengan mudahnya kedalam paru-paruku.

Aku terlalu gugup. Rasa takut ini berhasil membuat langkah kakiku terhenti untuk beberapa saat.

Hingga suara daun teh yang saling bergesek menyadarkanku dan berhasil membuatku kembali melangkahkan kakiku untuk menemuinya.

Menemui sosok yang sebelumnya mengagetkan hatiku atas kejujurannya padaku.

Sosok yang sebelumnya membuatku menangis tersedu atas perlakuan kasarnya padaku.

Tapi kini, sosok itu menimbulkan rasa takut yang sama seperti sebelumnya saat aku bertemu dengannya untuk pertama kalinya.

Apakah sosok itu akan bersikap sama seperti pertama kali aku betemu dengannya ??

Ataukah malah sikapnya akan seperti terakhir kali kami bertemu dan berbicara dengan penuh air mata ??

Entahlahhh !! Semua itu seakan memberikan beban tersendiri untuk hati dan pikiranku.

Kini aku telah berdiri didepan sebuah pintu kayu minimalis yang terlihat kokoh. Pintu yang akan menjadi saksi pertemuanku dengan dirinya. Dirinya yang entah masih memiliki perasaan yang sama seperti sebelumnya pada kekasihku ataukah tidak.

"Ayo masuk Ri." kata sebuah suara yang sedikit menenangkan pikiranku.

Suara yang berhasil membuatku berada disini untuk menemuinya.

"Aku takut !!"

"Ardi ga gigit kok, jadi ga usah takut."

"Apa sih Rei." kataku sambil memukul pundak Rei pelan.

Sedangkan gadis yang kupukul pundaknya hanya tersenyum dan menampilkan deretan gigi putihnya.

Ia terlihat begitu santai, berbanding terbalik dengan diriku yang amat sangat gugup hanya karna pertemuan ini.

"Ayo Ri." Kata Rei lagi seraya menggandeng tanganku.

Berjalan bersama kedalam rumah dengan tangan yang masih saling mengait satu dengan yang lainnya.

Aku masuk kedalam dan mendapati sosoknya sedang asik duduk dengan rokoknya. Sedangkan Raka, entah ia sedang berada dimana saat ini. Ia seakan menghilang dimakan oleh sunyinya rumah ini.

"Di, ada Riana nih." Kata Rei yang mengagetkan sosok itu.

Sosok yang sedang melamun dengan rokok disebelah tangannya. Ia tersenyum saat menatapku.

Ada senyum yang berbeda yang ia berikan dibanding terakhir kali kami bertemu. Senyum itu amat sangat sulit ku artikan. Senyum manis yang terasa pahit sekaligus sesak dihatiku.

"Hai Ri, apa kabar ??" Sapanya sambil menghampiriku yang masih berdiri mematung disamping Rei

"Emm, ba-baik." Jawabku gugup. Menjabat uluran tangan Ardi singkat dan kembali diam.

Ardi kembali tersenyum saat aku melepas jabatan tangannya. Pria itu masih sama, hanya warna kulit dan rambutnya saja yang sedikit berubah. Tapi tatapan mata itu masih sama seperti terakhir kali kami bertemu.

"Aku tinggal bentar ya. Aku kebelet nih." Pamit Rei padaku.

Meninggalkan aku dan Ardi dengan suasana yang lebih canggung dari sebelumnya. Suasana yang terasa begitu sulit untuk di deskripsikan.

Forbidden LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang