"Halo Sayang!"
Sapa Andra penuh semangat. Menghampiri Lona dan Olla yang masih sibuk dengan maketnya masing-masing. Secara sengaja mengabaikan kehadiran Andra di tengah mereka.
"Lona, jangan cuek gitu dong!" tegurnya lagi. "Kating kamu lagi ngajak ngomong nih. Hormatin dong!"
Lona melirik Andra kesal. "Lo emang kating gue tapi aturan tuaan gue jadi lo juga harus lebih sopan dikit!"
Olla terkikik menatap Andra yang langsung di-skak oleh Lona. Tanpa bersuara, bibirnya bergerak melafalkan 'mampus lo!' ke arah Andra. Tentu saja bukan Andra namanya jika menyerah terlalu cepat.
"Nggak bosen apa tiap hari bawa rumah barbie mulu?" canda Andra melirik maket yang tengah Lona cermati.
"Lo juga nggak bosen apa kemana-mana bawa gitar mulu?" sindir Lona balik. Menatap gitar akustik yang selalu Andra tenteng kemana-mana. "Lagian anak Arsi itu lumrahnya bawa tabung gambar di punggungnya, lo malah bawa-bawa gitar!"
"Lha, kan anak Arsi harus punya taste of music, Sayang."
"Taste of space, Mas Andra," koreksi Olla nyolot. Sementara Lona kembali fokus pada maketnya. Lagi-lagi Andra berusaha menarik atensinya.
"Lona, wajah kamu kok lama-lama mirip-"
Andra sengaja menggantung kalimatnya.
"Lona mirip siapa?" sahut Olla penasaran.
"Mirip masa depanku, hehehe."
Olla menyesal telah bertanya, sebagai gantinya ia menatap Andra freak. Lona hanya menatap Andra sekilas kemudian membuang muka dengan raut malas.
"Lona."
Panggil vokal baritone yang tentunya bukan milik Andra. Regan entah sejak kapan tiba-tiba berdiri di hadapannya. Sejenak Lona tercenung kaget, lebih-lebih Olla yang sampai lupa menutup mulutnya untuk beberapa saat.
"Saya mau bicara, ikut ke ruangan saya sekarang bisa?" tanyanya pada Lona.
Lona tentu kebingungan. Pandangannya pada Regan menuntut penjelasan. Namun yang bisa ia lakukan hanya segera mengiakan agar pertanyaannya tertuntaskan.
"Iya, Pak Nanta."
Lona memegang bahu Olla. "Nitip maket gue bentar."
"Andra," panggil Regan tiba-tiba. Yang dipanggil sontak memegang dadanya luar biasa kaget tidak menyangka. Andra pikir, Regan tidak melihat kehadirannya dan Olla karena hanya fokus pada Lona.
"Kamu jangan main-main terus. Fokus sama skripsimu, kata Pak Bowo kamu jarang datang buat bimbingan."
Belum sempat Andra membela diri, Regan sudah pergi disusul Lona yang mengekor di belakangnya.
"Kenapa sih itu dosen sinis banget kalau ketemu gue?" Andra masih mengelus dadanya prihatin. "Perasaan ke mahasiswa lain ramah-ramah aja tuh!"
"Apa takut kesaing gantengnya sama gue kali ya?" tebak Andra yang langsung dihadiahi toyoran pada kepalanya oleh Olla.
Olla adik tingkat kurang ajar memang.
"Jelas lo kalah jauh kalau sama Pak Regan!"
Olla teringat sesuatu. Ada hal yang ingin ia sampaikan pada Andra. Hampir saja ia melewatkannya.
"Kak, lo jangan kaget ya? Gue mau ngomong soal Lona. Siap-siap patah hati."
Andra menukikkan kedua alisnya tajam. "Maksud lo?"
"Lona udah punya cowok," jelasnya. "Gue kemarin ketemu pas mereka selesai nonton. Tangan Lona dicium-cium di depan umum."
Olla memegang kedua pipinya sembari tersenyum tidak jelas mengingat kejadian itu. Tebakannya Lona tengah marah dan kekasihnya merayu dengan cara semanis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝘍𝘢𝘷𝘰𝘳𝘪𝘵 𝘗𝘰𝘴𝘪𝘵𝘪𝘰𝘯
Romance[ 𝐉𝐉𝐇 𝐀𝐔 ] Tentang Velona Kahesa yang menghalalkan segala cara demi membalaskan dendamnya. Tentang Regananta Jeffrian yang mendua demi meluapkan ketidakpuasan atas keadaannya Tentang Windelina Adelia yang nekat memanipulasi demi mendapatkan cin...