Chapter 14

58 10 1
                                    

"Mau pulang bareng aja repot banget," omel Lona sesaat setelah masuk ke dalam mobil Regan.

Asal tahu saja, Lona harus memesan ojol dan turun sejauh minimal 3 kilometer dari kampus agar tidak ada yang melihat mereka. Regan diam tidak menanggapi dumalan Lona. Membuat Lona melongok sedikit ke arah layar ponsel Regan yang menjadi pusat atensinya. Wajah Regan tampak tertekuk saat membaca pesannya.

Papa Abraham, nama yang tertera di sana.

Seketika mood Lona turun. Namun masih berusaha mengendalikan emosinya mengingat ia dan Regan baru saja berbaikan.

"Papa mertua kamu kenapa lagi?"

"Nanyain Delin kemarin hasil kontrolnya gimana, aku lupa kabarin," sahut Regan masih tidak menatapnya. Sebetulnya sebelum ini Abraham menelepon Regan yang langsung ia tolak ketika dilihatnya ojol yang Lona tumpangi sudah mendekat.

Sama seperti Lona, Regan tidak ingin memperkeruh suasana lagi jika sampai ia mengangkat telepon Abraham di hadapan Lona.

Padahal sebenarnya, suasana hati keduanya sudah telanjur buruk namun memaksakan diri untuk menutupi.

"Kenapa nggak langsung tanya istri kamu aja sih?" Lona masih bersikap tenang, namun jelas bahwa isi pertanyaannya adalah bentuk protes.

"Lona, jangan mulai lagi," tegur Regan tahu ke arah mana perbincangan mereka sebentar lagi.

"Aku keluar bentar ke apotik ya?" pamit Regan sembari menunjuk apotik di depan mereka dengan dagu. Berpikir menyingkir sejenak adalah ide bagus sebelum suasana berubah buruk. "Mau nitip apa?"

"Kondom di apartemen habis," beritahu Lona setelah tampak berpikir sejenak.

"Aku memang mau beli itu," timpal Regan sepemikiran.

Lona mengangguk. "Oh yaudah."

"Okay."

Regan mengerti. Ia langsung keluar melenggang pergi sementara Lona memilih menunggu sambil memainkan ponselnya. Ada sesuatu yang ingin ia tunjukkan pada Kale.

Lona
(mengirim gambar)

Kale
Ini apa Kak Ilo?

Lona
Desain rumah

Kale
Tahu
Tp rmh siapa?

Lona
Km blg pgn tinggal bareng
Emgnya kita mau bikin gubuk di bwh jembatan?


Kale
Rmh buat kita?
🥺🥺🥺
(emoticon terharu)

Sejujurnya, malam setelah Kale memintanya untuk tinggal bersama, Lona iseng membuat desain rumah untuk mereka. Kalau dibilang iseng tidak juga, karena Lona serius saat mengerjakannya. Meski masih berupa rancangan kasar, namun ia tidak sabar menunjukkannya pada Kale. Ia yakin sekarang Kale begitu senang karena secara tidak langsung Lona sudah menyetujui permintaannya.

Lona
Siap2 km cari uang yg byk

Kale
Trs Kak Ilo bantu apa?

Lona
Aku udh ksh jasa gratis y
Km pikir sewa arsitek murah

Lona cengengesan sendiri membayangkan ekspresi Kale sekarang pasti sedang mencibirnya karena tingkah Lona yang sombong.

Kale
Iya iya yang calon arsitek

Senyum Lona mendadak pudar saat ponselnya tiba-tiba sudah berpindah paksa ke tangan Regan. Ia terlalu asyik saling berkirim pesan dengan Kale hingga tidak menyadari Regan sudah kembali.

𝘍𝘢𝘷𝘰𝘳𝘪𝘵 𝘗𝘰𝘴𝘪𝘵𝘪𝘰𝘯Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang